Mimpi Itu Datang Lagi

1.3K 128 57
                                    

“Mahesa, Mahesa,” sekarang malah terdengar suara Jamal memanggil-manggil namanya. Terdengar begitu dekat, namun dia sama sekali tidak melihat keberadaan Jamal di sekitarnya.

“Mahesa,” suara itu muncul lagi dan semakin nyaring memanggil namanya.

Mahesa tersentak kaget dan langsung membuka matanya, bayangan wajah Jamal sudah ada di depan matanya.
Ternyata Jamal baru saja membangunkannya, suara Jamal seolah sebuah pertolongan baginya agar bisa lepas dari mimpi buruk yang baru saja mendatanginya. Mimpi itu datang lagi, untuk kesekian kalinya mengusik hidupnya, lagi.

Sejenak dia merenungi mimpinya itu, tampak raut penyesalan masih menggelayut di pelupuk matanya hingga saat ini. Larasati. Disebutkannya lagi nama itu dalam hati, sudah tiga tahun lamanya kejadian itu terjadi namun Mahesa masih belum bisa melupakannya begitu saja. Terlalu sulit menghapuskan rasa bersalahnya pada gadis anggun itu, di mana sekarang dia berada, bagaimana kabarnya, dan berbagai macam pertanyaan lain yang ingin dia lontarkan jika akhirnya dia bertemu dengan Lara. Cinta yang terlambat dia raih.

“Nggak apa-apa, kan?” tanya Jamal dengan cemas.

Mahesa langsung bangkit dari posisi dan terduduk di atas slepping bag dengan napas yang masih memburu, diraupnya wajah yang sudah basah oleh keringat dingin. Begitupun rambut gondrongnya yang sudah kuyup oleh keringat.

“Habis mimpi buruk ya? Dari tadi ngigau terus, keringatan lagi. Mimpiin apa sih?” tanya Jamal lagi.

Mahesa masih belum menjawab pertanyaan Jamal yang bertubi-tubi padanya, dia malah mengamati sekeliling. Dia masih berada di dalam tenda. Di atas puncak Gunung Sindoro.

“Jam berapa, Mal?” tanyanya balik pada Jamal.

“Jam delapan pagi, gimana perutnya udah baikan?”

Mahesa memegangi perutnya yang semalam terasa sangat nyeri. “Hem, lumayan.” Jawabnya.

“Syukurlah kalo udah nggak apa-apa. Nih, diminum lagi obatnya. Biar cepet sembuh. Gini nih akibatnya kalo muncak dadakan tanpa planning, suka terjadi hal-hal yang nggak diinginkan.” Jamal mulai mengomel.

“Apaan nih? Jangan-jangan racun lagi?” tanya Mahesa sambil membaui ramuan pemberian Jamal.

“Itu air rebusan daun Senggani. Makanya, Sa, gue kan udah bilang namanya muncak itu butuh planning yang matang. Kalo nggak akibatnya kayak sekarang nih, lupa bawa obat pribadi.”

Sejenak Mahesa memperhatikan wajah Jamal, lalu dia pun tersenyum dan akhirnya meminum ramuan yang rasanya sangat pahit itu. Dia ingat, semalam dia merintih kesakitan di bagian perutnya. Sakit yang tak tertahankan rasanya.

Untunglah, sahabatnya itu tahu jenis-jenis tanaman obat apa saja yang bisa digunakan untuk meredakan sakit yang dideritanya itu. Dan kali ini, Senggani menyelamatkannya. Tanaman berbunga warna ungu cantik itu berhasil menyelamatkannya dari keteledoran yang dibuatnya sendiri. Pergi mendaki gunung dengan tergesa dan tanpa persiapan apa-apa membuatnya tidak membawa obat-obatan pribadi dan perlengkapan yang cukup untuk menjaga dirinya dari bahaya alam liar. Dan sekali lagi untunglah ada Senggani sang menyelamatnya kali ini.

“Kalo sudah baikan, nanti siang kita turun dan pulang ke Jakarta.” Ucap Jamal lagi.

“Iya, udah nggak apa-apa kok. Anak-anak yang lain mana?” tanya Mahesa sambil sesekali menyeruput racikan obatnya dengan ekspresi kepahitan itu.

“Ada di luar. Lagi bongkar tenda sama packing.” Jamal menyerahkan air mineral kepada sahabatnya itu karena merasa kasihan melihat Mahesa yang menahan rasa pahit di lidahnya itu.

“Kita turun nanti siang.” tandas Mahesa mantap.

🍁🍁🍁

Mahesa yang baru saja kembali dari pendakian ke gunung Sindoro terlihat sedang berada di almamaternya dulu tempat dia belajar dan menimba ilmu. Kampusnya terlihat sangat ramai dari biasanya, karena hari ini para mahasiswa pecinta alam atau yang berjuluk Dharmapala sedang mengadakan sebuah event tahunan yang mengangkat tema tentang Go Green. Sebuah issu hangat yang akhir-akhir ini begitu gencar diperbincangkan maupun dicanangkan oleh seluruh masyarakat dunia. Betapa kita perlu untuk memikirkan masa depan bumi ini juga keberlangsungan hidup anak cucu kita mulai dari sekarang, hal inilah yang mendasari UKM terbesar kedua di Universitas Dharma Nusantara itu untuk mengangkatnya menjadi tema event tahunan mereka.

A Love to Him (Belum Revisi)Where stories live. Discover now