4

17.3K 1.8K 274
                                    

Iris biru milik seorang bayi bertubuh gembul sudah tertutupi kelopak; matanya terpejam walau mulut tetap bekerja menyedot susu dari dalam botol. Ya, si bayi gembul bernama Menma ini sudah mau minum susu formula. Tidak menolak lagi. Mungkin dia ingat dengan susu formula yang sering dia cicip sebagai pengganti asi. Posisinya berbaring terlentang dengan mulut yang maju karena menyedot isi botol susu.

Ketika isi botol habis dan Menma tampak nyenyak, Naruto yang berbaring di sebelahnya melepas dot dari mulut si bayi dan meletak botol kosong tersebut ke atas nakas. Dia memandangi Menma sejenak, mengusap kening si bayi dan mendaratkan kecupan ringan di pipi gembilnya. Dia sangat menyayangi si bayi. Prioritas Naruto saat ini adalah tumbuh kembang Menma yang dapat ia pantau. Berada dekat dengan bayinya saja sudah cukup, Naruto tidak membutuhkan hal lainnya lagi.

Si pirang menghela kemudian bangkit dari ranjang. Pelan-pelan memindahkan tubuh gembul si bayi ke pelukannya. Dia mesti memberikan Menma pada putra bungsu Uchiha; seperti yang diperintahkan oleh sang Kepala Keluarga. Dia wajib mengantar si bayi setiap malam ke kamar Sasuke setelah Menma tidurㅡsupaya bungsu Uchiha itu tidak repot menidurkan si bayi.

Setiap akan mengantar Menma, jantung Naruto pasti berdegup kencang. Meski sudah beberapa kali berkunjungㅡistilahnyaㅡke kamar si bungsu Uchiha, dia tetap tak terbiasa. Dalam kepala si pirang pasti selalu terbesit memori ketika Sasuke menindihnya yang membuat ia ketakutan. Ingatan itu sangat menakutkan; masih meninggalkan trauma di otak bahkan tubuh Naruto. Dia selalu takut, merinding dan jantungan. Bahkan napasnya sering tersendat.

Di perjalanan menuju kamar Sasuke, si pirang menarik napas lalu dihembuskan beberapa kali. Berharap detakan di dada dapat mereda. Perasaan was-was sedikit berkurang dan napasnya tidak putus-putus. Kamar si bungsu Uchiha berada di bagian belakangㅡnamun di sisi yang berbeda dari area daputㅡdi sebelah ruang baca yang mengarah ke taman samping. Naruto belum pernah ke sana karena terlalu sibuk merawat Menma. Bagian di situ sangat sepi. Jarang ada yang melewati kamar Sasuke kecuali jika mau ke ruang baca. Putra bungsu pasangan Uchiha senior sangat membenci keramaian atau suara bising, apalagi di ruang baca tidak mungkin membuat keributan.

Tiba di depan di sebuah pintu berwarna coklat yang merupakan kamar si bungsu Uchiha, debaran jantung si pirang bukan mereda malah makin kuat. Beroperasi lima kali lipat! Tangannya mulai gemetar. Perlahan satu tangan Naruto yang bebas mulai mengetuk pintu. Pelan-pelan. Bahkan suara ketukan itu tidak terdengar oleh dirinya sendiri.

Kuatkan dirimu, Naruto! Sekali lagi menarik napas dalam lalu dihembuskan, ia mengetuk lagi pintu lebih keras. "Pe-permisi, Sa-sasuke-san ...."

Tidak ada sahutan, tetapi si pirang menunggu. Pertama kali ia mengantar Menmaㅡsama seperti sekarang, tak ada jawaban dari dalam kamar jadi dia mengetuk terus hingga pintu terbuka dan menerima tatapan sinis oleh Sasukeㅡserta di juteki; tidak perlu mengetuk berulang kali dan memanggil-manggil. Berisik, katanya. Jadi Naruto tidak mau mengulanginya lagi. Cukup sekali saja dan beberapa detik kemudian si bungsu Uchiha akan membukakakn pintu.

Dan yah, pintu kamar Sasuke terbuka. Naruto segera menyerahkan Menma dengan hati-hati yang disambut oleh kedua tangan si pemuda bersurai raven.

"Ada lagi?" Tanya Sasuke yang melihat si pirang diam menunduk di depannya.

Naruto menggeleng, "Jika Menma terbangun tengah malam, Tuan bisa memanggilku."

"Hn." Hanya ini balasan si raven muda. Dia menutup pintu kamarnya meski Naruto belum bergerak dari tempatnya berdiri. Tidak ambil pusing pada si pirang.

Naruto sendiri ... setelah pintu tertutup dan Sasuke serta Menma tak ada lagi di pandanganㅡselalu saja, ia sulit menahan diri untuk bersikap biasa. Si pirang menghirup udara banyak-banyak dan sekali di hembuskan. Dia memegang pakaian di dada sembari berbalik dan melangkah pergi. Trauma itu sulit dibuang, sulit diabaikan, sulit dilupakan. Bakal selalu lengket di tubuh dan kepalanya.

Heart [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang