"Anjiirrr, teriakan Mama, sungguh cetarr membahana. Jantung gue rasanya mau copot" ucap Tasya setelah Nadia pergi.

"Gillaaaa,,, petcaahhh banget teriakan Mama, untung tabung gasnya gak meledak denger suara merdu Mama" ucap Ara.

"Gitu-gitu mertua kita Ra, walaupun gitu dia sayang sama mantunya. Beruntung banget kita tau"

"Nahh iyaa bener, temen-temen gue pada curhat soal mertua mereka, katanya pada gak betah tinggal sama mertua mereka. Mereka bilang cerewet lah, malah kayak babu lah, banyak lagi dehh"

"Ho'oh temen-temen gue juga gitu" mereka pun melanjutkan masak mereka yang sempat tertunda.

.
.
.
Saat ini, Farel dan Sean duduk di ruang keluarga sambil berpelukan, mereka masih menangis. Nadia pun datang dengan terpogoh-pogoh. Ketika sudah di depan Farel dan Sean, ia menduduk kan dirinya di dekat mereka sambil mengatur napasnya.

"Astaga Farel, Sean... Maaf Oma lupa kalau ada kalian" Nadia mendekati mereka dan memeluknya. Mereka membalas pelukan Nadia dengan erat.

"Maaf Oma lupa sayang, sstt jangan nangis lagi yaa ada Oma disini" Nadia masih terus mengelus punggung Sean dan Farel. Tak lama kemudian, Edgar pun datang ke ruang keluarga, ia duduk tak jauh dari mereka. Ia melihat interaksi istrinya dan cucu-cucu barunya. Ntah lah ia merasa terpesona dengan dua bocah itu.

"Omaa, Mom ana? Hikks....Ean akut Mom pelgi agi" ucap Sean dengan sesegukan.

"Iyaa Oma, Mommy mana? Kenapa Mommy pelgi lagi?" ucap Farel dengan suara seraknya karna habis menangis. Ia sedikit lebih tenang.

"Mommy lagi pergi olahraga sayang, bentar lagi Mommy pulang kok. Jangan nangis lagi yaa, nanti pas Mommy pulang trus liat Sean dan Farel habis nangis, nanti Mommy ikut sedih. Kalian emang mau liat Mommy Via sedih?" mereka kompak menggeleng di dekapan Nadia.

"Nahh sekarang jangan nangis lagi yaa, bentar lagi Mommy pulang kok"

"Mau Mom Omaa Hikss... Hiikkss"

"Iya sayang, sabar yaa Mommy lagi di jalan mau pulang"

"Mom Oma, Ean mau Mom Hikkss"

"Hallo Sean, Farel" sapa Edgar. Mereka berdua pun menoleh ke arah Edgar. Mereka hanya memperhatikan Edgar karna mereka baru bertemu dengannya. Suasanan menjadi hening, namun tidak dengan Sean, ia masih nangis sesegukan.

"Sama Opa Edgar yuk" mereka masih diam, seolah takut dengan Edgar.
"Jangan takut, sini main sama Opa" mereka menggeleng dengan kompak.

"Ean mau Mom, Opa... Hikkss... Hiikkss" Edgar pun mendekati Sean yang kini dalam pangkuan istrinya itu.

"Ehh anak tampan gak boleh cengeng dong, nanti jelek"

"Ean mau Mom, Opa. Sekalang Pa Hikss...Hikkss" Sean masih nangis sesegukan dan melingkarkan tangannya ke leher Nadia, kepalanya pun ia senderkan di dada Omanya itu.

"Opa gendong yuk, biar Oma yang telpon Mommy kalian yaa. Tapi janji Sean jangan nangis lagi" Sean pun mengangguk kemudia merentangkan tangannya kearah Edgar, dengan senang hati Edgar menggendong Sean.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Mommy (PINDAH KE DREAME)Where stories live. Discover now