“Apa mungkin seseorang tenggelam?!”

Aku segera menarik tangan Erin untuk mencari asal suara tadi. Sialan, akses jalan menuju ke sungai itu sedikit sulit. Aku dan Erin harus berhati-hati karena jalanan yang menurun sehingga jika tidak berhati-hati, kami bisa jatuh tersungkur.

Tolong!

Akhirnya kami sampai pada semak-semak yang setelah kuterobos langsung menunjukkan pemandangan sungai yang arusnya amat sangat tenang. Apa aku tidak salah? Seseorang tenggelam disini?

“Ya Tuhan!” Kudengar teriakan Erin saat menemui seorang pria sedang bersusah payah mengambil nafas di tengah sungai.

“Louis?!” Teriakku membuat beberapa orang disana menoleh dengan wajah panik.

Serius? Niall, Harry, juga Zayn?! Mereka ada tepat dimana Louis tengah berkutat dengan air sungai, tapi mereka hanya diam dengan memasang wajah tolol seperti itu?!

Tidak memperdulikan pandangan ketiga pria itu, aku segera melepas sepatu juga jaket yang kupakai dan turun ke sungai untuk menyelematkan Louis.

Mungkin aku memang tidak suka dengan Louis, tapi aku juga tidak mau melihat ia mati tenggelam. Apalagi tenggelam di sungai yang arusnya tenang seperti ini. Bagaimanapun Louis adalah teman sekolahku dan sesama teman itu harus saling membantu, bukan?

“Ah!”

Setelah turun dan membopong tubuh Louis ke tepian, aku membaringkannya. Louis terlihat sulit bernafas. Oh tidak, tidak. Jangan biarkan ia mati ya Tuhan! Aku tidak mau terlibat dalam suatu kasus kematian!

“Lou, apa kau baik-baik saja?!” kata Harry seraya membantu Louis duduk.

Aku memutar mata sambil mengatur nafasku yang memburu setelah menyelamatkan Louis, “Tentu saja tidak, bodoh! Bagaimana bisa kalian diam saja? Apa diantara kalian tidak ada yang bisa berenang?!”

“Tentu saja kami bisa! Tapi maksudku kami itu hanya aku dan Harry, tidak dengan Zayn.” Jawab Niall yang langsung mendapat sikutan tangan Zayn. Astaga, apa itu sungguhan? Zayn tidak bisa berenang? Siswa tersombong di BHS tidak bisa berenang?! Baiklah, izinkan aku tertawa sekarang.

“T-Terima kasih, Jaq.” Tukas Louis masih terbatuk-batuk membuatku menoleh kearahnya.

“Ya, itu bukan masalah besar.”

“Tapi jika tidak ada kau, mungkin aku sudah mati.”

“Kau ini berlebihan.”

Louis tersenyum setelah mendengar jawabanku. Kalau boleh jujur, ini pertama kalinya aku mendapat senyuman yang benar-benar tulus darinya. Sebelumnya? Ia hanya memberiku senyuman meledek! Sialan memang.

“Sebagai ucapacan terima kasih, kau boleh menyebutkan satu permintaan, apapun itu pasti akan kulakukan. Kau mau apa? Tas, sepatu, atau baju? Sebut saja.”

Aku mengerutkan keningku, “Serius, kau berpikir aku akan meminta itu semua?”

“Ya, memangnya kenapa? Oh, apa kau mau ketiganya? Atau.. Kau mau yang lain? Berlian mungkin?”

Detik selanjutnya aku tertawa sedikit keras mendengar perkataan tolol Louis. Bayangkan saja, hanya dengan membawa tubuhnya ke pinggiran sungai yang arusnya tenang saja ia sampai mau memberiku berlian. Gila, bagaimana jika aku menyelamatkannya dari kejaran dinosaurus?

“Kau pikir aku ini melakukan hal apa, huh? Astaga, berlebihan sekali. Lagipula aku tidak menyukai tawaran-tawaranmu tadi.”

Louis menggaruk tengkuknya lalu tersenyum, “Oh? Um.. Baiklah, kalau begitu.. Bagaimana kalau kita berdamai? Sepertinya aku sudah melakukan kesalahan besar atas meremehkan kota asalmu, ternyata kau tidak seperti yang kukira. Maaf, Jaq.” Katanya dengan raut wajah bersalah.

BRAVEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin