Pt.2

7.5K 656 28
                                    

Areum mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, minimnya pencahayaan membuatnya harus menyipitkan matanya untuk mengumpulkan fokus yang lebih baik.

Panggung dengan sekumpulan Stripper yang memuaskan tatapan lapar pria bejat, sofa dengan kepulan asap yang pekat, sisi tembok yang disandari dua insan yang asik bercumbu dan lain lain.

Areum tersentak saat seseorang menggenggam tangannya–Taeri, "Kau harus bertemu dulu dengan managernya! Ayo!"

Taeri menarik tangannya cukup terburu buru, sampai satu pintu terbuka dan menunjukan ruangan yang membuat Areum menganga.

Interior yang modern dengan dominan cat dan perabotan hitam dan jangan lupakan paduan lampu neon yang menerangi sudut ruangan. Menjengkelkan melihat cahaya redup, namun memang paduan yang sempurna.

"Duduklah disitu" Taeri menunjuk ke desk yang sudah ditempati seorang Pria bertubuh tegap nan ideal.

Taeri mencoba berdehem sekilas, "Wonshik-ah! Ini gadis yang aku bilang tadi."

Pria tersebut berbalik dan Areum benar benar terkejut saat melihat lengan pria tersebut dibaluti oleh ukiran ukiran tinta yang terlihat cukup menyakitkan–Tato.

"Kim Areum?" Suara bass Pria tersebut cukup menggelegar dalam ruangan ini.

Areum gelagapan dan buru buru mengeluarkan kertas kertas dari toteba–

"Tidak. Aku tidak perlu nilai nilai dan prestasimu, aku hanya bertanya, kau Kim Areum?"

"A-ah...Ne.."

"Oh baguslah, penampilanmu bagus dan menarik, kau cukup cantik, kau akan se meja dengan Hery, Henry— siapalah itu... Aku akan menyuruh dia untuk mengajarimu hal hal yang tidak kau ketahui."

"Ah, Maaf memotong bicara Sajang-Nim, tapi apakah saya diterima? Maksud saya, sudah kah?"

"Pertama, ya, kau bekerja disini. Kedua, jangan pernah panggil aku Sajangnim atau sejenisnya, panggil saja Wonsik atau Ravi. Terserah padamu. Tapi lebih kusarankan, Ravi saja."

Areum hampir saja memekik kegirangan, maksudnya— bagaimana bisa ia diterima begitu saja hanya karena penampilan? Bahkan ia saja masih merasa seperti Kentang.

"A–a...TERIMAKASIH BANYAK RAVI-SSI, TAERI NOONA!"

Ravi dan Taeri hanya terkekeh mendengar pekikan Areum, Taeri berjalan menghampiri Areum dan memeluknya "kalau begitu kau harus bekerja dengan giat, arraseo?"

Areum mengangguk semangat.

"Aku sering kesini kok, tenang saja."

///

Ahahaha, apakah Areum pernah mengatakan jika ia benar benar diterima bekerja di Bar tersebut, maka ia dan Yeri memang benar benar sial?

Ah, ya. Memang benar, ia merasa benar benar sial, maksudnya– siapa yang ingin bekerja di club malam yang bisa membuat spesikulasi yang buruk oleh orang orang, bukan?

Tapi, Areum bisa apa? Keadaan yang mendesak sehingga bisa mendesaknya pula untuk menerima pekerjaan sebagai Bartender.

Areum menyusuri jalanan ber aspal nan sepi. Sesekali ia menendang beberapa kerikil yang berada dihadapannya.

Ia masih merenung, apakah sang kakak akan menerima kenyataan bahwa dirinya baru saja dipekerjakan di neraka dunia?

Mengingat sang kakak yang selalu setia menunggunya pulang walau hingga larut malam. Menanyakan bagaimana Areum melalui hari harinya.

Areum tak habis pikir, membayangkan betapa kecewanya Yeri padanya nanti.

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan pulang, Areum tiba dirumah dan cukup membuatnya terheran melihat lampu rumah tak ada satupun yang menyala.

"Eoh? Noona??", panggilan Areum tak mendapatkan jawaban dari dalam rumah membuatnya cukup panik, "Noona? Kau didalam?"

Masih tak kunjung mendapatkan jawaban, Areum secepat mungkin memasuki rumah dan melihat sekitar, Areum berjalan menuju ruang tamu terlebih dahulu lalu menuju dapur, tapi tetap saja tidak menemukan keberadaan sang kakak.

"Yeri-ya!" Areum segera berlari menuju kamar mereka berdua dan tak bisa dipungkiri, Areum rasanya ingin mati saja melihat keadaan Yeri.

Beberapa jejak kemerahan yang mulai mengering di knop pintu dan di lantai. Yeri terduduk lemas di sudut kamar mereka.

Areum segera berlari menuju kearah Yeri dan membawanya kepelukannya, seluruh badan Yeri berkeringat dingin dan darah terlihat masih mengalir keluar dari hidungnya.

"Noonaa!! Ada apa denganmu?!" Tangis Areum pecah, ia mengusap dahi Yeri yang dipenuhi keringat dingin dan menyeka darah yang keluar dari hidung Yeri menggunakan hoodienya.

Ia segera mengeluarkan benda elektronik jadul lipat dari sakunya dan menekan tombol tombolnya, "TOLONG AKU! AKU BUTUH AMBULANCE SEKARANG!"





Dan, disinilah Yeri terbaring sekarang, dimana tubuhnya mulai dipasangkan segala jenis selang, kabel yang terhubung ke monitor monitor, dan barang medis lainnya.

Perasaan Areum tercampur aduk, ia sesekali tersenyum melihat sang kakak akhirnya merasakan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan sejuk. Tapi, disisi lain ia merasa sangat bersalah dan berdosa. Mengapa ia tidak menyadari semuanya dari dulu?

Bagaimana ia dan Yeri dulu hanya tertawa membicarakan rambut Yeri yang terus terusan rontok, bagaimana Yeri dulu tidak bernafsu makan dan bagaimana bisa ia hanya tertidur lelap saat sang kakak tidak pernah tidur tenang.

Ia menggenggam tangan Yeri yang sudah terpasang selang infus, "Noona, kau tau... Aku mendapatkan pekerjaan hari ini, tapi aku takut kau akan kecewa padaku. Tapi, setelah mendapati kau terkulai lemas dikamar, aku malah semakin kecewa pada diriku sendiri..."

Areum semakin tidak bisa mengontrol deru napasnya dan air matanya tak bisa terbendung lagi, "me–mengapa dulu aku tidak bisa menyadarinya? Mengapa dulu kau hanya membuat bercandaan dari semua rambutmu yang terlepas dari kepalamu? Mengapa dulu aku bisa terlelap dengan tenang disampingmu disaat kau ditengah rasa sakitmu? Mengapa aku baru membawamu kesini saat dokter bahkan mengatakan dirimu sudah berada dititik terlemahmu? Hiks."

"Aku berjanji, kau akan segera keluar dari penderitaan ini dan membawamu ke tempat tinggal kita. Bukan rumah tua itu, rumah yang bisa membuatmu tertidur nyenyak, kau bisa membaca dengan udara yang segar, dan kamar yang luas. Percaya padaku ya?"

///

Hulla~ ketemu lagi✨💜

Semoga suka dengan part ini
Ditunggu vote dan komennya ya

Dan satu lagi, This story is not dedicated for SIDER >:(

Sold Out; Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang