Die

25 6 0
                                    

Dua bulan kemudian...

Sabtu pagi yang mendung. Sudah dua jam Reno menanti kehadiran Restu di posnya tapi Restu tidak kunjung datang. Padahal Reno sudah menyiapkan sesuatu.

Eh sebentar, kenapa tiba-tiba ada mini bus hendak masuk panti jompo? Reno mengucek-ngucek matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Reno keluar dari pos dan menghampiri mini bus. Maksudnya yang mengendarai mini bus.

"Kaget ya?"

"Keren sekali kamu bisa bawa mobil seperti ini."

"Aku bahkan bisa mengendarai truk," bisik Restu lirih. "Hari ini aku ingin mengajak nenek dan kakek di dalam sana bertamasya ke kebun binatang. Semua penjaga panti boleh ikut. Termasuk kamu."

"Ini serius?"

"Aku sudah minta izin dengan ketua yayasan kemarin, dan beliau membolehkan," kata Restu sambil tersenyum riang dan mengangkat bahu kegirangan.

Restu melangkahkan kakinya memasuki panti jompo.

"Ayo kakek dan nenek. Hari ini kita berlibur diluar." Restu menunjuk mini busnya.

Tentunya ajakan itu disambut suka cita oleh penduduk panti. Selama ini belum pernah ada yang mengajak mereka keluar bangunan tua itu. Nek Amira dan nenek-nenek lainnya sibuk memilih baju yang bagus untuk mereka kenakan dihari yang spesial.

Pria dengan rambut beruban bersiul-siul selama perjalanan.

Reno duduk dikursi kemudi depan dan melambaikan tangan pada Bang Toyib yang dibalas dengan senyuman simpul nan kecut. "Kami jalan-jalan baang..."

***

"Aku mau bicara sesuatu Reno."

Kini mereka berdua sedang duduk-duduk di gazebo. Sedangkan seisi penduduk panti jompo bersama pengasuh lainnya sedang memberi makan hewan-hewan yang hampir punah dan diselamatkan kebun binatang.

"Aku juga mau bicara sesuatu."

"Kalau begitu kamu duluan saja."

"Kamu saja yang duluan," ujar Reno. Padahal ia tidak sabar lagi mengemukakan perasaannya dengan jantung berdebar-debar. Reno bersiap mengambil kotak merah kecil dan menyembunyikannya disebalik badan.

"Aku hendak memberikan ini," Restu menyodorkan undangan pernikahannya. Disana tertera nama 'Restu Pangesti' dan 'Thomas Yogie Baihaki' dengan tanggal yang sudah akan tiba beberapa hari lagi.

"Kamu akan menikah?"

Restu menatap kosong hewan-hewan. "Aku dijodohkan."

"Kenapa?" 

"Karena usia aku tidak panjang lagi," kata Restu dengan mata berkaca-kaca. "Kamu tahu kenapa dulu aku pernah alpa mengunjungi panti? Itu karena aku check up dan dokter mengatakan bahwa umurku sebentar lagi."

Jantung Reno serasa mencelos. Buru-buru disimpannya kembali kotak merah berisi cincin perak kedalam kantung celananya. Urung.

"Kamu tahu siapa Thomas Yogie Baihaki? Dia adalah penjual siomay Bang Toyib dipersimpangan jalan yang pernah kita kunjungi. Ia adalah anak sahabat ayahku, perusahaanya baru saja bangkrut, makanya ia harus banting tulang cari uang agar keluarganya bisa bertahan hidup. Sedangkan ayahnya Thomas mendadak stroke, jadi ia sekarang yang jadi tulang punggung keluarga.

Ayahku tahu kalau usiaku tidak panjang lagi dan menyuruhku menikah dengan Toyib agar sebagian warisan ayahku bisa jatuh ketangan Toyib. Ayahku sangat berhutang budi pada keluarga Toyib."

Akhirnya air mata Restu mengalir tak terbendung.

"Sebenarnya... Sebenarnya..." Suara Restu terbata-bata batuk.

"Sebenarnya aku suka sama kamu," potong Reno tiba-tiba dan langsung menyambar tubuh lemah Restu lalu mendekapnya erat.

"Aku baru saja ingin mengataknnya," bisik Restu lirih. 

Tangis Restu semakin pecah dalam pelukan Reno.

***

 "Cinta itu memang tidak mudah dilewati, Ren," Suara samar-samar dari belakang membuat lamunannya buyar. "Berikan apapun yang bisa kamu beri untuk terakhir kali," suara itu semakin jelas. Sadewa mendekat.

"Thanks Wa. Aku pergi," Reno menepuk bahu sahabatnya. Kado tersebut masih dalam genggaman. Ia bergegas mengambil motornya.

"Ingat Ren, cinta itu tidak mudah!"

Reno menganggukkan kepalanya mantap dan berkendara hingga lupa diri dengan kecepatan diluar batas. Siluet kenagan lama berpendar di dalam otaknya. Betapa bahagianya mereka kala itu, pergi plesir ke kebun binatang bersama  penduduk panti jompo. Apakah besok keadaaannya masih sama? Apakah suatu saaat nanti Restu masih bisa mengajak orang tua yang haus kasih sayang berjalan-jalan? Pasti semua akan berubah.

Saking lajunya Reno mengendarai motor, hingga ia lupa kalau ia tengah menerabas lampu lalu lintas dan berbarengan saat fuso lewat. 

Bam...

***

Restu dari tadi memindai pengunjung pesta yang berdatangan. Matanya nanar melihat semua tamu undangan. Namun, yang dicarinya tidak ada. Kini giliran Restu yang menanti.

"Mencari Reno?" tanya Toyib yang juga gelisah demi melihat istrinya seperti cacing kepanasan.

"Ah bukan apa-apa."

Pengunjung tamu kembali kehabitatnya masing-masing. Pesta sudah mulai sepi, hari senja. Tiba tiba Sadewa, seorang penjaga panti jompo yang juga sahabat Reno jalan tergopoh-gopoh mendekati kedua insan yang sedang tidak dimabuk cinta.

"Reno baru saja kehilangan nyawanya, ia kecelakaan dan kehilangan banyak darah." Suara Sadewa lirih demi menyampaikan berita duka itu. "Ia menitipkan ini."

Restu serta-merta menerimanya dengan pesan dikotak itu bertuliskan 'Kado Buat Restu'.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kado Buat Restu [END]Where stories live. Discover now