Lembar Pertama: Hai, Kamu.

266 13 19
                                    

Jason

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jason

Bulan Juni adalah awal kenaikan kelas 11, dan gue sudah optimis memilih jurusan IPS  bareng sama Samuel, Ricky, Dean, juga Kevin. Walau gue mudah bergaul sama siapa aja, tapi rasanya bakalan sepi kalau pisah kelas sama mereka.

Di kelas 11, gue memilih eskul melukis sebagai tambahan selain basket. Hitung-hitung, sebagai refreshing ditengah persiapan  nanti. Setelah memarkirkan vespa kesayangan gue yang namanya Juleha, gue merapikan seragam dan menyampirkan tas di bahu.

Lo mau tahu kenapa vespa gue dikasih nama Juleha? Karena, vespa gue warnanya merah marun. Kalau hitam pasti namanya jadi lebih gahar kayak; Black Mamba. Anyway, ini udah pukul enam lewat lima dan sebentar lagi Bu Anindya bakalan memeriksa kedisiplinan dan kerapihan siswa-siswi SMA Purnama sebelum pelajaran di mulai.

Gue melangkah menaiki tangga ke gedung B, dan melihat seorang cewek lagi duduk di kantin sambil minum jus jambu. Gue perhatiin, cewek ini cantik juga. Siapa namanya ya? Kok, gue baru lihat?

Gue kembali melirik jam tangan, sekarang masuk pukul enam lewat sepuluh. Cewek itu, pasti nanti kena omel Bu Anindya kalau telat. Gue samperin enggak, ya? Kasihan sih, paling enggak tega gue lihat cewek dimarahin.

Pelan-pelan, gue mendekati cewek itu sambil tersenyum manis dan menyapa. "Hai, gue Jason. Anak kelas 11 IPS 1, lo anak baru ya? Sebentar lagi bel masuk, mau gue antar  ke kelas?"

Cewek itu berhenti meminum jusnya, memelototi gue dan berkata. "Gue enggak peduli nama lo siapa, jadi jangan ganggu gue karena gue malas masuk kelas. Oke?"

"Jangan jutek gitu dong, kan tak kenal maka tak sayang. Makanya gue ngajak kenalan dulu, siapa tahu lo jadi sayang." Gue berujar seraya menaikkan alis, membuat cewek itu berdecih dan mengabaikan gue.

"Tapi serius, sekarang lo udah hampir telat. Kalau kelamaan di kantin, ntar kena poin 25 dari Bu Anindya. Itu juga kalau beliau masih baik hati, kalau lagi sadis pasti lo disuruh lari keliling lapangan 20 kali. Ntar lo bakal kecapekan, haus, ngantuk terus enggak fokus belajar."

Gue kembali berucap, selagi meminum susu full cream dan duduk di hadapan cewek itu. Gue memperhatikan badge namanya, tertulis Ramona Anastasia di sana. Namanya cantik, persis kayak orangnya.

Beberapa detik kemudian, Ramona mendadak berdiri dan menggebrak meja. Dia membentak gue, sambil berkacak pinggang.

" Heh, cowok ganjen! Kalaupun gue dihukum karena telat dan dimarahin Bu Anindya, itu bukan urusan lo. Paham? Sekarang, mendingan lo pergi aja. Gue udah kebal, kena poin di sekolah."

"Ramona, lo makin manis, kalau lagi marah. Gue tuh cuma mau nolongin lo doang, karena waktu lo sayang kalau terbuang buat nongkrong di sekolah. Sementara, lo butuh asupan ilmu. Jadi, lo pilih gue antar ke kelas atau disamperin Bu Anindya?"

Gue pun memberi tawaran pada Ramona, setelah memujinya dan membuat cewek itu tersipu walaupun ditahan lewat tampang judesnya.

Sekilas, cewek ini mengingatkan gue sama Samuel. Sifat juteknya dan penampilannya yang enggak sesuai aturan sama persis. Cewek ini enggak pakai atribut sekolah, sepatunya juga vans Hello Kitty warna pink dan bukan sepatu hitam polos.

JASON'S LOVE LETTER: TROUBLE COUPLE SERIES  0.2 Where stories live. Discover now