Salah paham

2.5K 111 16
                                    

“Kenapa menarikku kesini ?” sungut Rana saat teman-temannya menarik tangannya mengikuti mereka kestadion yang menyelenggarakan pertandingan antar sekolah. Rana melepas tangan kedua temannya dengan tatapan tajam. Ia menyipit geram.

Ia tak ingin kemari, kemudian bertemu dengan lelaki itu. apalagi memberikannya support. Cih dalam mimpi saja. geram Rana kesal.

“Hey, kita kemari ingin mencuci mata. ayolah Rana jangan seperti itu” keluh Galih dengan mata manjanya. Rana mengerang malas, lalu duduk disalah satu bangku penonton.

Galih dan Tania saling pandang, akhirnya Rana bersedia menonton pertandingan perdana tim sepak bola sekolah mereka.

Mata Rana beralih pada pemuda bernomor punggung sepuluh. Dari dulu hingga sekarang sepertinya lelaki itu memang tak pernah berubah. Sikap nya dilapangan di luar lapangan sama saja. tidak ada yang berubah. Rana jadi tersenyum melihat kedekatan mereka dulu. Hingga gosip-gosip miring tentang mereka selalu terdengar.

“Yak! jangan memperhatikan Joshua dengan tatapan seperti itu” ejek Galih lalu menyenggol bahu Rana. Rana diam, lalu melihat Galih dengan malas.

“Masalahnya dengan mu, apa ?” malasnya.

Galih terkekeh “Kalau sampai Felix  melihat tatapan matamu itu, dia bisa cemburu” terang Galih sok tahu. Rana memutar matanya.

“Benar juga katamu” Tania menimpali ucapan Galih. “Eh, ngomong-ngomong, bukannya kau dan Joshua satu sekolah ya dulu ?”

Rana mengangguk. “Benar, dia seniorku, dulu dia mengajarkan tentang sepak bola. Bahkan aku sempat menjadi tim utama putri di sekolahku dulu” terang Rana dengan mata yang berbinar. Tania dan Galih saling pandang.

“Tapi kau tidak jatuh cinta pada Joshua kan ?” pancing Tania dengan nada curiga. Rana tersipu.

“Munafik kalau aku tidak menyukai Joshua. Bahkan kami sempat, ehem—pendekatan” senyum Rana makin mengembang. Galin dan Tania jadi salah tingkah.

“Oh.. semoga saja Felix tak mendengar ucapanmu barusan” Galih berkata pelan.

“Jangan bawa-bawa lelaki hidung belang itu. sudahlah, mood ku jadi kacau jika membicarakan lelaki itu” sungut Rana lagi

“Ah—ada yang sedang perang dingin sepertinya” ejek Tania sambil terkekeh.

***

“Josh, bagaimana dengan strategi kali ini ?” tanya Hilson pada Joshua yang duduk menatap rumput hijau didepannya.

Joshua menghela napas berat. “Aku akan masuk menggantikan Kit, kalian bersiap seperti posisi semula” Joshua menjelaskan dengan tenang. Hilson mengangguk dan meneriaki beberapa anggotanya.

Seluruh pemain bersiap untuk masuk kelapangan. Joshua dan Felix saling pandang. Joshua hanya tersenyum miring melihat Felix. ‘Jadi ini.. lelaki yang selalu dianggap dewa ? akan aku buktikan, kalau kau bukanlah dewa’

***

“Hey Fel—“ Troy menyenggol bahu Felix yang sedang melakukan pemanasan.

“Apasih ? aku masih marah padamu” sungut Felix. Troy tersenyum.

“Eits.. marah-marah saja. sepertinya orang yang bernama Joshua itu tak menyukaimu” ucap Troy kecil. Felix menghela napasya.

“Bagus, aku juga tidak penyuka sesama jenis” ucapnya datar

“Bukan itu yang aku maksud, bodoh” geram Troy

“Fokus saja pada permainan, jangan ceroboh” Felix berkata datar namun tersirat kalau ia masih marah. Troy diam dan salah tingkah

Felix and RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang