Part 4

5 0 0
                                    

Aku menemui PPDS yg bertugas di poli Bedah Anak dan menyerahkan surat pengantar Dokter Anton, namanya Dokter Glen dokter itu masih muda berkacamata.
"Selama ini konsul langsung dengan Dokter Anton bu?"
"Benar dok, kata Dokter Anton operasinya akan dilakukan disini,"
"Ini surat pendaftaran MRS nanti ibu daftar dulu untuk dapat jadwal rawat inap ya," dokter itu menyerahkan secarik kertas kecil, mengikuti petunjuknya aku pergi ke petugas lain untuk pendaftaran MRS. Ternyata kami masih harus menunggu dihubungi dan belum ada kepastian kapan affan bisa rawat inap.

Pulang kerumah aku mulai menyiapkan perlengkapan yg sekiranya akan dibutuhkan Affan di rs, aku juga mengunjungi keluarga dan saudara minta doa yang terbaik untuk kesembuhan putraku. Mama dan beberapa keluarga mempertanyakan keputusan kami dan kami jawab dengan diskusi dan konsultasi dengan dokter-dokter yang menangani Affan. Malrotasi gaster adalah hal yang awam bahkan jarang terjadi, aku berusaha browsing mencari informasi lebih untuk penanganan dan tindakan malrotasi tapi lumayan kesulitan karena hanya sedikit sekali jurnal yang membahas tentang ini.

Hari demi hari aku melihat Affan semakin kecil usianya menginjak 4 bulan dan berat badannya masih dibawah 4 kg, aku berusaha menjaga kualitas asi dengan makan makanan bergizi seimbang dan memperbanyak sayur. Berat badanku yang belum turun sejak melahirkan tidak lagi ku fikirkan, selama Affan bisa sehat hanya itu yang kutanamkan difikiranku. Kebetulan di lingkunganku ada beberapa bayi yang lahir dalam waktu hampir bersamaan dengan Affan, salah satunya tetangga didepan rumahku yang usianya baru 2 bulan. Tubuhnya jauh lebih montok dari putraku, hal ini membuatku semakin menyadari kenyataan kalo Affan terancam gagal tumbuh. Dimalam hari Affan masih banyak menangis karena lapar, mungkin juga dia merasa kesakitan. Tidak terbayang di tubuh kecilnya menahan banyak rasa sakit.

Hari itu Affan banyak tidur, sedari pagi sampai siang dia tidur hanya sesekali minum susu sedikit itupun sebagian termuntahkan. Badannya lemas, ubun2 kepalanya terlihat cekung dan beberapa kali ku cek popoknya dia BAK hanya sedikit, merasa tidak biasa aku menghubungi suami yang sedang keluar kota mengabarinya aku akan membawa Affan kontrol ke Dokter Doni. Aku pergi ke rumah sakit naik angkutan umum, kata hatiku mengatakan Affan dalam bahaya.

"Affan dehidrasi berat," kata Dokter Doni.
"Susunya saya beri sedikit-sedikit dok dan dia masih muntah,"
"Kapan jadwal operasinya?,"
"Masih menunggu kamar dok, kemarin sudah daftar,"
"Yang dia perlu segera koreksi lambung, disini dia hanya dibantu mendapat asupan cairan dengan infuse. Perlu tindakan segera,"

Ku peluk Affan dan meletakkan tanganku didadanya yang cekung kecil dengan tulang bertonjolan, dadanya bergerak naik turun perlahan. Aku teringat dada Ajfrin yg dingin tak bergerak dibawah sentuhanku, keraguan itu hilang. Aku menatap Dokter Doni menyanggupi Affan dirujuk ke RSSA saat itu juga.

Affan dirujuk diantarkan ambulance RS, sirine yang meraung membuat dadaku mencelos nyeri. Terakhir kali aku ada di ambulance adalah saat aku diantar pulang dan menemui jenazah putriku, sepanjang jalan aku terus bersholawat memohon kemudahan untuk Affan.

Di UGD Affan dipasang OGT dan selang kateter karena hernia kiri Affan membengkak, selama masa persiapan operasi dia diberikan susu tambahan tinggi protein untuk perbaikan gizi. Affan menjalani test alergi antibiotik, cek darah lengkap dan foto rongten. Hasil foto rongtennya menunjukkan broncopneumonia, saat itu dokter anestesi menolak affan naik meja operasi karena dia dalam kategori resiko tinggi. Affan tidak batuk, panas ataupun sesak, ini membuatku bingung dengan hasil rongten. Akhirnya untuk mengurangi infiltrat diparu-parunya Affan tetap menjalani terapi uap selama beberapa hari.

Hari ini jadwal operasi Affan, kondisinya baik tanpa tanda batuk atau pilek. Dari keterangan Dokter Glen operasi akan berjalan kurang lebih 6 jam, bisa lebih cepat atau malah lebih lambat tergantung seberapa banyak yang perlu diperbaiki. Memangkunya diatas kursi roda, kami diantar ke ruang persiapan operasi. Aku mengusap pipi Affan, mengecup dahinya lama. Dia mulai menangis ketika Dokter Glen membawanya masuk. Berdua dengan suami, kami menunggu didepan IKO. Selang 1 jam kami dipanggil, ternyata operasi dibatalkan karena ada banyak sekresi lendir dijalur nafasnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 23, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Twin StarsWhere stories live. Discover now