6√

8.4K 995 101
                                    

~♥~

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

~♥~

"Ji—"

Merasa dipanggil, Yeji menoleh, berusaha tersenyum simpul dan kemudian memberanikan untuk menjawabnya, "I-iya?"

Tanpa basa-basi lagi, Yoongi langsung meraih pergelangan tangan Yeji. Mengajaknya untuk masuk ke dalam mobilnya tanpa berbicara apa-apa. Itu sudah jelas membuat Yeji kebingungan, tapi lagi-lagi gadis itu hanya bisa diam saja. Ia masih sangat malas untuk bersikap seperti biasanya.

"Kau ingin makan apa?" tanya Yoongi setelah mereka sampai ditujuan— restoran cepat saji yang berada tak jauh dari kantor.

Yeji pun menggeleng, "aku tidak lapar."

"Oke." Yoongi lalu melangkah pergi untuk memesan makanannya sendiri, sedangkan Yeji memilih untuk duduk dan memainkan ponselnya.

Beberapa menit kemudian, Yoongi datang dengan membawa nampan yang berisi 2 porsi makanan lengkap dengan minuman dan juga es krimnya.

"Makanlah. Ku pikir, kau terlihat lebih kurus dari dua minggu yang lalu." begitu katanya, yang langsung memberikan jatah makanan untuk Yeji.

Yeji menghela napas beratnya, menatap Yoongi tak suka, "apa kau tak pernah mendengarkanku, Min Yoongi? Aku sudah bilang jika tidak lapar kan?!" 

"Ya sudah, lagipula kau bisa bawa pulang." jawabnya yang terlewat santai.

Inilah sifat Yoongi yang terkadang membuat Yeji sangat muak— terlalu pemaksa, seenaknya sendiri dan juga bersikap seolah-olah tak ada apa-apa. Menganggap kejadian dua minggu yang lalu bukanlah masalah besar untuknya, padahal bagi Yeji sendiri itu adalah bencana.

"Hei, Aku ingin bertanya padamu."

Yoongi mengangguk— memberikan senyum manisnya pada Yeji, "Iya, tanya saja."

Sebelum memulai berbicara, Yeji menarik napasnya dalam-dalam, "Sebenarnya kita ini apa?"

Deg!

Langsung sukses membuat Yoongi menghentikkan aktifitasnya, ia lalu menatap datar gadis di depannya.

Canggung.

Benar-benar Yeji salah tingkah sendiri ketika melihat respon Yoongi yang seperti itu. Hanya menatapnya datar tanpa memberikan jawaban yang jelas.

"Ji?" Yoongi lalu memanggil Yeji pelan.

"Y-ya?"

"Biar aku perjelas sekarang."

Yeji pun mengangguk. Menyiapkan hatinya agar apapun yang keluar dari mulut Yoongi nanti tidak akan pernah mengusik kehidupannya. Ya, semoga saja Yeji tidak lupa akan hal itu.

"Kau itu— temanku. Teman terbaikku." begitu kata Yoongi.

Yeji sudah menduga jawaban itu. Kenapa ia begitu bodoh sampai harus menanyakan sesuatu yang sudah nyata seperti itu?


"Benar. Kita ini teman. Ternyata, kita cukup hanya menjadi seorang teman saja, ya?" pun Yeji langsung tertawa; terlalu dibuat-buat.

"Apa kau kecewa?"

Yeji menggeleng, "aku bahkan tidak bisa menilai ini berita baik atau buruk," katanya, "Tapi maaf—"

"Maaf?"

"Aku sudah tidak bisa lagi menjadi teman terbaikmu. Cukup teman tanpa ada kata terbaik. Cukup sampai disini saja aku menjadi yang terbaik untukmu, Gi!"

Deg!

Yoongi benar-benar terkejut. Tak bisa berkata-kata lagi karena Yeji tiba-tiba bersikap seperti itu padanya.

"Hei, sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan?!"

Yeji pun berdiri dari duduknya, "aku akan pulang sekarang. Beberapa hari ke depan, tolong jangan temui aku dulu." pamit Yeji yang lalu memberikan senyum mirisnya pada Yoongi sebelum dirinya benar-benar pergi.

Sebenarnya, ini bukan yang Yeji inginkan. Hanya saja, sering kali keadaan memaksa untuk membohongi dirinya sendiri. Karena menurut Yeji, ini sudah keterlaluan, ia tak ingin lagi berada disebuah pertemanan tak sehat— lebih tepatnya tak sehat untuk hatinya sehingga ia memilih untuk pergi saja; menjauhi Yoongi.

Yeji ingin jujur akan perasaannya. Namun, terlampau takut. Lelaki yang telah menjadi temannya selama 2 tahun lebih itu masih terlalu rapuh karena di hatinya masih tersimpan kenangan bersama mantan kekasihnya. Kenangan itu belum sepenuhnya hilang dari ingatan Yoongi— dan sudah jelas membuat Yeji takut untuk melangkah lebih jauh lagi.

Yeji hanya tidak ingin kecewa. Meskipun ia sudah bisa menebak sendiri bahwa ia akan kecewa juga pada akhirnya.

Pun, Yoongi juga tidak ingin menyakiti hati wanita lagi. Sudah cukup Seona saja yang menghilang dari hidupnya. Ia tidak ingin teman yang ia sayangi juga ikut menghilang dari hidupnya.

Yoongi hanya takut— takut jika ditinggal pergi lagi.....

[]

✔️ Love Me Now.Kde žijí příběhy. Začni objevovat