Taufik menyeringai senang, lantas membawa Sinar ke ruangannya. Namun, baru beberapa langkah pintu ruangan Darius terbuka, sahabatnya terlihat terburu-buru keluar.

"Mau kemana, Us?" tanya Taufik penasaran.

Darius menoleh. "Ada urusan di luar, lo hari ini jaga barang yang masuk ya. Gue kayaknya nggak balik lagi." Tanpa menunggu persetujuan Taufik, dirinya langsung berlalu begitu saja mengabaikan teriakan serta umpatan sahabatnya.

***

"Pokoknya Mami nggak mau tahu, kamu harus temanin Mami ke mal!"

"Aku nggak bisa, Mi. Masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan sebelum ambil cuti."

"Kan ada Opik sama Sinar yang bisa handle kerjaan kamu dulu, lagian pegawai kamu udah bisa ditinggal juga." Shalu masih mencoba membujuk anaknya untuk pulang.

"Sinar bentar lagi lahiran, Mi. Opik pasti nggak ada waktu untuk ngurus kantor, lagian anak-anak kalau ditinggal malah kerjaan bisa kacau. Yang tahu apa-apa kan cuma aku, Opik, sama Sinar."

"Makanya tunjuk satu pegawai kamu yang bisa kamu percaya untuk handle kerjaan di kantor."

"Mi, aku tutup ya teleponnya. Aku mau periksa barang yang masuk hari ini. Assalamualaikum."

Klik.

Belum sempat Shalu membalas, Darius sudah menutup teleponnya.

"Dasar anak durhaka, Mami kutuk juga dia batu!" umpat Shalu kesal.

"Mi, nggak boleh ngomong gitu, kalau Allah dengar terus anaknya benaran berubah jadi batu, gimana?" Irvin menegur Shalu.

"Abis anak Papi yang satu itu nyebelin banget!"

"Tapi nggak boleh ngomong kayak gitu juga, Mi." Irvin duduk di samping istrinya seraya mengelus rambut menenangkan Shalu.

"Iya, maaf, Papi." Shalu yang sadar akan kesalahannya langsung menundukkan kepala.

Irvin menarik Shalu ke dalam pelukannya. "Biar Papi aja yang nemanin Mami ke mal, ya."

Shalu menjauhkan tubuhnya. "Nggak mau ah, kalau sama Papi ke mal nya Mami nggak bebas. Mending Mami ajak Kei aja ya, sekalian mau cari kain untuk seragam keluarga." Perempuan paruh baya itu tampak semangat berjalan keluar, begitu lincah dan ceria khas anak remaja. Padahal usianya sudah setengah abad lebih.

Irvin menggelengkan kepalanya, membiarkan Shalu merecoki Keifani hari ini. Bersyukur juga dirinya tidak harus jadi pelampiasan, Irvin sebenarnya enggan menawarkan diri untuk menemani Shalu ke mal. Hanya saja dia hapal betul kebiasan istrinya yang akan memasuki semua toko yang ada di mal hingga membuat kakinya pegal. Bersyukur tawarannya tadi ditolak sang istri.

Jadi, tak heran bila Darius juga menolak menemani maminya ke mal.

Setelah tidak berhasil membujuk Darius, kini Keifani menjadi teman jalan ke mal. Shalu sudah berencana pergi bertiga---bersama Darius juga---sekali jalan calon pengantin itu bisa memilih kain untuk seragam keluarga kedua belah pihak.

"Mami kesal sama Darius, masa dia nggak mau meluangkan waktunya buat temanin kita ke mal sih." Keifani menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung mau memberikan respon seperti apa. "Mami kan rencananya kita jalan sekalian lihat-lihat kain untuk seragam, Mami mau juga minta pendapatnya karena ini pernikahannya juga."

"Sabar ya, Mi. Mungkin memang Mas Darius sibuk di kantornya." Keifani mengusap lengan Shalu sembari mengusapnya. "Kan ada aku yang temanin Mami, aku yakin Mas Darius suka sama pilihan kita. Masalah kain kan biar aku dan Mami yang urus, biar Mas Darius selesaikan pekerjaannya dengan tenang."

Shalu menoleh pada Keifani. "Duh, pengertian banget sih mantu Mami ini. Darius beruntung bisa dapatin kamu."

Keifani meringis, sungguh dirinya saat ini diluputi rasa bersalah luar biasa. Bagaimana bisa dia membohongi orang-orang yang dia sayangi dengan mengambil jalan pernikahan kontrak bersama Darius.

Apa sekarang Keifani menyesalinya? Tentu saja tetapi tidak ada jalan untuk mundur, persiapan pernikahan sudah berjalan 85% yang artinya dia tidak punya jalan selain tetap menjalannya perannya.

Kaki Keifani mulai pegal menemani Shalu berjalan mengelilingi mal, hampir semua toko yang mereka masuki hanya untuk melihat-melihat sebelum akhirnya mereka keluar tanpa membeli apa pun.

"Katanya Mami mau cari kain buat seragam." Keifani mengingatkan siapa tahu Shalu lupa tujuan mereka di mal.

Shalu menepuk jidatnya lalu tersenyum malu. "Ohiya, Mami lupa. Yuk, kita ke langganan kain tempat Mami biasa belanja."

Baru dua langkah kaki Keifani terhenti ketika matanya melihat dua sosok yang tak asing, pasangan kekasih saling bergandengan tangan mesra mengabaikan pengunjung lain. Mereka merasa dunia hanya miliknya berdua.

Darius dan Bella.

Melihat Keifani menatap intens di belakangnya, membuat Shalu menepuk lengan calon menantunya. "Kei, kamu lihatin apa sih?" Baru saja akan berbalik badannya segara ditahan oleh Keifani.

"Ah, Mi. Aku lapar, kita makan dulu ya sebelum cari kainnya." Shalu mengangguk setuju.

Diam-diam Keifani menghela napas lega.

Darius harus berterima kasih padanya karena sudah menyelamatkannya.

***

BERSAMBUNG...

Darius hampir aja ketahuan sama mami wkwk untung ada Kei.

Update nya makin lancar ya hehe semoga sampai tamat ya 😁

Vote dan komen ya 🙏
Spam next yuk, biar akunya makin semangat update 😜

See you next part

(FOLLOW IG : @puterizam UNTUK TAHU SEPUTAR CERITA2 AKU DAN JADWAL UPDATE)

(FOLLOW IG : @puterizam UNTUK TAHU SEPUTAR CERITA2 AKU DAN JADWAL UPDATE)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now