Ruangan 4 x 3 m² itu tampak cerah, namun lain halnya dengan orang-orang yang berada dalam ruangan tersebut. Cat tembok berwarna hijau, serta terdapat beberapa foto nampak dipajang di dinding ruangan. Foto yang memperlihatkan kebahagiaan, namun sekarang jelas berbanding terbalik dengan keadaan pemilik ruangan ini.
Orang berlalu lalang di depan, memperhatikan kain hitam yang masih di gantung disebuah tiang, yang menandakan sesosok pada penghuni rumah ini telah pergi untuk selama-lamanya.
Isak tangis masih terdengar dari beberapa pelayat yang datang. Mereka masih tidak menyangka, bagi mereka sosok yang terbujur kaku ini dikenal begitu baik, namun kini ia telah tiada. Kejadian itu telah merenggut nyawanya dengan begitu cepat.
Pertemuan dan perpisahan memang tidak pernah bisa ditebak oleh setiap orang. Kematian, bahkan kelahiran ia datang silih berganti. Begitu pula kebahagiaan dan kesedihan tidak pernah memandang siapa yang akan ia datangi.
Disisi lain ruangan tampak seorng anak kecil yang yang tengah duduk sambil memeluk boneka panda kesayangannya, sambil sesekali sesenggukkan ia berbicara dengan nada iba
"Semuanya jahat"
Telinga yang mendengar rintihan itupun langsung terenyuh, bulir bening mengalir deras dipipi mereka. Sekuat apapun mencoba menahan, namun ketulusan bocah itu berbicara membuat semuanya bergetar.
Lain halnya dengan wanita paruh baya yang tengah duduk disamping wanita yg terbujur kaku. Ia meratapi nasibnya yang begitu malang.
"Kenapa kau tinggalkan Ibumu nak. Huhuhu, kau hanya pamit untuk pergi sebentar tadi pagi. Bangunlah nak, jangan tinggalkan Ibu. Huhuhu"
Bagaimana tidak hancur perasaan seorang Ibu, ketika ia harus melihat langsung putri kesayangannya telah tiada dan pergi meninggalkan ia untuk selama-lamanya.
"Lebih baik Ibu yang pergi sayang, bangunlah nak. Huhuhu, Ibu menyayangimu. Jangan tinggalkan Ibu"
Mendadak ruangan itu pecah dengan tangisan, mereka sudah tidak mampu pagi menahan air mata.
