09 : Mencari Masa Lalu

Start from the beginning
                                    

“Kalo gitu, lo pernah masuk ke dalam hutan terlarang?”

“Enggak lah. Namanya juga terlarang.”

“Mau nyoba masuk?”

“Buat apa?”

“Gue mau menunjukkan sesuatu sama lo.”

Mata Nathan menatap Zarra lurus-lurus. Sorot penuh keyakinan itu, benar-benar membuat Zarra penasaran. Ada apa sebenarnya di dalam hutan terlarang itu? Apa ada suatu hal aneh yang tidak bisa diterima akal sehat manusia makanya Nathan mengajaknya ke sana? Atau jangan-jangan ... hutan terlarang itu berhubungan dengan dirinya?

“Menunjukkan apa?”

Suara Maudy membuat lamunan keduanya buyar. Ikatan pandang mereka terlepas seketika. Redhood Witch saja ikut berjengit. Mereka kaget karena kedatangan Maudy yang tiba-tiba.

“Menunjukkan apa? Gue boleh liat gak Nat?” Maudy menatap Nathan dengan senyuman manis. Dia penasaran, sumpah. “Kalo gak boleh sih gak apa-apa,” dia mencoba tak peduli. Tapi, Nathan pasti juga akan memberitahukan sesuatu itu padanya.

Mata Nathan membesar mendengar ucapan Maudy. Ah, tidak mungkin kalau dia memberitahu Maudy tentang penemuan bangsa peri, bukan? Maudy hanya manusia biasa.

“Gak ada apa-apa kok,” Nathan menggeleng cepat. “Gue cuma bercanda sama Zarra,” Nathan melirik Zarra. “Jangan bilang lo percaya sama omongan gue? Haha!”

Zarra yang sebelumnya menatap Maudy dan Nathan bergantian langsung membisu. Dia bingung harus berkata apa. Apa wajahnya semenakutkan itu hingga Maudy menatapnya sampai tak berkedip? Redhood Witch bahkan menatapnya dengan sorot bersalah sebelum kembali memandang Nathan.

“Bodoh,” celetuk Redhood Witch sambil mendengus sebal.

Nathan bercanda?! Zarra hampir saja berteriak saking kesalnya. Dia sudah serius mendengarkan, dan ternyata sejak tadi dia hanya dikerjai? Sungguh keterlaluan. Zarra bangkit dengan wajah memerah lalu masuk kamar. Membanting pintunya dengan keras.

Maudy berdecak sebal lalu duduk di tempat yang sebelumnya di duduki Zarra. Muka dilipat-lipat. Membuat Nathan melirik takut-takut. Redhood Witch sendiri sebenarnya ingin menghampiri Zarra, namun ia tidak bisa meninggalkan Nathan.

“Lo kenapa? Kok jutek gitu sama gue?” tanya Nathan sebal.

Maudy menghela napas, bertopang dagu menatap Nathan. “Bercandanya kelewatan deh ...,” dia menggelengkan kepala. “Hal kecil merupakan sesuatu yang sering nyakitin hati cewek.”

Apa? Hal seperti tadi membuat Zarra sakit hati? Nathan benar-benar tak percaya.

Sorry,” sesal Nathan.

“Minta maafnya ke Zarra, jangan sama gue.”

•••

Zarra mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Tanpa melepas kaus kaki, dia membaringkan tubuhnya di ranjang. Perlahan-lahan, jari kirinya bergerak mendekati pergelangan tangan kanannya dan menyentuh bagian dalam.

Tepat di mana tato tengkorak akan berdenyut ketika radarnya menemukan aura kematian.

Mengingatkannya akan pertanyaan Nathan tadi. Kenapa Nathan harus bertanya hal sesensitif itu? Zarra mengerang kesal, berputar memeluk guling dan berteriak kesal. Marah pada diri sendiri karena nyatanya Zarra tidak tau dari mana asalnya. Dia selalu berpikir bahwa ini adalah dunianya. Dia tidak memiliki kehidupan yang lain.

Bahkan rasanya Zarra ingin sekali melepas jiwa banshee-nya dan menjadi manusia seutuhnya. Tapi, apa bisa? Dan jawabannya hanya satu. Tidak bisa. Karena banshee lahir dari kesedihan para anggota keluarga yang ditinggal pergi.

FL • 2 [Armonía]Where stories live. Discover now