55. || Akhirnya

395 13 0
                                    

Aku nggak tau kalau Zidane bakalan segercep ini, meskipun situasi yang cukup menegangkan itu udah berlalu sekitar seminggu tapi aku tetep rada was-was.

Kalian tahu, Zidane ternyata nggak nunggu lama, dia udah mulai ngegas bahkan dari sehari setelah kejadian itu.

Zidane ngajak aku berangkat sekolah bareng.

Aku sedikit ragu buat mengiyakan, tapi aku nggak mau kembali merasa bersalah sama dia.

Jadi, aku menerima ajakan itu.

Secepat Zidane, ternyata anak-anak kelas juga bisa dengan cepat move on dari kejadian itu.

Aku senang, ditambah lagi Regina juga udah bersikap seperti biasa lagi. Di wajahnya nggak terlalu terpancar rasa bersalah berkepanjangan dan itu membuat aku cukup senang tentunya.

"Nah kan pantesan sama Regina dia lelet banget, padahal incerannya yang ini." suara Riza langsung menyapa pas aku sama Zidane nyampe di kelas.

Beruntung, Regina belum datang karena kalau dia denger omongan Riza barusan, bisa aja dia kesinggung kan?

||

Akhirnya.

Gua rasa nggak ada lagi alesan gua harus nahan-nahan ke Lyra. Semuanya udah jelas, tentang perasaan kita berdua juga tentang orang-orang yang berkaitan.

"Nggak ke kantin?" Lyra yang lagi main hp langsung mendongak.

"Eh, Zidane." dia senyum sambil merhatiin gua yang duduk di kursi di depannya.

"Nggak, males. Kamu sendiri?"

"Gua juga males." kata gua sambil sedikit mengintip layar hp Lyra.

"Jadi gimana?"

Gua nggak tau ini waktu yang pas atau engga, tapi yang jelas suasana kelas lagi lumayan sepi, cuma ada dua orang selain gua sama Lyra di sini.

Yang satu lagi demus di pojokan, yang satu lagi, tidur.

Jadi gua memutuskan buat memastikan sekarang.

"Gimana apanya?" tanya Lyra.

"Pulang sekolah."

Lyra ngangguk-ngangguk. "Diliat dari gerak geriknya kamu ngebut banget, tadi pagi aja ngajak berangkat bareng lagi."

"Rumah kita kan searah."

"Tapi biasanya juga masing-masing nggak pernah ngajak bareng, aku tahu pasti ada maksud lain kan?"

Gua senyum-senyum mengiyakan. "Iya, deh gua ketauan."

"Jadi, nanti pulang sekolah juga pasti ada maksud lain kan? Bukan cuma minta anter?"

"Hmm, gua kan suka sama lo Lyra. Itung-itung pdkt." gua nyengir, dan seneng pas Lyra ikutan nyengir.

"Toh, lo juga suka sama gua dan sekarang nggak ada lagi penghalang diantara kita."

"Aku salah nggak, mikir yang pulang sekolah itu kamu bakalan ngajak jadian?"

Tentunya, gua menggelengkan kepala dengan yakin.

~The End~

Silent [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang