Seseorang yang sudah menyekapnya sendiri, tampak tertidur dengan beralaskan tikar di lantai.

Entah ada di mana mereka sekarang. Yang jelas bukan di rumah di penyekap.

Napas Acha memberat, karena rasa takut yang meliputi perasaannya. Ia mencoba menenangkan diri, sambil menarik-narik tangannya. Berusaha melepas lilitan tali di pergelangan tangannya.

Cukup lama Acha harus berkutat dengan tali. Tapi usahanya, sepertinya tidak sia-sia. Sebagian besar tangannya, mulai berhasil lolos dari lilitan tali. Meskipun harus membuat tangannya terluka.

Sampai akhirnya, tangan Acha benar-benar berhasil lolos keseluruhan dari tali. Acha berteriak girang di dalam hatinya. Ia pun beralih melepas ikatan tali di kakinya.

Setelah tangan dan kakinya terbebas, Acha dengan sangat berhati-hati berjalan ke arah pintu keluar.

Yah tapi tepat sesuai dugaan Acha, kunci pintunya tidak tergantung di pintu. Pasti disembunyikan.

Acha mencoba menerka-nerka, di mana kira-kira kunci disembunyikan.

Tapi mata Acha tak lama menangkap benda lain, yang membuat sebuah ide muncul di benaknya. Kalau mencari kunci pasti akan terlalu lama, lebih baik pintunya dicongkel atau dirusak. Memang akan menimbulkan bunyi berisik, tapi Acha yakin bisa melawan orang yang sudah menyekapnya itu.

Acha segera mengambil besi dengan bentuk melengkung dan ujung yang tajam. Ia menghantam bagian ujung yang panjang pada bagian pinggir pintu.

Trak, trak, trak. Bunyi berisik yang ditimbulkan dari hantaman pun tidak bisa dihindari.

Sontak orang yang menyekap Acha terbangun, ia terkejut melihat ikatan Acha yang sudah lepas.

Orang itu segera beranjak berdiri dan menyekal tangan Acha dari belakang. Acha meronta, mencoba melepaskan diri.

"Lo mau ngapain hah?!" teriak orang itu pada Acha. Acha meringis saat besi yang ia pegang direbut paksa hingga melukai telapak tangannya.

Tubuh Acha pun diputar balik hingga menghadap ke arahnya. Tapi Acha segera mendorongnya lalu menendang perutnya.

Tidak terima, orang itu menghampiri Acha dan menarik rambut gadis itu.

"Akh! Sakit! Lo anggep perlakuan lo ini, nunjukin lo sayang sama gue?!" seru Acha.

"Gue gak akan kasar kalau lo gak ngelawan!" brak! Tubuh Acha dibanting ke lantai.

"Han Jisung lo gila! Lo cuman jadiin gue alesan buat kesenangan lo sendiri!"

"Apa kesenangan gue emang hah?!"

"Nyiksa dan bunuh orang! Gak terkecuali temen-temen lo sendiri! Apa?! lo mau bilang kalau lo bunuh mereka, karena mereka kenal, tau, dan suka perhatiin gue, iya?! Enggak. Nyatanya lo udah ngincer temen-temen lo sendiri dari lama, tapi nunggu waktu yang pas. Iyakan?!"

"Gak usah sok tau lo!"

Srak. Acha sontak berteriak, saat ujung besi yang tajam menancap di betisnya.

Han Jisung. Orang yang sudah menyekap Acha itu, berjongkok di depan gadis yang sekarang tengah menahan sakit sambil berusaha mencabut besi yang ada di betisnya.

"Tapi apa lo juga orang baik? Gue tau lo menggal kepala Ayah lo sendiri. Bahkan lo tega nipu cowok-cowok buat cari bukti."

"Itu terpaksa gue lakuin! Gak kayak lo yang cuman buat seneng-seneng, psikopat!"

Plak! Satu tamparan mendarat di pipi Acha, dagunya kemudian dicengkram erat.

"Udah gue bilang, gue lakuin itu semua lebih lo." Kata Han dengan nada rendah.

"Enggak! Jangan bawa-bawa gue! Dari awal lo itu emang gak normal! Psikopat itu emang paling pinter sandiwara." Kata Acha dengan mata berair mata menahan sakit. "Lo sering ngomong ke temen-temen lo, hari ini, hari itu, lo selalu aja ketemu sama kejadian pembunuhan. Ya jelas lo selalu ketemu, karena lo sendiri pelakunya, dan lo mau mastiin Polisi gak nemu jejak lo. Setelah itu lo bakal seneng, denger temen-temen ngerasa terancam, dan bilang pembunuh itu hebat, bisa nyembunyiin dirinya dengan baik."

Han tersenyum. "Iya, bener banget. Lo hebat ya? Padahal baru beberapa bulan kerja sama, sama intel. Hebat."

Kuku-kuku jari Han semakin menancap di kulit dagu Acha, membuat Acha memekik secara tertahan.

"Lo ngeretas akun gue, bukan karena penasaran sama gue, tapi cari korban."

Lagi-lagi Han tersenyum. "Iya, bener banget. Jadi selama ini lo juga tau, kalau gue ngeretas akun bahkan hp lo?"

"Akhhh!" teriak Acha sembari mendorong Han sekuat tenaga untuk menjauh darinya. Ia tidak kuat lagi menahan sakit di dagunya. Perlahan darah mulai mengalir dari bekas tancapan kuku Han.

Acha lalu mencabut besi itu secara paksa dari betisnya, sebelum akhirnya ia berlari ke jendela. Acha menghantamkan tubuhnya berkali-kali pada kaca hingga pecah. Namun saat ia akan keluar, pergerakan Acha terhenti, melihat jaraknya dengan daratan yang sangat jauh.

Han menyeringai.

"Kenapa? Kok gak jadi pergi?"[]











Kurang epik gue nyampein ceritanya :((

Btw. Kayaknya gue gk jd publish versi romance cerita ini.

Karna gue pengen bikin cerita baru 00line Nct sm Stray Kids, tp kalian minat gk?

Hacker | Han Jisung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang