09 : Mencari Masa Lalu

29.2K 1.9K 69
                                    

“Zarra pulang jam berapa?”

Pergerakan Maudy yang tengah menuangkan air panas ke dalam cangkir terhenti. Wajahnya terangkat, menatap Nathan yang sedang menunduk membaca majalah. Ekspresi Nathan tidak terlihat karena sejak tadi Nathan memperlihatkan punggungnya.

“Umm, bentar lagi mungkin,” Maudy mulai kembali ke alam sadar. “Emang kenapa?”

Nathan memutar tubuh mendengar suara ketus keluar dari bibir Maudy. Sepertinya, dia agak marah. Kenapa? Nathan kan hanya penasaran dengan kepulangan Zarra. Dia ingin bertanya sesuatu.

“Gue cuma mau tanya sesuatu kok sama dia,” mata Nathan bergerak mengikuti Maudy yang berjalan mendekatinya. Memberikan segelas teh manis hangat.

“Emm,” Maudy menggumam. “Sesuatu, ya ....”

Suasana mendadak canggung. Wajah Maudy yang tadinya biasa-biasa saja kini tampak tak nyaman dan bibirnya agak melengkung ke bawah. Jemari yang menggenggam erat ujung nampan membuat Nathan sadar bahwa dia salah berbicara.

Ketika Nathan akan mengajukan pertanyaan lainnya, Maudy berdiri dan meminta izin untuk mengganti seragam. Ah ya, mereka baru pulang sekolah. Nathan dimintai tolong untuk mengajari salah satu materi yang belum dikuasai Maudy.

Baru beberapa menit Maudy masuk ke dalam kamar, pintu depan terbuka. Nathan melongok sedikit, menampakkan wajah dan melihat Zarra tengah melepas sepatu sekolah. Redhood Witch sudah terbang mendekati Zarra. Membuat gadis itu terperangah kaget karena kehadiran slave kecil di hadapannya.

“Siang, banshee!” sapa Redhood Witch ramah.

“Hei. Siang. Kamu ada di sini?”

Mata Zarra meliar, menyisir lorong sebelum benar-benar tertumbuk pada ruang tamu. Kalau ada Redhood Witch, berarti ada Nathan. Tidak mungkin dia ke sini sendirian. Ada urusan apa pula?

“Ya, aku di sini menemani Nathan untuk belajar.”

“Ooh,” Zarra mengangguk mengerti dan tersenyum saat melihat sosok Nathan yang sudah berdiri. Siap menyambut Zarra. “Hai, Kak. Lagi nunggu Kak Maudy, ya?” gadis itu sudah tau, Nathan kemari pasti hanya untuk Maudy.

Nathan mengangguk. Tuh kan, tebakan Zarra benar.

“Lo baru pulang?” pertanyaan yang langsung dijawab anggukan. Tetapi baru saja Zarra akan pergi melengos ke kamar, pergelangan tangannya dicekal Nathan. “Bisa ngomong sebentar?” pintanya dengan sorot memohon.

Sebenarnya Zarra ingin sekali duduk dan mengobrol dengan Nathan. Berjam-jam pun, Zarra rela. Tetapi masalahnya, Nathan adalah laki-laki yang disukai kakaknya. Masalahnya adalah ia memiliki perasaan pada pemuda ini.

Dan Zarra yakin betul, Maudy cepat atau lambata akan sadar pada perasaan terpendamnya ini. Bukankah cinta bisa dilihat dari cara seseorang memandang?

Mau tak mau, Zarra mengangguk. Tangannya berputar, meminta kebebasan dari cengkraman Nathan. Setelah yakin Zarra menyetujui permintaannya, Nathan melepaskan cengkraman lalu duduk tepat di hadapan Zarra.

“Pertanyaan gue agak aneh nih,” Nathan menggaruk kepala. Membuat Zarra semakin penasaran. “Sebenernya, lo berasal dari mana?” kening Zarra berkerut samar. “Ma-maksud gue, lo kan seorang banshee, jadi, asal lo dari mana?” Nathan bertanya, menekan volume suaranya di kata ‘banshee’.

Zarra menghela napas. Ada apa tiba-tiba Nathan menanyakan asal muasal dirinya?

“Sayangnya, gue gak tau,” ujar Zarra cuek. “Gue diketemuin sama Kak Maudy saat umur tiga tahun. Pas itu aja gue gak inget nama. Apalagi asal.”

FL • 2 [Armonía]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang