√ {14~ Benih Rasa yang Menyakitkan}

Start from the beginning
                                    

Kaki Anharra masih dalam posisi tergelincirnya. Alvaro memegang kuat tubuh gadis itu cepat hingga tidak sempat menyentuh lantai tempat itu. Dalam kurun waktu beberapa menit, keduanya menyajikan tatapan yang sangat dekat. Wajah mereka sangat dekat, bahkan sangat dekat. Sehingga menghipnotis Rasya dan Reinna yang melihatnya..

Tak disadari keduanya ada orang yang menyajikan tatapan sakit dan ada juga orang yang menyajikan tatapan penuh kemenangan. Mereka adalah orang yang sekarang berdiri didekat mereka.

"Anharraaa.." ucap Aliff sedikit berteriak, membangunkan keduanya dari tatapan yang hanya diketahui Alvaro dan Anharra saja, apa makna dari semua itu. Aliff mengambil paksa tubuh Anharra dari pelukan Alvaro sehingga membuat Alvaro terpaksa melepaskanya.

"Lo gapapa kan?" tanya Aliff pada Anharra dengan rasa khawatir yang tak dibuat-buat. Entah karena khawatir gadisnya terluka, atau karena insiden jatuh dipelukan Alvaro.

"Anharraaa... Lo tuh kalo jalan pake mata coba, atau harus gue ajarin jalan dulu kayak anak kecil?" ucap Reinna memutuskan perkataan Aliff. Perkataan Reinna yang sangat dipahami oleh Anharra adalah lambang ke khawatiran walaupun sangat sadis untuk didengar.

"Hmm, gue gapapa ko," ucap Anharra dan bergegas memperbaiki cara berdirinya. Tapi, tak disangkan gadis itu. Kakinya tergelincir dan keseleo hingga menyulitkannya untuk berjalan.

"Huuffttt," desis Anharra yang gagal dalam memperbaiki cara berdirinya.

"Ra, sini gue bantuin," ucap Aliff mengambil alih dan segera membantu Anharra.

"Lo, gak usah dekat-dekat gue!" ucap Anharra memberi peringatan.

"Ra, lo masih marah sama gue gara-gara tadi malam di caffe?" tanya Aliff dan hanya dibalas cuek oleh Anharra.

"Reinna, bantu gue jalan," ucap Anharra tak menghiraukan pertanyaan Aliff. Reinna memegangi sahabatnya berjalan dengan tatapan ling-lung tak mengerti apa yang barusan dikatakan oleh Aliff pada Anharra. Bergegas ia memegangi Anharra. Sedangkan, Alvaro dan Rasya hanya diam menunggu apa lagi yang akan terjadi selanjutnya dengan keduanya. Sedangkan Camilla, saat ini ia berjalan mengikuti Anharra dan Reinna.

Reinna tak kuat. Menahan segala beban yang ia tampung sekarang. Ia berjalan masih menelusuri kursi penonton.

"Lo berat banget ra," seduh Reinna lelah.

"Apa lo bilang!! Berat gue cuman 57 kg kok," jawab Anharra ngegass karena tak terima dibilang berat atau pun gendut oleh Reinna.

"Beneran deh gue gak kuat."

Aliff dari jauh menatap Anharra yang masih bisa di jangkaunya dengan penuh rasa khawatir. Takut akan kehilangan gadisnya itu.

"Woyy..." ucap Rasya membangunkan Alvaro dan Aliff dari lamunan yang entah itu apa.

"Ayok kekelas," ajak Rasya tanpa basa-basi. Alvaro dan Aliff mengikuti perintah Rasya dan kembali kekelas. Menelusuri kursi penonton yang dilewati oleh Anharra, Reinna dan Camilla yang tidak jauh didepanya,  berjalan lima menit lebih awal dari mereka.

Camilla. Gadis itu hanya melihat Reinna tersiksa kelelahan. Tak membantu sama sekali memegangi Anharra disisi kananya.

Alvaro tak tega, melihat Reinna kesulitan dalam membantu Anharra. Ia juga tak ingin, gadis yang barusan tergelincir itu mesti jatuh untuk kedua kalinya. Bergegas Alvaro lari meninggalkan  Aliff dan Rasya mendekati Anharra.

"Reinna, sini. Biar gue aja yang bantu Anharra," dengan senyuman manisnya, cowok itu menjulurkan bantuan dasyat yang sangat dikagumi setiap wanita.

Anharra terpelongo, kaget dengan tawaran Alvaro.

"Ehh, jangan ro. Gak usah. Gue bisa kok," ucap Anharra.

"Udah deh ra, gak usah sungkan. Lagian gue gak tahan," ucap seduh Reinna mengiyakn tawaran Alvaro.

"Lo minta ditampol seketika yah sampe pingsan, ayok cepat bawa gue  ke kelas," ucap Anharra melotot menatap Reinna.

"Biar gue yang bantu dia Reinna."

Tanpa basa basi Alvaro mengambil alih tubuh Anharra dari Reinna. Segera ia mengangkat tubuh gadis itu dengan pelan. Tidak disangka Anharra, ternyata cowok itu akan membawanya dengan cara di gendong...

"Alvaro, turuni gue!" perintah Anharra dan hanya dibalas dingin oleh Alvaro..

"Ooo my god, kok gue yang baper deh jadinya liatin mereka..." ucap Reinna menatap keduanya pergi meninggalkanya bersama Camilla. Camilla yang mendengar perkataan yang keluar dari mulut Reinna, hanya membalas sinis tanpa disadari gadis itu.

"Haa, sudahlah Rei, kita kekelas sekarang yuk," ajak Camilla.

***

Dengan tatapan memerah, tangan digenggam erat membentuk suatu kepalan yang siap memukul atau meninju lawanya. Aliff murka melihat sahabatnya lancang mengambil gadisnya dihadapanya.

DimensikuWhere stories live. Discover now