6

8 2 0
                                    

Langit mengela nafas nya berat, dia menengadahkan kepala nya menatap langit-langit camp yang di hiasi lukisan konstelasi yang di lukis oleh Bintang, gadis berbakat. Ini pukul delapan pagi, dan tumben dia terbangun sepagi ini. Langkah kaki, pada tangga kayu disebelah kanan mengalihkan perhatian nya. "Oh selamat pagi, Langit. Tumben sekali" "Pagi Vean. Ya, hanya kepikiran dengan perkataan Sam kemarin" "Tentang Darker? Jangan terlalu dipikirkan, bisa membuat mu stress. Ini susu coklat seperti biasa" Vean menyodorkan segelas susu coklat kehadapan Langit.

"Thanks Vean" Langit meneguk nya "Enak? Angkasa belum bagun. Jadi mungkin agak sedikit berbeda dari yang sering dia buat." "Tidak, ini juga enak, Vean." Vean mengangguk "Lagipula, Angkasa tau apa yang akan kita lakukan selanjutnya Langit" Langit mengangguk, dan memejamkan matanya.

"Good Morning!" JDAK "Ack!" Langit tersentak dan membuka matanya, melihat pelaku yang berteriak nyaring, yang membuat suara bedebam keras, dan yang berteriak kesakitan. Well, he found it. Itu Deltha, yang berteriak kuat, dengan Angkasa yang melemparnya dengan sandal. Pemandangan biasa, setiap hari mereka nyaris bertengkar, dengan Angkasa yang mengancam Deltha tentunya. "Tenang sedikit, Deltha. Kamu tidak mau kalau aliran listrik disini padam mendadak karena suaramu, kan?" "Here we go again, nenek sihir Angkasa" "watch your mouth, Sam" Angkasa tersenyum paksa kearah Sam yang cepat-cepat turun ke bawah sebelum bernasib sama seperti Deltha.

"Aku lapar, apa kalian sudah masak?" Hening beberapa saat, semua mata mengarah ke arah Joan yang tengah menggaruk-garuk kepala nya, dengan mata yang masih tertutup, dan mulut yang menguap.Bahkan 10 lalat bisa masuk kedalam nya. "My sweetest Joan, kamu lihat kami baru mau turun. Bahkan, kami hanya berjarak 2 langkah darimu!" Bintang membelalakkan matanya, disambut dengan kekehan Joan yang setengah mengantuk. "Hei, Ab! Dia tidak meminum obat nyamuk tadi malam, kan?" "mm, aku kurang yakin akan hal itu" Piona mengangguk-angguk mendengar pernyataan Abraham "he is crazy" Angkasa memutar bolah matanya, dan segera berjalan kedapur.

"Come on, Girls! We havin' war in the kitchen!" "on my way!" "Hei kami ingin pancake!" Abraham berteriak "Dengan sirup coklat!" Tambah Langit. Tiba-tiba kepala Angkasa muncul dari balik pintu dapur. "Tulis itu di kertas agar kami tidak lupa, jangan lupa berapa tumpuk pancake yang kalian inginkan. Kami tidak mungkin mengingat semuanya, handsome" dan kepala Angkasa kembali menghilang di balik pintu dapur.

Langit segera berlari ke pintu depan "Aku 4 lapis dengan sirup coklat!" "Deltha, aku 4 lapis dengan strawberry" "3 lapis dengan blueberry" "3 lapis dengan madu!" "Sorry, Deltha. Tapi aku sibuk" dan Deltha hanya bisa menghela nafas nya pasrah.

"Hey Sam!" "ssup?" Langit bersandar di pegangan tangga, menghadap ke arah hutan lebat dengan jalan setapak "Aku ketemu ini kemarin, di salah satu toko elektronik di kota" Langit menyodorkan sebuah kertas bertuliskan pattern aneh yang lembarnya sudah menguning bersamaan dengan aroma pinus yang menyeruak dan satu surat kabar. Sam mengambil lembaran yang disodorkan oleh Langit, dia membetulkan posisi permen tangkai rasa strawberry di mulutnya dan memahami pattern tersebut dengan teliti.

Sam mengangguk-angguk, "hm ya, ini kode. Tapi aku tidak tau ini kode apa, biar nanti kucari tau. Dan, surat kabar ini, biar ku teliti kebenaran nya" Langit mengangguk, dan menipiskan bibirnya "Thanks, man. Oh ya, rahasiakan ini sampai kita menemukan kebenaran nya". Sam mengangguk dan menepuk bahu Langit. Langit menyapu pandangan nya ke hamparan pohon-pohon rimbun yang perlahan bergerak kesana kemari bak mengikuti hembusan angin. Gemerisik nya yang menenagkan, sinar mentari yang menyapu hangat, kepakan sayap tipis dan lembut kupu-kupu dan suara kicauan burung yang hinggap di atas pohon. Satu, yang berhasil Langit tangkap sejauh ini, hewan-hewan tidak bisa terjangkit virus.

*****

Langit dan sam segera melangkahkan kaki mereka dengan cepat kedalam camp, tak lama setelah mereka mencium aroma pancake yang tampak lembut dan hangat, di atas pancake mengalir saus coklat, madu, caramel, blueberry dan strawberry, tak lupa potongan mentega yang menambah aroma wangi dan rasa gurih yang perlahan mencair.

Langit mengambil garpu dan melahap pancake nya bak sudah tidak diberi makan setahun lamanya, suasana ruang makan itu sunyi, tak ada satupun dari ke sembilan orang itu mengeluarkan sepatah kata, masing-masing dari mereka sibuk melahap makanan di hadapan nya. Denting garpu yang beradu dengan piring dan deru nafas lembut masing-masing mengisi kekosongan suasana sarapan pagi itu.

Tak tahan dengan suasana yang begitu sunyi, Angkasa berdeham, membuat 8 pasang mata menoleh ka arah nya,Angkasa menghela nafas "Aku lupa, aku hanya sendirian di ruang makan ini. Menikmati sarapan ku, sendirian". Ucap nya sarkastik, di tambah matanya yang memicing, dan tatapan menusuk, membuat 8 orang lain menampakkan tampang tak enak hati.

"Hukum nomor 4" ucap Angkasa cepat, sontak membuat teman-teman nya membuka mulut sebelum di hajar habis-habisan dengan kalimat sarkas milik nya "Alpha tidak akan membiarkan kesepian merasuki dirinya, karena kesepian awal keputus asaan!" Angkasa mengangguk "lalu kenapa suasana hening? Aku tau, banyak masalah yang masih harus kita hadapi kedepan nya. Membuat suasana sunyi begini bukan solusi nya" Angkasa menarik nafas "Alphas, kalian tidak sendirian. Kita mencari solusi nya bersama-sama, kita pecahkan penghalang nya bersama-sama, kita capai dome bersama-sama, jangan ada yang tertinggal, jangan ada yang ditinggalkan, jangan ada yang dikhianati. Understood?" Angkasa menambahkan penekanan di kalimat akhir "Dimengerti!" yang lainnya mengangguk dengan serempak.

#tbc

We Must SurviveWhere stories live. Discover now