Oke kemana sebenarnya arah pembicaraan ini?

"Apa yang kau bicarakan?" Renjun tidak tahu apa motivasi Sicheng yang tiba-tiba menginvasi kamarnya. Terlebih sekarang ia membuka pembicaraan yang tidak jelas hulu dan hilirnya. Renjun merasa percakapan ini hanya untuk Sicheng bukan dirinya.

Sicheng berdecak, pemuda tirus itu menghela nafas jengkel sambil memijat batang hidungnya. "Kau ini bodoh atau bagaimana? Aku membicarakan hubunganmu dan Mark."

Renjun meringis kikuk. Mendengar tiap kata yang keluar lewat gigi-gigi Sicheng yang saling mengerat cukup memberitahu tingkat kekesalan Sicheng.

"Kenapa tiba-tiba kau jadi peduli pada Mark hyung?" Renjun berusaha menyetir pembicaraan ke arah lain.

"Jangan bermain 'siapa yang lebih bodoh di sini' kau pikir aku tidak tahu apa yang kalian berdua lakukan saat sendiri di rumah?"

"Pokoknya―" tukas Sicheng sebelum Renjun buka mulut. "Dengarkan saja."

"Oke, lanjutkan."

Sicheng tidak berkata apa-apa selama beberapa detik dan itu membuat Renjun frustasi. Waktu sudah larut malam dan ia akan sangat bersyukur kalau Sicheng segera mengeluarkan semuanya agar ia segera menjemput alam mimpi―semoga.

"Intinya, mau siapa pun itu, sikapku tidak akan berubah. Itu yang pertama―yang kedua, sebelum kau memutuskan apapun lebih baik selesaikan masalahmu dengan Jeno terlebih dahulu."

"Aku tahu itu terdengar aneh dan sudah kelewat lama, mungkin seharusnya dari dulu aku menyuruhmu melakukan ini. Karena walaupun kelihatannya baik-baik saja―"

"Oke stop, berhenti di situ. Sori, ge, tapi aku benar-benar tidak tahu apa maksudmu." Renjun menyela dengan telapak tangan yang disodorkan di depan wajah Sicheng.

"―karena walaupun kelihatanya baik-baik saja, jelas sekali ada sesuatu yang baik kau dan Jeno sembunyikan dari satu sama lain. Aku tidak tahu apa pastinya, yang jelas selama hal itu tidak kau tangani dengan baik kau akan terus merasa terbebani."

Lelaki itu jelas tidak menghiraukan kalimat Renjun sebelumnya. Membuat pemuda berperawakan ramping itu mendengus dan membenturkan tempurung kepalanya ke sandaran lebih keras dari semestinya.

"Tidak ada hal yang perlu kuluruskan dengan Jeno. Dan aku tetap tidak melihat kemana pembicaraan ini bermuara."

Dari samping, Renjun dapat samar-samar mendengar Sicheng bergumam 'keras kepala' yang ia abaikan sepenuhnya. Rasa lelah tiba-tiba menggelayutinya berkali lipat tapi setiap ia memejamkan matanya hanya tergambar sebuah pemandangan dari beberapa tahun lalu yang selama ini bersemayam di belakang kepalanya.

"Aku berbicara mengenai hubunganmu dengan si sulung dari keluarga Lee. Menurutmu apa yang ia mau darimu Renjun?"

Apa yang ia mau darimu? Apa yang bisa orang itu inginkan dari seorang Huang Renjun?

Dia bukan putra konglomerat. Bukan bangsawan. Bukan pula anggota kerajaan. Menurut Renjun tidak ada yang istimewa darinya. Ia hanyalah seorang pemuda yang menuntut ilmu dan hidup di negara dengan darah yang berbeda. Ia tumbuh di lingkungan keluarga sederhana dan tumbuh sebagaimana anak kecil pada umumnya.

Apa yang Mark Lee inginkan darimu, Renjun?

"Aku tidak tahu."

"Jawaban yang buruk. Mungkin mulai sekarang harus kau pikirkan."

Dan itu adalah jawaban tidak terduga. Renjun pikir Sicheng akan mencecarnya lebih jauh mendengar jawaban Renjun yang terkesan asal-asalan tapi sebenarnya serius. Yang Sicheng lakukan adalah beranjak dari kasur dan memakai kembali sandal rumahnya.

Race Of The Heart [COMP.]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن