PROLOG

9 0 0
                                        

Aku,
Si kerdil yang punya satu mimpi
Satu hayalan yang takkan tercipta
Satu impian yang selalu ditentang.

Aku,
Selalu dikata lemah
Tapi tak pernah menyerah
Dan takkan kalah.

Kumohon, sekali saja
Aku ingin jadi angin
Yang tak pernah dicerca meski
Menjatuhkan daun-daun tak bersalah.
Sekali saja.

Adin tersenyum menatap lembar puisi yang baru saja dia buat. Puas rasanya bisa mencurahkan hati lewat sebuah puisi seperti itu. Tapi, seolah ketenangan bukan bagian hidupnya. Senyum yang baru saja terukir diwajah Adin harus lenyap tatkala sebuah tangan merampas paksa lembar puisi miliknya. Adin berbalik, menatap musuh bebuyutannya kesal.

"Balikin puisi gue, Sak." Adin coba meraih puisinya dari tangan Saka. Tapi cowok itu malah menahan keningnya sambil mengangkat lembar puisi itu tinggi-tinggi.

"Oh jadi ini puisi?" Saka membolak-balik lembar ditangannya. Lalu menatap Adin bertanya, "boleh buat gue?"

Spontan Adin menggeleng. "Gak boleh, kalo elo mau nanti gue bikinin."

Saka melepas tangan yang menahan kening Adin, lalu cowok itu sepenuhnya mengangkat lembar itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Sengaja biar Adin tidak bisa mengambil puisi itu.

"Ya udah gue bacain kalo lo gak mau ngasih,"

"Jangan!" Tapi Adin terlambat, karena cowok itu sudah melesat entah kemana. Emang sialan banget sih Saka. Mentang-mentang dinamanya terdapat kata "Gara" jadi dia dengan seenaknya suka cari gara-gara, terutama pada Adin yang tidak tahu salahnya apa. Awas aja lo Saka Garaline Gustov!

Tak mau menggerutu lebih lama, Adin pun beranjak dari tempatnya untuk menyusul Saka yang bisa ia tebak akan mempermalukannya pada seantero sekolah.

Dan, benar dugaan Adin sebelumnya. Saka sudah dikelilingi banyak orang di lapang. Cowok itu sempat menyeringai ketika memandangnya. Dengan gerakan agresif, Adin menyentak kerumunan orang-orang sampai dia berhasil berada di tengah—berhadapan dengan Saka.

Berbeda dengan Adin yang mulai muncul tanduknya, Saka malah terlihat anteng-anteng saja seolah cowok itu bayi tak berdosa.

Deheman Saka membuat semua pasang mata yang mengerumuni fokus pada satu titik yakni dua sejoli yang tak pernah akur dan hari-harinya selalu saja membuat kerusuhan layaknya serial kartun anak kecil—tom and jerry. Kadang Adin selalu berpikir pada orang-orang yang tak pernah bosan melihat dia dan Saka bertengkar. Ah, memang dasar manusia. Tercipta oleh rasa kepo yang tinggi.

"Oke temen-temen jadi disini gue lagi pegang kertas puisi milik seorang Adinda Safira. Katanya suruh gue bacain di depan lo semua,"

Sontak alis Adin mengernyit, kapan dia bilang ingin dibacakan di depan umum oleh Saka.

"Gue gak bilang gitu ya!"

Tapi ucapannya seperti angin lalu. Tak didengar sama sekali. Hiks menyedihkan.

"Aku," Saka tiba-tiba sudah menyuarakan deret kata pertama di puisinya menciptakan riuh suara orang-orang yang bersorak, bahkan ada yang lagi memegang ponsel dan Adin yakin mereka pasti sedang mem-video dia dan Saka. Benar-benar sial memang.

"Si kerdil yang punya satu mimpi, satu hayalan yang takkan tercipta, satu impian yang sel—," Saka tidak menyelesaikan kalimat puisinya sebab Adin sudah maju lebih dulu dan berhasil meraih puisi ditangannya.

Kedua tangan Saka yang terbebas dimasukkannya ke dalam saku celana lalu sepenuhnya tatapan cowok itu terarah pada Adin yang juga menatap dia dengan wajah murka. Dia bahkan bisa menebak kalimat apa yang akan cewek itu utarakan.

"Gue gak pernah bosen buat bilang ini. GUE BENCI SAMA LO!"
Dan sesuai dugaannya tadi, Saka sudah bisa menebak Adin akan berkata begitu lalu pergi dari kerumunan. Saka menyeringai puas sambil menatap punggung kecil yang berjalan menjauh. Oke, sudah cukup hari ini dia menjahili Adin.

"Oke temen-temen, sekarang kalian boleh balik lagi ke aktifitas kalian sebelumnya. Dan gue, Saka Garaline mengucapkan terimakasih kepada kalian yang udah meluangkan waktu liat latihan gue buat pensi Minggu depan." Kata Saka yang malah membuat orang-orang terkikik geli.

Pensi apaan? Jelas-jelas cowok itu tadi sengaja menjahili musuh bebuyutannya, Adinda Safira. Emang dasar Saka. Tingkahnya itu lucu meski menyebalkan dan tak ayal bikin seantero sekolah kadang suka dibuat gemas pada kelakuannya, terutama saat menjahili Adin. Seperti tadi misalnya.

Even If Not TogetherWhere stories live. Discover now