20. Sehun's Style

910 69 36
                                    

Hellooooo!

Can you guess the content from the title?

Tentang apa ya?

Baca kuyy!

Vote and comment yaaaa! 💕










"Oppa. Lepas ih,"

"Shireo,"

"Ck. Duh! Lepas dong!"

"Tidak mau!"

Ahra memutar bola matanya jengah. Ia kesal sekali melihat bagaimana Sehun justru bersikap manja padanya. Tolong ya, Sehun itu sudah tiga puluh tahun, tidak, sudah hampir tiga puluh satu tahun sekarang. Tapi lihat, tingkahnya benar-benar bocah sekali. Anak playgroup saja kalah.

"Ck. Aku ini pacaran dengan Om-om atau Anak SMA sih?" Keluh Ahra.

"Aku kan telat puber," Sehun mulai drama lagi. "Aku hanya tahu bekerja sejak masih remaja, Ahra-ya,"

Ahra hanya mendengus, ia akhirnya tak menyahut perkataan Sehun yang memang benar adanya. Jadi, ia tak protes sama sekali ketika Sehun masih asyik menggelendot padanya. Namja itu rebahan di pangkuan Ahra, sembari wajahnya menghadap perut Ahra. Ia memeluk gadis bawelnya itu posesif sekali.

"Kapan sih tugasmu selesai?" Protes Sehun. "Lama sekali mengerjakannya,"

"Tidak usah protes. Toh Oppa juga tidak membantu," Sembur Ahra.

"Ck. Aku kan tidak kuliah. Walau kuliah pun aku juga tidak tahu apa yang kau kerjakan," Jawab Sehun. "Karena jurusanku paling akting kalau kuliah,"

"Mm-hmm," Ahra hanya menyahut seadanya.

Entahlah. Semenjak mereka resmi berkencan dua bulan ini, Sehun banyak berubah. Ia menjadi lebih super bawel, manja dan banyak mengeluh pada Ahra. Tak heran kadang tingkahnya bahkan melebih batita. Tidak sadar diri kalau dia bahkan bertubuh jangkung dan sudah menjadi ahjussi.

"Capek?" Tanya Sehun sembari mendongak.

Ia menatap wajah kusut Ahra. Sejak ia menjemputnya dari kampus tadi, Ahra memang sudah mengeluh karena deadline tugas yang harus ia revisi. Ia tentu kasihan karena bahkan tak bisa membantu pacar mudanya itu.

Tangan Sehun terulur, meraih rambut-rambut Ahra yang berantakan, kemudian menyelipkannya. Merapikan penampilan kusut Ahra yang tetap saja terlihat menggemaskan baginya.

"Oppa," Ahra mencebikkan bibirnya, lalu menunduk, menatap Sehun yang juga sedang menatapnya dari pangkuannya.

"Hem?"

"Lapar," Adu Ahra. "Otakku tidak bisa bekerja kalau sedang lapar,"

Sehun terkekeh.

"Kau memelihara cacing kremi ya di perutmu? Lapar terus," Ledek Sehun.

"Ih! Bukan! Tapi cacing pita, cacing tambang juga!" Ahra menyahut jengkel.

"Cium dulu!" Perintah Sehun.

"Apaan!" Ahra membuang wajah, mengalihkan perhatiannya ke layar laptop lagi.

"Ya sudah. Tinggal cium saja tidak mau," Sehun bernegosiasi. "Padahal, di kulkas ada pasta. Aku bisa masakkan untukmu. Tapi kalau tidak mau sih...,"

"Cium dimana?" Tanya Ahra akhirnya. "Tapi, pastanya pakai udang ya?"

"Dasar matre," Ejek Sehun. "Disogok pasta gampang sekali sih,"

Too Much DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang