1.This is what I like

109 9 3
                                    

Seorang gadis berjalan sendirian dibawah derasnya hujan. Membiarkan tubuh nya basah terguyur air yang turun dari awan. Gadis itu berjalan si tengah sebuah jalan raya yang sepi.

Drrt
Drrt

Sebuah benda di saku nya berdering. Gadis itu berdiri di tengah jalan dan mengambil benda persegi yang berdering di saku nya itu.

"Halo?"

"Carmen, aku ada tugas baru untukmu"

"Oke"

Jawabnya singkat dan telepon terputus. Carmen menyeringai, dia menarik sebuah kain yang melilit lehernya untuk menutupi mukanya. Carmen melihat sebuah mobil melaju berlawanan arah dengannya, Carmen tidak berkutik dari tempatnya.

Mobil itu berhenti tepat didepan Carmen. Lalu, seorang pria keluar dari mobil itu. Carmen tetap diam.
"Hey, apa kau gila!? Berdiri ditengah jalan raya begini!" Carmen tidak berkutik sedikitpun, pria itu mendekati Carmen sambil terus mengoceh.

Saat pria itu sudah berdiri tepat didepan Carmen. Carmen memukul pelipis orang itu dengan pipa besi hingga pingsan. Carmen sadar ada orang yang melihat aksinya. Itu adalah keluarga pria itu, mereka ketakutan di dalam mobil. Carmen berjalan kearah mobil itu, mereka semakin ketakutan.

Carmen menyongkel kedua plat mobil itu dan memukuli beberapa bagian mobil. "Keluar" ucap Carmen dingin kepada 3 orang didalam mobil itu. Mereka pun segera turun dari mobil. Carmen tidak peduli dengan keadaan mereka, yang penting dirinya tidak mendapat kerugian apapun.

Carmen menaiki mobil itu dan melajukannya. Carmen merogoh sakunya- mengambil handphone nya. Dia menekan nomor yang diberi nama 'Charlie' di ponsel nya. "Halo?" Tak lama, Charlie mengangkat telepon dari Carmen. "Dimana kita akan bertemu?" Tanyanya pada Charlie "Kantorku" "Baiklah" Carmen langsung memutus sambungan teleponnya. Dan melajukan mobil itu ke tempat yang diminta Charlie.

※※

Carmen memakirkan mobil itu ditempat sepi dan agak jauh dari tempat yang dijanjikan. Carmen keluar dari mobil, ia membuka tangki bensin nya. Lalu mengambil 1 batang korek api. Dengan cepat, Carmen memasukan batang korek api yang sudah tersulut itu dan berlari meninggalkan mobil yang sebentar lagi akan meledak.

Dan di waktu yang tepat, mobil itu meledak sesaat saat Carmen sudah berlari menjauh. Carmen melanjutkan perjalanannya. Dia harus berjalan kurang lebih 2 kilometer lagi. Sialan, bajunya sudah basah kuyup dan dia masih harus berjalan 2 kilometer lagi, ya.. apa boleh buat, agar rencananya lancar mau tidak mau dia harus meledakkan mobil itu.

Ide cemerlang muncul di benak nya ketika dia melihat beberapa sepeda terpakir di trotoar. 'Ah, aku sangat beruntung. Oh tidak, tidak. Aku memang 'si keberuntungan' itu sendiri'. Tanpa basa-basi, Carmen mengambil sepeda itu. 'Sangat bodoh meninggalkan benda ini dihadapanku tanpa pengaman tambahan apapun' batin Carmen.

Carmen mengayuh sepeda itu hingga sampai di tujuannya. Dan Carmen membuang asal sepeda yang dia curi itu. Carmen langsung masuk ke dalam gedung tinggi itu. Sialan, dingin sekali. Bajunya basah kuyup dan di dalam gedung itu sangat dingin. Semua orang memandangnya aneh.

"HOY! AKU INI TAMU TUAN WOLMES. APA KALIAN TIDAK BISA MEMBERIKANKU SEDIKIT LOYALTY HUH!?" Semua memandanginya terkejut. Bagaimana tidak, Carmen baru saja masuk dan dia sudah berteriak tidak jelas. "AKU AKAN MENCONGKEL MATA KALIAN JIKA MASIH MEMANDANGKU SEPERTI ITU!" Carmen melanjutkan dan semuanya mencoba untuk mengalihkan pandangannya dari Carmen. Muka Carmen berubah masam.

"Kau masih gila seperti biasanya, Carmen" Suara yang familiar, Carmen mencari sumber suara itu. Itu Charlie, saudara kembarnya. Tapi dia tidak pernah menganggapnya begitu, begitu juga Charlie. "Anak buah mu payah, mereka tidak menyambutku dengan apapun. Padahal aku sedang kedinginan begini, sialan" Protes Carmen pada Charlie. Charlie tertawa kecil.

Charlie mengangkat 1 tangannya, dan seorang asisten nya mendekatinya. "Belikan orang gila ini pakaian kering" ucap Charlie perlahan kepada asisten nya "Aku dengar itu, sialan" Carmen mencibir, dan asisten Charlie segera meninggalkan mereka.

"Aku akan membicarakan soal tugas mu itu, masuklah" Charlie masuk ke ruangannya dan Carmen mengikuti nya. Didalam ruangan Charlie, Carmen duduk di kursi milik Charlie. Dia duduk dengan kakinya yang diletakkan di meja. "Apa yang akan kau bicarakan? Cepatlah, aku sibuk" Ucap Carmen sambil menyulut rokoknya lalu menghembuskan asap nya. Charlie adalah orang yang membenci asap rokok. Dia mengibaskan tangannya agar tidak menghirup asap itu.

"Aku minta tolong padamu untuk mencuri file sebuah perusahaan terkenal" ucap Charlie "Hm, baiklah. Kau bisa beri aku berapa untuk itu?" Carmen lagi-lagi menghembuskan asap rokoknya dan membuang abu rokoknya sembarangan, Charlie berdecak melihat kelakuan saudari nya itu. "10 juta dollar. Bagaimana?" Tawar Charlie "10 juta ya~ hm, boleh. Tapi tidak ada jaminan file tepat dan sampai ditanganmu ya. Kalau ada yang menawar lebih tinggi, akan kuberi pada orang itu" Carmen berbicara dengan santai "Ck, sampai kapan kau akan memerasku Carmen Wolmes" Charlie menatap sinis Carmen, Carmen hanya tertawa terbahak-bahak "Sampai kau tidak sanggup lagi membayarku, haha. Ngomong-ngomong, namaku bukan lagi Carmen Wolmes, panggil aku Carmen Raisessa Yertouth" Carmen mendramatisir ucapannya di kalimat terakhir.

"Lalu, kau meminta bayaran berapa?" Tanya Charlie yang duduk di sebrang Carmen sambil memijat kecil pangkal hidungnya "Hm, tidak banyak kok. 100 juta saja~" Dengan santai nya Carmen berbicara, seolah olah uang 100 juta dollar bukanlah apa apa. Ya memang bukan apa apa sih dibanding dengan perolehan Charlie yang sampai Milyar bahkan Triliun per bulan. Charlie menghebuskan nafas nya kasar "Hey, jangan mengeluh. Itu sudah harga teman. Jika orang lain aku akan meminta lebih banyak kau tau? Lagipula, yang ku minta itu hanya sedikit dari penghasilan mu per bulan kan?"

Ucapan Carmen memang tidak salah sih tapi Charlie itu type seorarang pebisnis yang tidak mau rugi sedikitpun. Dan baginya, kehilangan 100 juta dollar hanya untuk sebuah file adalah hal yang sangat merugikan.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu, Carmen dan Charlie terbagi perhatiannya dengan suara itu. Keduanya menengok kearah pintu. "Silahkan masuk" ucap Charlie dan 'Si Pengetuk' itu pun masuk, itu asisten nya. Ia membawa 1 kantong belanja, Carmen mematikan rokoknya yang sudah habis terbakar lalu berdiri dan segera menghampiri asisten Charlie itu. "Ok, terimakasih. Biaya bajunya biar dia yang bayar ya, hehe." Carmen langsung mengambil tas belanja itu dan keluar mencari kamar mandi. Charlie tidak habis pikir dengan adik kembar nya itu.

※※

Setelah Carmen mengganti bajunya. Carmen kembali ke ruangan Charlie, ia melihat kakak kembarnya itu sedang membersihkan mejanya dan sesekali menengok ke laptop nya. "Ya, jadi bagaimana kesepakatan kita? Tuan CEO, haha" Carmen tertawa, Charlie hanya menatapnya sekilas lalu duduk di kursi nya. Menatap laptop nya dengan serius. "Baiklah, kuterima. Uang nya akan kuberikan 30 juta untuk sekarang, dan nanti akan ku transfer ke rekening bank mu 30 juta lagi. Dan setelah kau selesai mengambil file itu, lalu memberikannya padaku. Aku akan memberikan 40 juta sisanya. Bagaimana?" Ucap Charlie panjang lebar. Carmen berpura-pura berpikir "Hm, baiklah. Kita setuju, pak CEO" Carmen menyeringai penuh kemenangan.

TO BE CONTINUED. . .

I am A Good Girl, Isn't?Where stories live. Discover now