06

318 62 4
                                    

(Backsound: Yura Yunit-Berawal Dari Tatap)

*****

Satu hari ini Tiara berada di kampus, dari matahari terang bersinar di langit, sampai bulan mengganti posisi matahari untuk menerangi bumi. Berada di depan gedung Fakultas bersama dengan bebera temannya, Tiara masih setia berada di Kampus dengan beberapa temannya, termasuk Linda ada di sini. Menikmati Kampus di malam hari dengan obrolan-obrolan ringan, disertai dengan canda dan tawa.

Tiara belum berniat meninggalkan tempatnya berada sekerang, ia masih ingin berada di sini sambil menikmati malam yang dingin namun terasa habgat. Di antara teman-temannya membuat pikirannya sedikit lebih sehat, dan membuat hatinya sedikit tenang. Satu persatu beban yang berada di pundak Tiara sedikit hilang, meskipun setelah ini bebannya akan kembali datang, tapi Tiara saat ini menikmati ketika bebannya pergi dari pundaknya.

Tiara melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah pukul 19.30 dan ia masih berada di tempatnya sekarang. Mengingat kalau rumahnya kosong dan ia harus cepat-cepat pulang. Tiara bangkit dari tempat duduknya, pamit dengan beberapa temannya, dan kemudian meninggalkan gedung Fakultas.

Setelah beberapa langkah berlalu, suara ponsel berbunyi membuat Tiara merogoh tasnya. Di layar ponselnya terdapat nama Darto pagi tadi meninggalkan Tiara secara tiba-tiba tanpa memberikan sedikit kabar. Tiara menghela nafasnya, menggeser layar ponselnya dan menempelkannya di telinga.

"Hallo?" suaranya terdengar lembut, namun Tiara juga sedikit mendengar rasa lelah di seberang sana. Samar-samar ia juga mendengar beberapa orang sedang mengobrol di sana, pasti Darto baru saja selesai mangung dan mengadakan party kecil-kecilan.

"Hallo, Yah," balas Tiara. Ia menahan nafasnya dalam-dalam, perasaannya seperti dipermainkan. Baru saja ia

"Kamu lagi ngapain? Maaf ya, tadi pagi Ayah pergi gitu aja tanpa ngasih kamu kabar," suara Darto di sana terdengar sedikit serak. Mungkin karena ia sedang kelelahan sehingga membuat suaranya berubah.

"Aku lagi di Kampus, Yah. Tadi dipanggil Dosen, ini baru mau pulang," Tiara menghapus air mata yang mengalir membasahi pipinya. Entah ini menangis karena apa, tapi

"Pantes kedengaran rame banget. Ayah pulang besok malam, kamu hari ini sendiri dulu nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa, Yah," Tiara diam sejenak menghela nafasnya sebentar. Biasanya juga ditinggal sendiri kayak gini. Sambung Tiara dalam hatinya. "Ayah hati-hati, ya. Semoga selamat sampai rumah," Tiara mulai berbasa-basi. Membuat obrolan tidak terdengar monoton dan terkesan peduli.

"Iya, Sayang. Makasih, ya."

Panggilan terputus secara sepihak oleh Tiara. Ia menghela nafas panjang, menenangkan sedikit kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Diam di tempatnya selama beberapa detik, akhirnya Tiara keluar dari area kampus dan menghirup udara segar.

Tiara sedikit terkejut ketika mengetahui jalan di area Kampus yang sudah sepi. Tidak ada tanda-tanda angkutan umum atau taksi yang lewat, padahal ini masih terbilang sore, tapi kenapa sudah sesepi ini? Tiara berusaha menelpon Dendy tapi tidak ada jawaban. Dengan mengikuti instingnya Tiara berjalan ke arah rumahnya, berharap ada angkutan umum atau taksi yang melintas. Rasa takut mulai menguasai Tiara ketika melihat mobil yang tiba-tiba hitam berhenti di hadapannya. Tidak lama kemudian orang pria keluar dari mobil tersebut dan berhenti di hadapan Tiara dan menghentikan langkahnya. Tubuh Tiara bergetar saking ketakutannya, jalan yang biasanya ramai kini sepi dan jarang ada kendaraan yang melintas.

"Neng, sendirian aja, mending ikut kita," ucap salah satu diantara mereka sambil mencolek dagu Tiara.

Dengan kepala yang menunduk, Tiara menangkis tangan pria tersebut tidak berani menatap pria yang di hadapannya.

TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang