Sebelum iqomah gue duduk bersila sambil mainin hp, membuka satu persatu story Whatsapp di kontak gue. Gue cuma scoll aja satu persatu karena gak ada yang menarik. Sampai akhirnya gue melihat update an Joy, foto teman-temannya nampak dari belakang. Gue jadi inget ini kan hari yang sama waktu gue pertama kali ketemu dia di halte transjakarta, trus kita pulang bareng. Gue mereply statusnya, ngomong-ngomong ini pertama kalinya gue chat dia.

Kai: Masih dikampus?

Joy: Masih nih, kenapa Kai?

Kai: Mau pulang bareng?

Joy: Eh boleh. Gue lagi di Indomaret sih, lo dimana?

Kai: Dimasjid

Joy: Oke. Gue samperin lo ya.

"ETDAH BOCAH MALAH SENYAM SENYUM SENDIRI! DAH QOMAT TUH!" Bisma berdiri meninggalkan gue, cowok itu merapatkan shaf depan. Gue memegang pipi gue sekilas, masa iya sih tadi gue senyum. Kemudian jalan perlahan ke barisan depan.

Abis itu sepanjang sholat gue malah gak khusyuk.

-

Gue berjalan perlahan mengikuti langkah kaki perempuan di samping gue, hari ini cewek itu memakai sweater coklat kebesaram dan bucket hat warna kuning. Ngomong-ngomong sweater coklat Joy ini mirip banget sama sweater gue yang sudah berhari-hari ini hilang entah kemana.

Sambil meminum susu kotak rasa coklat pemberiannya, gue memperhatikan dia yang sedari tadi jalan jinjit atau melompat kecil setiap kali ada genangan air didepannya. Memang seharian ini turun hujan dari pagi sampai sore hari, makannya banyak genangan air yang belum kering di trotoar jalan.

"Awas," Gue menariknya, ada rombongan mahasiswa yang berjalan cepat dibelakangnya. "Jalan yang bener dong Joy. Kalau mau balet nanti aja dirumah." niatnya gue bercanda tapi kenapa malah kedengaran sewot ya.

"Ih kalau gak gitu nanti sepatu gue basah, Kaiii" pertama kalinya gue melihatnya merengut. Joy mengoyang-goyangkan kakinya, dia bilang setengah bagian sepatunya basah.

"Gak bakal kalau lo jalan ngikutin gue," gue memperlihatkan cara jalan gue pada Joy, cewek itu memperhatikan lalu mengernyitkan dahinya.

"PFFTT!"

"Gak ada bedanya sama jalan gue." Joy menyedot susu kotak rasa strawberry miliknya.

"Adaaaa," sekarang gue berjalan lebih pelan dari yang tadi. "Jadi tumit kaki lo dulu yang harus kena tanah, nih kaya gini. Nanti airnya gak akan nyiprat kemana-mana, cuma akan nyiprat ke depan sepatu lo aja."

Cewek itu mempraktekan teori gue. Perasaan gue gak gitu tadi, iyasih dia jadi jalan slow motion tapi tangannya kenapa harus begitu sih. Cewek ini malah lebih mirip pinguin dengan sweater kebesaran dan bucket hat kuningnya.

Rasanya pengen gue karungin deh nih cewek, saking gemesnya.

"Ah sama aja!" Joy kemudian berhenti mengikuti gue dan berjalan seperti biasa. "Ih gara-gara hujan nih!"

"Gak boleh gitu kali," kata gue saat kita sudah sampai di halte transjakarta. Gue melipat lengan kemeja gue, meskipun habis hujan gak ada udara yang berhembus dari tadi. Halte yang ramai jadi membuat suasana makin gerah.

"Gak boleh apa?" tanya Joy, cewek itu mengekor gue setelah men tap kartu flashnya. Kita berdiri di depan pintu masuk bus. Kira-kira 5 menit lagi bus jurusan Harmoni sampai di depan kita.

"Menghina hujan," gue jadi inget omongan Bisma saat gue berceloteh mengomentari hujan yang gak kunjung reda pagi itu. Hari itu harusnya kita presentasi tugas kelompok kita berdua, gue dan Bisma sudah berpakaian rapih dari biasanya. Kemudian Bisma memberitahu gue buat gak mengomel terus saat hujan. Dia bilang Allah sudah mengatur waktu, cuaca, dan seluruh alam semesta ini. Jadi mencela salah satunya sama saja menghina penciptanya. Kemudian Bisma menjelaskan dalil dan sabdah Rasul yang gue gak inget sama sekali. Intinya dia melarang gue buat mencela hujan lagi.

Deep WellsWhere stories live. Discover now