Jealous

726 93 38
                                    

Hai kalongers! 

Ya wanita kadang memang begitu. Gak peka, gengsi, maunya dimengerti, dan sekawanannya. 

Yoona perjalanan pulang ke rumah usai menyelesaikan syuting. Hari pertama bekerja di depan kamera berjalan lancar. Meski pertama kali berakting dan mendapat peran kecil dia tetap bisa menjalani amat baik apalagi setelah bertemu dan mendapat dukungan penuh dari Seohyun.

"Menghabiskan waktu bersama Seohyun membuatku semangat. Belum lagi mendengar kabar baik darinya."

-flashback-

"Mereka tertarik menerbitkan buku Bleeding Heart di sana setelah menerjemahkan ke bahasa mandarin. Unnie, aku senang sekali." ujar Seohyun seraya menggenggam jemari Yoona erat-erat. "Setelah naik cetak mereka memintaku ke sana mengisi seminar kecil. Hahaha."

Yoona ikut terperingis dan tak kuasa menahan jemari untuk tidak memberi usapan di kepala Seohyun. "Bahagia sekali melihatmu begini, Hyunnie."

"Unnie ikut senang mendengarnya, Hyunnie. Beritahu ya kalau mau berangkat nanti."

"Kenapa?"

"Tidak ada apa-apa. Memang tidak boleh menjadi orang yang tahu keberangkatanmu nanti?"

Seohyun terkekeh seraya memalingkan wajah sejenak karena malu. Tentu dia senang kalau Yoona ingin andil di saat-saat membahagiakan. Bahkan tanpa diminta pun Seohyun tak akan segan mengirim pesan pamit.

-flashback end-

"Oh, salju turun lagi." batin Yoona menengadah melihat sekawanan salju menyerbu bumi. "Kalau Seohyun di sini pasti sudah berlarian dan berjingkrak senang."

Telapak tangan bersembunyi di jaket lantas keluar dan mengulur ingin merasakan sensasi setiap kali butiran dingin jatuh berebah. Setiap tahun mengalami musim dingin tapi tak pernah begitu menikmati sampai mengenal Seohyun. Cumbuan salju menjadi hal istimewa dan menyenangkan terlepas berapa derajat.

"Krystal?" sebut Yoona usai berbelok di persimpangan dan mendapati Krystal berdiri di depan pagar. "Ada apa kemari? Sendirian pula."

Perhatian Yoona beralih ke tubuh yang tengah bersandar di tembok sebelah pagar sambil memasukkan kedua telapak di saku mantel. Helai-helai rambut disinggahi butir salju tapi dibiarkan. Sesekali napas mengeluarkan asap.

"Yoona Unnie,"

"Krys, ada apa?"

Krystal tersenyum senang melihat wajah Yoona terlebih tak ada raut kemarahan sedikitpun. Masih Im Yoona yang selalu menggemaskan dan tenang, tapi telah hilang kekhawatiran. Wajar. Krystal memahami itu karena dia yang membuat Yoona berubah.

"Kenapa tidak memakai sarung tangan?"

"Tadi belum terlalu dingin."

Krystal meraih jemari Yoona dan meremas pelan. Dulu tangan tersebut acapkali membelai dan menggenggam tangannya. Dia tiba-tiba ingin Yoona menaruh kasih sayang di setiap sentuhan itu lagi. Mungkin sangat egois setelah semua yang terjadi. Namun, setiap orang ataupun keadaan sangat bisa berubah.

"Aku salah lihat atau wajahmu agak pucat?"

"Unnie tidak salah lihat. Aku sedikit demam tapi tetap mau kemari menemui Unnie."

"Ada apa sampai memaksakan diri begini? Ayo, masuk!"

Tak ada pilihan lain selain mengajak Krystal masuk. Yoona tak yakin Krystal bisa membiasakan diri duduk di kursi besi berkarat atau sofa robek. Namun, meminta pulang pun butuh waktu perjalanan dan bisa-bisa terjadi hal buruk.

Snow on Love ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang