[ FIRST ]

48.4K 1.8K 111
                                    

Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!

Warning, Typo!

Happy Reading!!!!

( ╹▽╹ )

Kapan terakhir kali Sharine bertemu dengannya?
Sosok yang sudah lama tak ia temui itu menatapnya sambil menopang wajahnya dengan tangan. Tatapannya penuh minat saat kehadirannya.

Kimberly.

Sahabat kecilnya yang selalu bermain dengan Sharine dulu, sebelum Kimberly pindah ke Australia. Pada beberapa bulan setelah nya lah, Sharine pergi dari rumah dengan tidak hormat.

"Kenapa diam? Kamu gak mendadak bisu, bukan?." Wanita itu menatap Sharine jengah seolah-olah Sharine sudah membuang banyak waktu miliknya yang berharga.

Sharine mengangguk, dia tersenyum pada semua orang. "Halo, nama saya Sharine Tantari. Dan saya berasal dari Bandung, sekian."

Memang, dalam data siswa pun Sharine mengubah nama belakangnya menjadi Tantari. Sengaja, jika ia tak mengubahnya maka akan timbul banyak pertanyaan mengapa dirinya memiliki marga keluarga konglomerat.

Tak banyak yang menanggapi nya. Mereka hanya menatap rendah Sharine, ada juga yang sinis dan bingung.

Bingung, karena mengapa anak beasiswa berhasil memasuki kelas mereka.

Ya, School Grandy Cooper membagi kelas sesuai tingkat masing-masing.

Para anak pejabat tinggi di satukan didalam kelas atas, kemudian di susul oleh para anak pengusaha sukses dan berkembang pesat. Kelas ketiga di isi oleh anak-anak dimana mereka merupakan anak dari seseorang yang cukup penting di negara. Misal, anak dari seorang pengacara terkenal di gabung dengan anak dari seorang dokter bedah terkenal di Jakarta.

Hingga akhirnya pada urutan terakhir para murid beasiswa dan anak-anak yang masuk ke sekolah melalui jalur sogokan, dimana orang tua mereka membayar lebih padahal perekonomian mereka biasa-biasa saja.

Bagaimana bisa ada sekolah seperti itu?

Bukankah seharusnya anak beasiswa ditempatkan di kelas tertinggi?

Guru itu menunjuk ke salah satu meja, "Kamu duduk di belakang gadis berpita merah itu. Kimberly."

Sharine mengangguk. Dia melangkahkan kakinya dengan perasaan senang tanpa mempedulikan tatapan orang lain yang mengusiknya. Setidaknya dia bahagia bisa berada di dekat sahabat kecilnya itu.

Kimberly membalikan tubuhnya, menghadap Sharine. "Gue Kimberly."

"Sharine."

Gadis yang duduk di sebelah Kimberly ikut-ikutan menoleh kebelakang sambil tersenyum, kemudian memperkenalkan dirinya. "Gue Ara."

Sedangkan gadis yang duduk disamping Sharine, namanya Mega. Nama yang cocok untuk gadis dengan penampilan sedikit tomboi.

Setelah berkenalan diam-diam, mereka semua kembali memperhatikan pelajaran yang di ajarkan oleh Bu Niken. Iya, ternyata namanya Niken. Guru yang bermake-up seperti badut itu. Yang centil pada Gian tadi.

Keasyikan berpura-pura tertarik mendengarkan ajaran Bu Niken, tak terasa bel istirahat sudah berbunyi.

Sharine tak menyukai pelajaran sejarah. Terlebih, yang mengajarnya macam kadal seperti Bu Niken. Menambah beban dan membuat mata lelah saja.

"Eh, kantin yuk" kata Kimberly. Mega dan Ara mengangguk setuju, kemudian mereka menoleh pada Sharine yang tak berucap sepatah kata pun.

"Sha, kantin?."

THE SECRET OF SHARINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang