The Waffle and The Song

36 6 1
                                    


Dan saat aku mulai menyerah, takdir mempermainkan diriku kembali,

Aku mendapat part time job di cafe yang terletak di depan dorm yang ditempati oleh Seokmin.
1,5 tahun telah berlalu sejak aku melihat Seokmin.

Hari itu, seminggu setelah aku resmi bekerja di cafe ini, saat aku memindahkan susu ke wadah nya, ia masuk ke cafe ini bersama beberapa temannya,
Salah satu nya adalah Mingyu, teman sekelas seokmin sejak masa SMA dulu.
Aku bergegas menuju tempat pemesanan untuk melayani pesanan Seokmin dan teman-temannya,
Aku tahu mungkin aku tidak boleh berharap banyak, tapi aku benar2 berharap Seokmin bisa mengenali ku.
Seokmin menatap papan menu yang terpasang di dinding, dahinya dikerutkan sembari menggigit bibir bawahnya,
Suatu kebiasaan yang selalu ia buat ketika ia memikirkan sesuatu.
Dan aku berani bersumpah bahwa aku bisa mendengar suara jantungku sendiri ketika ia menatap ku dan memberitahu pesanan nya,
dan ketika ia berlalu, rasa kecewa itu menghampiriku. Dia sama sekali tidak mengingatku.
Seokmin yang sekarang terlihat jauh lebih tampan dari yang terakhir kulihat.

Jika dulu yang kulihat adalah seorang pria dengan seragam sekolah,
Seokmin yang sekarang terlihat lebih mature, lebih tampan dan rapi dengan lengan kemeja panjang yang di gulung, dan jam tangan di tangan kirinya.. dan ia juga terlihat jauh lebih tinggi sejak terakhir kali aku melihatnya.

Wonwoo, salah satu rekan kerjaku tiba2 menghampiri ku ketika mereka pergi.
"yah Jisoo, mereka sangat tampan yah. Mereka penghuni dorm di depan cafe ini. Terkadang mereka sering sekali datang ke tempat ini, bahkan bisa setiap hari. Dan mereka sangat suka waffle disini.
Waffle itu menu wajib sarapan di kafe ini setiap hari rabu dan jum'at. Jadi rabu depan pasti mereka akan kesini."

Aku memainkan ujung lengan kemeja ku dan berkata " wonwoo, kamu bisa ajarkan aku cara membuat waffle?. Emm, aku tidak bisa memasak apapun sama sekali"
entah setan apa yang merasuki ku saat itu, tapi yang ada dipikiranku hanya lah aku ingin membuat waffle untuk Seokmin. Ingin melihat senyum yang terukir di wajah nya ketika ia memakan waffle yang kubuat.
Aku tidak berharap ia akan menanyakan siapa yang membuat atau apapun itu. Aku hanya ingin bisa berpartisipasi dalam membuat hal hal yang bisa membuat Seokmin tersenyum. Sesimple itu.

Mungkin untuk sebagian orang, membuat waffle itu adalah hal yang mudah. Tapi tidak untukku, aku benar benar payah dalam memasak. Dan akhirnya aku membutuhkan waktu selama 2 malam belajar membuat waffle yang benar dari wonwoo.
Dan hari rabu pun tiba. Seperti yang wonwoo katakan, bahwa mereka akan datang dan akan memesan waffle. Dan aku berusaha membuat waffle dengan sangat hati-hati,berharap dapat membuat waffle yang sempurna.
Setelah menaruh waffle ke meja tempat mereka duduk, aku kembali ke tempat ku sambil memandang ke arah mereka dengan penuh excitement dan harapan yang tinggi.

Sepotong masuk ke mulut mingyu, potongan kedua ke mulut mingyu, potongan ketiga ke mulut mingyu (lagi), dan tidak sekalipun seokmin menyentuh Waffle itu.
"Seok, waffle ini sangat enak. Kamu mau?" Mingyu menyodorkan potongan waffle ke arah Seokmin, yang dibalas Seokmin dengan gelengan,
"Kamu tau kan kalau aku tidak suka sarapan dan juga makanan manis"
Senyuman yang semula ada di wajahku lenyap seketika setelah mendengar itu.

Hari-hari berikutnya Seokmin selalu datang ke cafe ini, terkadang bersama mingyu, terkadang sendirian.
Dan jika dia datang sendirian, ia selalu duduk di ujung kanan kafe dengan jendela di sebelahnya, dengan buku ditangan dan headset di telinga.
Aku selalu bertanya-tanya dalam hati , Lagu apa yang kamu dengar Seok? Lagu ballad?hiphop?atau apa? Bisakah kamu berbagi padaku?
Setiap kamu datang ke kafe ini, taukah kamu bahwa hati ku selalu merasa bahagia dengan kehadiranmu?
Aku berharap suatu hari kamu akan menyadari bahwa ada orang yang dalam diamnya menemani kamu disisi mu, mengharapkan sejuta kebahagian untukmu.

Terkadang aku pernah berpikir dengan egois, berharap kamu menyadari keberadaanku. Berharap suatu hati aku bisa menjadi alasan terpenting dibalik setiap senyummu.

Cinta dalam diam ini bukan hal yang menyakitkan untukku.
Hal yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa kamu tidak pernah melihatku.
Bahwa aku hanya lah orang biasa yang kebetulan berjalan didepanmu atau dikiri kananmu, hanya orang lewat dan tidak layak diingat.
Aku ingin menyanyikan lagu kesukaanmu dan tertawa disisimu, tapi aku tahu aku tidak akan pernah mempunyai tempat dihatimu seberapa bagus nya aku bernyanyi.

Akankah ada jalan dimana kamu akhirnya bisa melihatku, seok?

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jun 21, 2019 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Unreached StarOnde histórias criam vida. Descubra agora