Tangisan Bee (15)

43 5 0
                                    


Ghadira duduk di depan meja rias dengan memandang dirinya yang terlihat di cermin di hadapannya. Ia menyentuh wajah putih mulusnya yang kata orang-orang sangat cantik walau tanpa make-up sekalipun, tangannya beralih menyentuh rambut panjang sepunggungnya yang lurus dan itam tanpa obat-obatan, ia hanya menggunakan vitamin untuk rambutnya agar tetap terlihat sehat dan terawat.

"Ya Allah..."lirih Ghadira tanpa sadar dan langsung tersentak saat sadar apa yang keluar dari mulutnya. Malam inilah untuk pertama kalinya ia mengumamkan nama Allah dari mulutnya selama ia beranjak menjadi remaja

Tangis Ghadira pun pecah saat menyadari bahwa ia bukanlah seseorang yang pantas dikatakan beragama Islam mengingat banyak hal yang telah dilakukannya tidak sesuai dengan yang telah di perintah kepada setiap orang yang beragama Islam, justru yang ia lakukan adalah hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Gadis itu mulai tergugu meratapi dosa yang telah ia lakukan selama ini bersama dengan kedua sahabatnya atau yang tanpa bersama bersama.

"Ya Allah hiks.. hiks..."

"Hikss hiks.. hiks... Apa yang harus hamba lakukan Ya Allah?"tangis Ghadira seraya menutup wajah dengan kedua tangannya

Sungguh gadis itu tidak tau apa yang harus dilakukannya, sudah sangat terlalu lama ia tidak mengerjakan shalat sehingga tidak teringat lagi dengan bacaannya begitu pun dengan cara berwudhu. Ghadira kembali menangis menyesali apa yang telah di lakukannya, menyesali mengapa ia tidak melanjutkan amalan Islam yang sudah diketahuinya saat kecil dulu, menyesali kenapa ia harus mengikuti emosi sesaatnya waktu itu.

"Hiks... hikss... Harusnya dulu aku tidak kebawa emosi. Harusnya dulu aku tidak mengapa Papa bekerja tanpa pulang-pulang, harusnya aku tidak mengapa saat Papa mengatakan akan tinggal di Jerman, harusnya aku tidak mengapa sehingga aku tidak perlu memberontak seperti ini dan menjadi anak yang mengecewakan Papa. Harusnya aku tidak mengapa hiks... harusnya aku tidak mengapa... harusnya aku tidak mengapa hikss... hiks... ya Allah..."

"Papa tidak menyangka kamu berubah menjadi anak bandel seperti ini Dhira. Kamu sadar tidak apa yang kamu lakukan telah membuat Papa kecewa?"Ucap Ilyas yang baru pulang dari perjalanan bisnisnya ke London

"Ckk... jadi sekarang Papa kecewa sama Dhira? Waww... bagus dong, memang itu yang Dhira pengen dari dulu Pa"balas Ghadira dengan bersedekap di depan Papanya

"Kamu ini kenapa sih Dhira, pergaulan seperti apa yang telah kamu lakukan selama ini? Dimana sopan santun kamu sama Papa, bukankah dulu Papa sudah mengajarkan kamu bagaimana caranya bersikap?"Ilyas tidak habis pikir dengan anak semata wayangnya

"Papa tau apa sih tentang pergaulan aku, Papa kan sibuk dengan pekerjaan bodoh Papa itu!"Ilyas semakin geram mendengar perkataan Ghadira yang semakin tidak terkendali

"Apa kamu tidak mengerti dengan kata-kata Papa selama ini Dhira, Papa bekerja demi masa depan kamu agar terjamin"Ghadira mengalihkan pandangannya kearah lain membuat Ilyas sedih

"PAPA PIKIR AKU BUTUH SEMUA ITU HAHH? AKU ENGGAK BUTUH SEMUA ITU PA, AKU ENGGAK BUTUH!"teriak Ghadira seraya melihat Papanya yang juga ikut menitikkan air mata seperti dirinya. Ia menghapus air mata dengan kasar lalu beranjak dari sana meninggalkan Papa dengan perasaan kecewa dan sedih karena dirinya

Hiks... hikss... Ghadira tidak kuasa menahan rasa bersalahnya kepada Papa, orang yang telah membesarkannya seorang diri dan mengajarkan ilmu agama saat ia masih kecil dulu. Sosok yang sebenarnya selalu di rinduinya disetiap sudut-sudut malam sebelum tidur lelapnya yang mengambil alih, sosok yang kini sangat kecewa dengan sikapnya selama ini, dan sosok yang saat ini berada berkilo-kilo mil jauh darinya.

Tasbih RindukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang