Kelegaan Hati

3K 118 5
                                    

“Yosh.. aku masuk dibabak semi final.” gumam Rana, lalu meninggalkan mading.

Rana melangkahkan kakinya menuju kelas, menemui Tania yang mungkin sedang sibuk dengan komik terbarunya. Anak itu sama saja dengan Rana. Hobi membaca manga dan menghayal sesuatu yang romantis.

“Tania, kau pasti tidak percaya. Aku masuk babak semi final. Wah, langkahku untuk menjadi kandidat cerdas cermat bulan ini pasti tercapai” semangat Rana menggebu kala mengumandangkan itu. Tania tersenyum kecil

“Selamat. Pasti kakakmu bangga”

Rana mengangguk “Benar, pasti nanti dia tak akan meremehkan aku lagi” serunya. Tania hanya ikut tersenyum senang melihat Rana yang kembali ceria.

“Ah ia, kau mau ikut tidak, nanti siang ada pensi pembukaan fetival olahraga. Bagaimana ?” tanya Tania saat Rana duduk didepannya. Rana terdiam sebentar

 “Baiklah aku akan ikut, nanti kau jemput aku dikamar ya”

Tania mengangguk.

***

Ruang klub tennis sedang sibuk membagikan seragam baru mereka untuk festival olahraga. Tian memeriksa beberapa kelengkapan anggotanya untuk pertandingan minggu depan. Semua lengkap. Pikirnya.

“Tian, apa kau tidak pusing mengurus semua ini ? kau itu sudah kelas tiga” Hasel bangkit dari duduknya dan memilih untuk menghampiri Tian yang menutup kardus minuman. Tian menggeleng.

“Aku masih bisa mengatur semuanya dengan baik. kau tenang saja”

“Yah, baiklah. tapi ada satuhal yang mengangguku saat ini” Hasel menarik Tian untuk menghindar dari teman-temannya. Mengantisipasi siapa saja yang bisa mendengar percakapan mereka.

“Selama kau di sekolah ini, aku tak pernah melihat kau dekat dengan wanita. kau tak tertarik dengan wanita ya ?” pancing Hasel membuat Tian tersenyum

“Enak saja. kalau ada orang bisa mencuri hatiku, maka aku akan senang hati menerimanya”

Hasel diam “Hatimu ? ah aku tidak mengerti” gelengnya sambil bersungut. “Kau dan Felix sama saja, membingungkan”

Tian terkekeh sendiri. “Tian, eng, tentang Grace. kau memang tak pernah tertarik padanya ?” Hasel kembali memancing Tian dengan seribu caranya

“Aku tertarik, hanya sebagai teman. Tak pernah lebih, dan kalau naksir dengannya lebih baik kau cepat bergerak, karena ada seseorang yang akan tertarik pada Grace” canda Tian sambil meninju pelan bahu Hasel. Dan meninggalkannya

“Aku sih tidak pernah tertarik pada Grace” gumamnya, lalu memandang bahu Tian yang perlahan mulai menghilang.

***

Entah angin apa yang membawa Troy sampai dikamar Felix, sekedar melihat isi kamar temannya atau mungkin ingin membuat kamar Felix seperti kapal pecah. Troy melihat-lihat koleksi DVD Felix, lalu menyetelnya. Felix yang sudah kebal dengan sikap Troy hanya diam dan melihat majalah otomotifnya. Troy mulai mengoceh ini dan itu. Felix hanya menggumam tak jelas untuk menjawabnya.

“Ish, Felix. kau itu ya” Troy sudah sangat geram dengan Felix yang bersikap pura-pura acuh padanya. “Apa majalah otomotif itu lebih menarik dariku ?” tanya Troy dengan sewot. Felix memandang sebentar temannya, lalu memalingkan wajahnya pada sekumpulan motor-motor harley yang ada dimajalah.

Troy diam sejenak. Percuma menggerutu tak jelas didepan Felix. Anak itu pasti mengacuhkannya. Jadi dirinya memilih untuk bermain game di ponsel androidnya.

“Troy” sapa Felix akhirnya. Troy diam tak membalas. Rasakan. Ucapnya dalam hati

“Aku tahu kau mendengarku. Aku hanya ingin bertanya, kau pernah tidak didiamkan mantan pacarmu. Padahal kau tak pernah melakukan kesalahan” curhatnya. Troy ingin tertawa terpingkal mendengar pertanyaan Felix. Seorang Felix bertanya tentang sikap seseorang yang mengacuhkannya. Ini adalah hal langka, Felix mau mengurusi hal begitu. Padahal Felix itu orang yang tak pernah mau ambil pusing.

Felix and RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang