Tangisan Bee (15)

Mulai dari awal
                                    

"Maafkan aku Pa... hikss..."

Tangis Ghadira tidak berhenti disana, ia terus menangis meratapi setiap dosa yang telah dilakukannya selama ini. Dimulai dari sikap tidak sopannya dengan orang-orang yang tidak disukainya, membully dan menjudge yang lemah dan bertentangan dengan kehendaknya. Meninggalkan shalat dan puasa di bulan Ramadhan, meninggalkan pengajian yang di perintah oleh Papanya dulu, bolos sekolah, melawan guru, melakukan taruhan bersama sahabat-sahabatnya, dan melakukan banyak hal yang dilarang oleh agama. Ia benar-benar ingin bertaubat dari segala dosa yang telah dilakukannya, namun saat ini ia hanya bisa menangis meratapinya karena tidak mengerti tata cara shalat taubat. Besok ia akan membeli banyak buku agama untuk mempelajari banyak hal yang telah dilupakannya selama ini, atau bertanya kepada orang rumah atau yang terakhir bertanya pada Ustad Riyad apabila malu yang masih melekat di dirinya saat mengingat perjumpaan terakhirnya bersama Ustad itu kembali terngiang jelas di ingatannya telah hilang.

*****

Semua mata memandang takjub dan terpesona dengan kecantikan gadis berkerudung yang sedang berjalan di koridor sekolah. Semua mata siswa-siswi tidak pernah lepas dari memandangnya karena merasa familiar dengan wajah siswi cantik itu, tapi apakah mungkin mengingat reputasi siswi itu selama ini bersama sahabat-sahabatnya pikir mereka. Mata mereka terus mengikuti setiap pergerakan siswi itu untuk memastikan banyak hal.

"Ghadira?"panggil seorang siswi dari depan

Gadis itu awalnya sedang duduk di kantin untuk mengisi perutnya yang tidak sempat sarapan karena berangkat terlalu pagi untuk menghidari supir yang dikirim oleh Rasyad karena lelaki dewasa itu sedang melakukan perjalanan bisnis. Luna tidak pernah habis pikir dengan sikap Rasyad yang akhir-akhir ini mulai mengatur-ngatur hidupnya dengan alasan agar lebih terarah. itulah mengapa lelaki itu mengirim supir ke rumahnya setiap pagi untuk mengantarnya sekolah dan akan menjemputnya pulang sekolah agar dirinya tidak bolos sekolah.

Awalnya ia memang membiarkan saja supir lelaki itu mengantar jemputnya sekolah, tapi jangan harap sekarang ia akan menurut. Tidak peduli supir itu akan mengadu pada majikannya karena yang terpenting ia bisa bebas dari aturan tidak jelas dari lelaki itu padahal selama ini baik-baik saja dan terlebih hal itu tidak pernah membuat lelaki itu rugi sekalipun.

Melihat anak-anak grasak-grusuk berlari ke arah koridor depan membuatnya ikut penasaran dan berjalan kearah koridor depan setelah membayar makanannya, namun hal yang dilihatnya membuat ia kecewa dan emosi tiba-tiba. Gadis itu memanggil sahabatnya dengan keras tanpa peduli dengan semua siswa-dan siswi di sekitar. Ia berjalan kearah Ghadira lalu menarik keras lengan sahabatnya menuju toilet. Kiandra yang juga baru sampai di sekolah dan melihat semuanya pun ikut berjalan cepat di belakang Ghadira.

"KELUAR LO SEMUA!"perintah Luna saat mereka masuk ke dalam toilet dan melihat ada beberapa siswi disana. Mereka pun keluar dengan terburu-buru karena takut dengan ketiga siswi itu, yang justru malah membuat Ghadira miris mengingat apa yang telah mereka lakukan membekas di hati siswi-siswi disini

"JANGAN ADA YANG BERANI NGUPING, KALAU AJA ADA YANG KETAHUAN NGUPING KALIAN AKAN TAU AKIBATNYA!"tambah Luna

Luna menutup pintu toliet dengan keras sehingga terdengar bunyi dentuman yang keras membuat Kiandra dan Ghadira menutup mata mereka. Luna lalu melepaskan lengan Ghadira dan menatap kearah gadis itu tidak percaya dan kecewa bersamaan.

"Lo kenapa Dhir?"tanya Luna pelan sarat akan kekecewaan

"Lun.. gu__"

"Lo sadar enggak sih Dhir, lo udah buat gue kecewa?"potong Luna

"Gue pikir yang kemarin lo bilang enggak serius karena lo lagi ada masalah, tapi sekarang? Apa yang gue lihat sekarang di diri lo benar-benar bukan lo Dhir, lo enggak seperti Ghadira sahabat yang gue kenal"lirih Luna dengan mata yang berkaca-kaca

"Lo mau ninggalin gue ya Dhir, lo udah bosan sahabatan sama gue, gue buat salah ya sama lo Dhir?"tanya Luna beruntun yang kini air matanya telah meluruh

"Enggak gitu Lun. Lo enggak buat salah apa-apa sama gue, gue juga enggak bosan sahabatan sama lo dan gue juga enggak akan ninggalin lo. Gue begini karena gue pengen Lun, gue mau berubah"ralat Ghadira yang ikut menitikkan air mata, begitupun dengan Kiandra yang berdiri di belakang Luna

"Gimana bisa lo bilang enggak akan ninggalin gue sedangkan lo sekarang begini Dhir. Emangnya dengan lo yang seperti ini lo masih bisa ngelakuin segala hal yang pernah kita lakukan selama ini?"tanya Luna skakmat

"Jawab Dhir, kenapa lo cuma diam aja?"desak Luna karena Ghadira tidak kunjung menjawab

"Lo enggak bisa jawab kan Dhir? Udah gue duga!"

"Bukan gitu Lun___"

"Gue enggak tau apakah Bee akan tetap ada?"gumam Luna menohok hati Ghadira dan Kiandra

Luna beranjak ingin keluar dari toilet dengan air mata yang masing mengenang di kedua pipinya namun ditahan oleh Ghadira membuat Luna menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

"Gue pengen lo jauh-jauh dari gue dulu untuk saat ini Dhir dengan kurun waktu yang___ gue juga enggak tau kapan"gumam Luna lalu kembali beranjak namun Ghadira juga kembali menarik lengan Luna

"LO ENGGAK DENGAR GUE NGOMONG APA?"teriak Luna di depan wajah Ghadira dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti begitu juga dengan Ghadira dan Kiandra

Ghadira melepaskan lengan Luna dengan berat hati sedangkan Luna menunduk melihat tangan Ghadira yang melepaskan lengannya dengan nyalang. Hatinya begitu sakit melihat sahabat didepannya saat ini yang entah akan tetap menjadi sahabatnya nanti.

Luna menghapus air mata di kedua pipinya sebelum akhirnya ia keluar dari toilet tanpa di tahan-tahan lagi oleh sahabatnya. Setelah Luna keluar Kiandra memeluk Ghadira dan tumpah lah tangis mereka disana.

*****

Tasbih RindukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang