Taeyong yang tengah sibuk membersihkan meja pelanggan berbalik, tersenyum lebar kepada Jaemin yang telah melepas seragamnya dan bersiap untuk kembali ke rumah. "Kau duluan sama, Jaemin. Hyung ingin membersihkan meja ini dulu."

Jaemin mendecakkan lidahnya heran, "Padahal Hyung itu seorang kasir, kenapa justru kau yang membersihkan meja ini?" Tanyanya kesal sebelum mendelik tajam ke arah sosok lelaki yang tengah ongkang-ongkang kaki di meja lain. "Yah Lee Jeno! Apa kau masih ingin berkerja di tempat ini huh? Jika tidak lebih baik ajukan surat pengunduran dirimu pada Ten Hyung!" Pekiknya.

"Sudahlah," Taeyong mengusap bahu Jaemin pelan, sedikit terkekeh melihat wajah kesal lelaki yang lebih muda lima tahun darinya itu. "Hyung yang menyuruh Jeno beristirahat, sejak pagi tadi banyak pelanggan yang harus ia layani."

"Kau dengar?" Jeno beranjak dari kursinya lalu melipat lengan didepan dada, "Taeyong Hyung sendiri yang memintaku beristirahat, jadi tutup mulut tak bergunamu itu, Na Jaemin."

"Tak berguna katamu?" Jaemin mendecih tak percaya, "Jika aku menawarkan bibirku, mungkin kau tak akan menolak untuk melumatnya!" Sarkasnya yang membuat Jeno juga Taeyong menganga.

"Ada apa ini?" Ten yang baru saja turun dari ruangannya di lantai dua mengangkat alis. Namun matanya lantas menyipit melihat Jaemin dan Jeno saling bertukar tatapan sengit. "Apa mereka mulai lagi, Tae?" Tanyanya pada Taeyong, kasir cafenya itu tengah terkikik geli sembari melepas apron yang ia pinjam dari Jeno.

Mengangguk pelan, Taeyong menatap geli Jeno dan Jaemin bergantian. "Aku bersumpah, kalian akan menjadi sepasang kekasih suatu saat nanti." Katanya lalu menyodorkan apron ditangannya kepada Jeno.

"Tidak akan, Hyung."

"Aku masih cukup waras, Hyung!"

Ten yang melihat tingkah kedua pegawainya itu hanya bisa memutar bola mata malas sebelum kembali menatap Taeyong heran, "Kenapa kau masih disini Tae?" Tanyanya.

"Memangnya kenapa?" Taeyong mengerucutkan bibirnya, "Apa kau bosan melihat wajahku seharian ini?"

Ten menggeleng tegas, "Tidak, bukan begitu." Tanyanya lalu menunjuk pintu cafe dengan dagu, "Tapi suamimu telah menunggu disana."

"S-suami?" Taeyong yang tengah membelakangi pintu masuk pun refleks berbalik, ia menjatuhkan rahang saat melihat Jaehyun berdiri didepan pintu cafe yang terbuat dari kaca bening. Senyuman manis lelaki berlesung pipi itu membuat darah yang mengaliri tubuhnya pun mendidih seketika, "Apa yang dilakukan kunyuk itu disini." Gumamnya dengan gigi atas dan bawah saling bersentuhan.

"Woah, tumben Jaehyun Hyung menjemputmu Hyung." Jaemin berseru sembari menatap suami Taeyong dengan pandangan memuja, "Dia sangat romantis." Pujinya.

"Hati-hati dijalan, Tae!" Ten mengedipkan satu matanya lalu mendorong Taeyong agar segera menghampiri Jaehyun yang telah menunggunya. "Jangan lupa membuat keponakan untukku dan Johnny, ya!" Pekiknya saat sang sahabat telah sampai didepan pintu masuk.

"Untuk Jaemin juga!"

"Untuk Jeno juga!"

Taeyong menyempatkan diri untuk menoleh dan memberi tatapan tajam pada Ten, Jaemin dan Jeno sebelum menghampiri laki-laki yang disebut sebagai suaminya.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Taeyong mendesis kesal, ingin sekali ia memukuli Jaehyun saat ini namun ketiga orang yang masih berada didalam cafe pasti akan menatapnya heran.

Peter Jung | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now