Khun mengangguk pelan, "Aku tau. Tapi tak apa, selama dia masih memikirkan aku."

Tak ingin melihat Khun terus-terusan murung, Bam memilih mengalihkan pembicaraan. Ia bercerita tentang dirinya yang berlatih keras untuk menjadi lebih kuat. Cerita itu membuat Khun merasa tertarik, selama ini ia sangat malas jika disuruh belajar beladiri. Tapi setelah mendengar cerita Bam, Khun seperti mendapatkan motivasi dalam dirinya.

Selain itu, Bam juga bercerita tentang profesi Ayahnya yang seorang dokter. Dan itu semakin membuat Khun kagum pada Bam. Bam sedikit tau tentang ilmu kedokteran karena Ayahnya sering bercerita ini dan itu serta mengajarkan hal-hal yang mudah untuk Bam pelajari. Khun juga bercerita tentang kehidupan membosankan miliknya yang tinggal di sebuah Mansion megah.

Bam hanya terkekeh saat mengetahui bahwa tebakannya lebih dari benar bahwa Khun itu ternyata anak orang kaya atau lebih tepatnya dia adalah seorang Bangsawan.

Saat waktu mulai menunjukkan sore hari, Bam pamit untuk segera pulang. Rumahnya berada cukup jauh dari daerah ini. Jika terlambat, bisa-bisa ia akan pulang terlalu larut dan mendapat omelan dari orang tuanya. Khun juga memutuskan untuk pulang, tetapi sebelumnya ia ingin mampir ke toko yang ia incar tempat dimana barang yang ia inginkan dijual.

Keduanya berjanji untuk saling bertemu lagi di kemudian hari. Khun berkata dipertemuan mereka selanjutnya ia akan menjadi kuat dan terus berlatih sampai saat itu tiba. Begitu pula dengan Bam. Ini adalah awal dari persahabatan mereka berdua.

***

Bam berlari dengar sangat tergesa-gesa. Di belakangnya terlihat seekor babi hutan berukuran besar tengah mengejar dirinya. Matahari sudah hampir terbenam dan ini memang waktu di mana hewan liar penghuni hutan mulai berkeliaran untuk berburu mangsa.

Padahal Bam sudah sangat bergegas, tapi ternyata ia masih tetap terlambat. Jika melewati hutan pada malam hari, itu sama saja seperti bunuh diri bagi anak itu. Bam sudah seperti melemparkan dirinya sebagai umpan untuk hewan-hewan buas di sana.

Bam hanya bisa berlari sekuat tenaga. Kekuatannya masih belum cukup melawan babi hutan itu. Jadi pilihan satu-satunya hanya kabur.

Karena terus berlari tanpa memperhatikan jalan, Bam tak sadar kalau di hadapan ada seorang pria dan ia berakhir dengan menabrak orang itu.

Prang!!!!

"Astaga! Guci ku!" ucap pria itu dengan histeris.

Bam yang melihat itu juga tak kalah panik. Karena tabrakan tadi, ia membuat guci yang dibawa pria itu kini pecah berantakan di tanah.

"Ma-maafkan aku!" Bam membungkukkan badannya memohon maaf. Karena tak kunjung mendapat jawaban, ia memberanikan diri menatap pria yang ternyata tengah meratapi pecahan guci itu.

"Matilah aku," ucap pria itu.

"Tuan maafkan aku. Aku akan mengganti gucinya," ucap Bam.

Pria itu hanya tersenyum masam. Guci itu adalah milik tuannya. Ia tak tau akan semarah apa tuannya itu jika tau benda kesayangannya telah hancur. Lagipula pria itu tak yakin apa anak itu benar-benar bisa menggantinya. Guci itu adalah buatan seseorang khusus untuk tuannya sehingga tak di jual di manapun.

"Ada apa ini? Bisa kau jelaskan apa yang terjadi, Luslec?"

Seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam muncul dari balik semak-semak. Tangan kanannya memegang sebuah pedang sedangkan tangan kirinya menyeret seekor hewan. Hewan itu adalah babi hutan yang tadi mengejar Bam.

"Tuan V!" tanpa sadar Luslec menjerit panik.

V mengernyitkan dahinya melihat ekspresi Luslec. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke sosok anak kecil yang berada di dekat pria itu.

'Apa yang dilakukan anak kecil di hutan menjelang malam hari seperti ini?' batin V bertanya-tanya.

"T-tuan, maafkan aku. Guci milik Anda pecah saat aku tidak sengaja bertabrakan dengan anak ini," Luslec menundukkan kepalanya dengan mata yang terpejam lantaran takut mendapatkan omelan dari V.

V lalu berjalan mendekat. Luslec lantas semakin erat memejamkan matanya, namun ternyata V malah melewatinya dan menuju ke arah Bam.

V berlutut berusaha mensejajarkan tingginya dengan Bam, "Apa yang kau lakukan di tengah hutan seperti ini nak?"

"A-aku sedang dalam perjalanan pulang," ucap Bam sedikit terbata. "Apa guci itu milikmu, Tuan? Maafkan aku tidak sengaja menghancurkannya. Benda itu terlihat sangat berharga."

"Ya, itu memang berharga. Itu adalah guci peninggalan istriku."

Bam membulatkan matanya, "A-aku akan menggantinya! Ayahku seorang dokter, dia pasti bisa menggantinya. Eh-tidak, Ayah jangan sampai tau. Aku tak boleh merepotkannya."

V terkekeh-kekeh melihat Bam yang mulai berbicara sendiri, "Kau tak perlu menggantinya."

"Tapi ibuku bilang aku harus bertanggungjawab atas kesalahan yang kuperbuat," ucapnya polos

Mendengar itu, V malah mengusap kepala Bam lantaran gemas, "Tak apa. Kau bilang ingin pulang, kan? Biar aku antar kau pulang ke rumah."

V lalu menggandeng tangan Bam dan membawanya berjalan melewati hutan.

"Tapi aku bisa pulang sendiri, Tuan."

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengantarmu sampai keluar hutan saja," ucap V mengalah akhirnya membuat Bam berhenti protes.

Luslec yang berjalan di belakang mereka berdua hanya bisa tersenyum teduh. Bam dan V terlihat seperti Anak dan Ayah, keduanya begitu mirip. Andai saja Arlene masih ada dan tuannya mempunyai anak, mungkin anak itu akan tumbuh seperti Bam. Tuannya juga pasti akan hidup bahagia. Yah sayang nya semua itu hanya pengandaian semata.

-To Be Continued-
____________________

Udah part 5 aja nih.
Jangan lupa selalu vote dan komen yaaa.

24 June 2019

By Chaerun Nessa

Prince Of Night [Tower Of God FF - Baam]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें