Chapter 31

322 73 14
                                    

Malam semakin larut saat dua orang gadis keluar dari sebuah gedung bimbingan belajar. Soyeon terus menertawa Sinb yang semenjak tadi manyun dan terus mengentakkan kakinya karena kesal yang memuncak.

"Kalau saja kau tidak kelepasan mengatakan tempat bimbingan ini, mungkin sekarang aku masih bisa di rumah dan mendengarkan suara GD oppa yang merdu." Lagi untuk kesekian kalinya Sinb menggerutu dan tiba-tiba berhenti, menodong Soyeon dengan jarinya. "Kau sengaja, 'kan? Agar kau memiliki teman untuk bimbingan membosankan ini," lanjutnya yang kali ini berjalan cepat meninggalkan Soyeon.

Pagi tadi saat tanpa sengaja Tiffany bertemu Soyeon dan menjadi akrab. Wanita itu bertanya apa yang dilakukan Soyeon setelah pulang sekolah dan Soyeon mengatakan jika sekarang telah disibukkan dengan bimbingan belajar. Mungkin jika di Amerika itu tidak perlu, tapi ini adalah Korea yang 80 persen anak-anak telah mendapatkan bimbingan belajar semenjak dini. Jadi, TIffany memutuskan untuk memasukkan Sinb dan Hyunjin kemari. Hanya saja, Hyunjin yang sangat licik itu melarikan diri dengan bebas saat tiba-tiba Tiffany menjemputnya tadi. Hanya Sinb yang tertangkap basah sedang mengobrol dengan Soyeon dan al hasil di sinilah mereka berakhir.

"Eh, tunggu! Berhentilah marah, lagi pula kita bersama-sama," tutur Soyeon yang tidak berhenti tertawa, sebab kenyataannya ia memang sengaja mempengaruhi Tiffany agar ia memiliki teman di tempat bimbingan belajar yang membosankan ini.

Saat Soyeon sudah sampai dan merangkul Sinb, gadis ini berusaha menepisnya. "Jangan berbicara kepadaku, aku muak denganmu!" ucapnya dengan kesal yang malah membuat Soyeon semakin gencar menggodanya dan tiba-tiba saja mereka melihat mobil berhenti di samping trotoar.

Saat kaca mobil terbuka, nampak Minho yang akan turun bersama Changbin. Sinb yang menyadari Minho terlihat mabuk hanya menghela napas, "Apa kau mau menemui Changbin?" tanya Sinb pada Soyeon, tapi tidak dijawab oleh temannya itu.

Soyeon masih tak percaya jika Changbin benar-benar datang menghampirinya dan Sinb yang merasa tak dihiraukan pun memilih melangkah pergi. "Baiklah aku akan pergi." Pamitnya yang kini melangkah cepat.

"Ya! Tunggu!" Soyeon mencoba untuk mencegahnya dan tangan Changbin segera mencegahnya.

"Biarkan saja, aku sudah mengatakan untuk menunggu, 'kan? Kenapa kau malah pergi?" tanya Changbin dan Soyeon yang bingung masih fokus memperhatikan pada Minho yang berjalan sempoyongan berusaha untuk mengejar Sinb.

"Kau tahu apa yang terjadi dengan mereka?" tanya Soyeon yang merasa aneh dengan kedua orang itu. 

"Biarkan mereka berbicara dan kita cukup menunggu di sini," pinta Changbin dan mau tidak mau Soyeon menurutinya.

Sementara Sinb masih berjalan, ia tahu jika Minho mencoba untuk mengikutinya. Namun Sinb yang sangat lelah dengan segala materi yang diberikan dibimbingan belajar, lagi-lagi memilih untuk tidak menghiraukan Minho. Tidak ingin menimbulkan perdebatan yang tidak berarti dan berkepanjangan. 

"Kang Sinb ...," panggil Minho untuk keberapa kalinya dan Sinb masih tidak menggubrisnya. Gadis ini benar-benar lelah dan tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi Minho.

Namun, saat Sinb tak mendengarkan panggilan Minho atau suara derap langkah kakinya, hal ini membuat Sinb penasaran dan ingin segera melihatnya. Benar saja, saat Sinb membalikan tubuhnya serangan dekapan Minho datang, membuat Sinb terkejut bukan main.

"Aku merindukanmu," lirihnya yang terdengar begitu parau ditelinga Sinb. Membuat gadis ini penasaran apa yang terjadi pada Minho. Apa mungkin pria ini baru saja menangis?

Segera, Sinb melepaskan pelukan Minho untuk melihat wajah pria ini dan benar, jejak air mata itu ada. Apa yang terjadi sampai-sampai membuat dirinya kacau seperti ini. Diusapnya sisa air mata itu. "Apa yang terjadi? Kenapa kau bau alkohol sekali?" omelnya yang entah membuat Minho tersenyum. Bahkan hanya dengan mendengarkan omelan Sinb saja, ia merasa cukup senang.

UPROAR | SINB | SKZ Where stories live. Discover now