"Apa kau tidak akan memberikan hormatmu pada calon mertuamu?" tanyanya dan Sinb pun tertegun. Mulai berpikir, hingga ia mulai memahaminya.

Sinb pun bangkit dan membungkuk. "Perkenalkan, nama saya Kang Sinb-imnida," kata Sinb mencoba seramah mungkin. Namun, di dalam hatinya ia terus saja menggerutu. Menyumpahi Chan tanpa jeda.

"Aku sudah tahu, bahkan dimana rumahmu serta orang tuamu," katanya yang kini duduk.

Seolah ini menjadi dejavu. Kilasan memori dimana suasana seperti ini pun terus bermunculan dalam benaknya.

Sebenarnya ada apa dengan para orang tua ini? Apa mereka tidak pernah berkencan saat muda? Bagaimana bisa mereka menganggap serius kisah cinta anak remaja seperti mereka.

"Lalu? Apa Anda membutuhkan sesuatu?" Sinb bertanya dan pria tua itu pun tersenyum.

"Apa yang bisa kau berikan kepada anak bebal itu?"

Anak bebal? Maksudnya Chan? Sungguh Sinb ingin tertawa rasanya. Han pun segera menyikutnya, mencoba mengingatkan jika Sinb harus kembali serius.

Sinb pun memutar otaknya. "Bagaimana paman bisa bertanya hal semacam ini kepada gadis berumur 18 tahun?"

Pria tua ini pun tertawa. "Anggap saja ini seperti bimbingan konseling saat kau mencoba merencanakan masa depanmu," katanya.

Sinb pun mengangguk. "Apa yang bisa ku berikan pada Chan? Aku pikir, hal yang sering dilakukan oleh remaja seusiaku. Kami akan sering berbicara, menghabiskan waktu bersama sekali-kali, makan dan bermain. Tidak ada yang spesial paman, karena kenyataanya kita masih sangat muda untuk membahas masa depan." kata Sinb menjeda. "Bagiku sekarang, menikmati hidup lebih penting dari pada terpacu pada rencana yang juga terkadang tak pasti," lanjut Sinb dengan sangat santai, Han terlihat sangat tegang dan pria tua itu pun memandang Sinb dengan serius.

"Benarkah? Aku pikir, jika kalian berdua memiliki rencana yang matang, setidaknya kalian memiliki modal untuk mendapatkan kepercayaanku, bahkan segala sesuatu yang kalian butuhkan akan terpenuhi dengan mudah." Sepertinya pria tua ini memberikan penawaran yang cukup konyol. 

Sinb tersenyum, karena ia cukup tahu jika ini hanya sebuah jebakan. Sinb pun mendesah dan mulai menjawabnya. "Apa yang harus ku katakan kepadamu, paman? Kami bukan remaja jenius yang bisa berpikir tentang masa depan yang begitu luas. Terkadang kami selalu bersikap kekanakan, emosional, meskipun pada akhirnya kita bisa menciptakan sebuah rencana masa depan, aku tidak bisa menjamin jika itu adalah pilihan tepat," katanya sambil menghela napas, "Dan ... Tak bisakah paman membiarkan kami untuk tumbuh dengan perubahan-perubahan rencana yang dapat kami buat? Keputusan seseorang tentang banyak hal, banyak dipengaruhi oleh usia. Paman tidak akan memaksaku dan Chan untuk menikah sekarang hanya ingin membuat kami menjadi anak yang dewasa, kan?" tanya Sinb dan pria tua itu tertawa.

"Baiklah, aku tahu apa maksudmu. Jadi, aku tidak akan bertanya tentang banyak hal lagi," ucapnya yang kini berbalik. "Ayo kita pergi," lanjutnya pada para pengawalnya.

Han pun tiba-tiba merosot dan Sinb menjatuhkan dirinya di sofa. "Yak, intrograsi macam apa ini? Bagaimana bisa mereka memperlakukan kita seperti orang dewasa saja," gerutu Sinb yang tak habis pikir.

Han pun mendongak, memandang Sinb kemudian mengacungkan jempol tangannya. "Kau hebat, bagaimana bisa kau membuat beruang tua itu berhenti berbicara?" Han menggeleng-geleng penuh kagum.

"Beruang tua? Dia beruang tua?" Seketika Sinb pun tertawa.

"Dari mana kau belajar semua itu? Cara berdebat dengan orang tua?" Han menjadi penasaran saja. Ia tak menyangka jika gadis dihadapannya ini bahkan lebih hebat dari Yeji gadis yang bahkan ketakutan saat bertemu dengan beruang tua ini.

UPROAR | SINB | SKZ Where stories live. Discover now