Nasihat Ibu (Unwise Jealousy)

612 88 69
                                    

Yang suka dan selalu berharap Seohyun cemburu, mampus tuh chapter-chapter sebelumnya kukasih cemburu dan lost contact setengah tahun. Hahahaha *ketawa jahat*

Mobil silver berhenti di luar gerbang kediaman Choi. Di dalam terlihat dua wanita saling melempar senyum dan tawa. Namun, pertemuan mereka harus berakhir karena anak pemilik rumah harus beranjak masuk.

"Yul Unnie yakin tidak mau masuk dulu?"

"Tidak, besok saja kita bertemu. Unnie harus cepat kembali ke kantor." Ujar Yuri mengeluarkan koper Seohyun dan menutup pintu bagasi lagi. "Langsung istirahat ne!"

"Baiklah. Jangan lupa beri kabar kalau sampai!"

Yuri membelai kepala Seohyun sambil tersenyum lembut. Sekian detik kemudian dia berbalik badan menuju pintu kemudi. Tapi tiba-tiba sebuah taxi berhenti di depan mobil hingga turut menghentikan langkahnya pula.

"Seohyunnie!" panggil penumpang taxi tersebut yang adalah Yoona. Dia menutup mobil dan menghampiri Seohyun. "Hyunnie ah,"

"Aku baru sampai, Unnie. Lelah."

Yoona menahan pergelangan Seohyun yang hendak beranjak. "Baik, Hyunnie, baik. Unnie hanya ingin sedikit waktumu. Bisakah kita bicara setelah kau beristirahat?"

"Aku tidak janji. Pulanglah dan pakai maskermu!"

Meski terus berusaha meloloskan genggaman, Yoona tak menyerah begitu saja karena tidak mudah menemui Seohyun. Dia sampai berdiri menghalangi jalan Seohyun demi mendapat persetujuan untuk berbicara empat mata.

Yuri pun kesal melihat kekerasan sikap Yoona. Dia langsung maju dan membentang lengan menghadang bahu Yoona agar berhenti memaksa Seohyun.

"Kau tidak dengar? Dia lelah dan mau istirahat. Tinggalkan Seohyun sendiri!"

"Aku tidak berbicara padamu. Urus saja urusanmu sendiri!" pekik Yoona menepis kasar lengan Yuri dan makin mencengkram pergelangan Seohyun.

"Seohyun adalah temanku, wajar aku peduli."

"Cuma teman 'kan?" sungut Yoona seolah memberi peringatan agar Yuri membatasi diri mencampuri urusan Seohyun karena status mereka hanya teman. "Minggir!"

"Kau..."

"Cukup!" sentak Seohyun berdiri menengahi sebelum terjadi baku hantam dan akan menjadi konsumsi warga sekitar. "Yul Unnie, pergilah! Jangan khawatir!"

Merasa menang Yoona memandang tajam wajah Yuri memberi kode agar segera pergi. Namun, dia tak benar-benar menang. Seohyun juga memintanya pergi dan berdalil tengah lelah. Ya, alasan untuk menghindar.

"Mianhae, Unnie."

"Gwenchana. Unnie akan menelponmu dan tolong jangan dimatikan! Kapanpun kau bisa Unnie pasti datang untukmu. Ne?"

"Arraseo."

*

Choi samunim mengintip putri bungsu sedang memerhatikan laptop di dapur. Segala sudut rumah selalu bisa menjelma ruang kerja bagi sang putri. Semua bermula sejak berhasil membeli laptop dari gaji bekerja di kedai kopi yang ditabung sekitar 2 sampai 4 bulan. Setiap pulang kerja atau libur, Seohyun mulai membuka laptop.

"Seohyunnie, bagaimana acara seminar di Taipei?"

Para orang tua kebanyakan mungkin memilih kalimat 'Nak, kenapa tidak istirahat dulu?', tapi Choi samunim tidak begitu. Setelah mendengar kabar bahwa karya putrinya akan dirilis di luar negri beliau tahu betapa besar kecintaan terhadap literasi dan memutuskan untuk mendukung penuh. Menanyakan seputar acara lalu akan memompa energi positif Seohyun.

Snow on Love ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang