©motonoona
05.35Aku keluar dari kamar. Masih menggunakan piyama dan rambut yang berantakan, berjalan menuju dapur.
Keadaan sekitar masih sepi. Ini masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Matahari saja baru menyuguhkan sedikit sinarnya. Burung-burung? Masih mempersiapkan diri untuk terbang.
Aku membuka kulkas, lalu meraih kotak berisi jus jeruk. Mengambil gelas yang tak jauh dari posisi, menuangkan isi, aku meminumnya hingga tandas.
Sebuah kebiasaan. Aku tidak bisa minum air saat baru bangun. Tidak tahu alasannya, rasanya mual saja.
Mengedarkan pandangan, aku menatap sekeliling. Memperhatikan setiap sudut ruang, dengan kondisi mata setengah kabur.
Aku masih mengantuk. Sungguh.
Namun, alarm tidak mengizinkan untuk berkelana dalam alam mimpi lebih lama.
Dan sekali alarm berbunyi, tidak bisa aku tidak bangun.
Ceklek!
Indera pendengarku menangkap suara pintu terbuka. Menoleh ke sisi kanan begitu mendengar suara lain, selain deru mesin pendingin di depanku.
Netra menangkap sosok pria tinggi sedang bertelanjang dada, aku nyaris melempar gelas ditangan. Mataku terbuka sampai bukaan maksimal. Bukan main, aku terkejut.
K-kenapa ada Nakamoto Yuta di hadapanku?
Tanpa menggunakan apapun untuk menutupi bagian atas tubuhnya.
Ha-hanya celana tidur.
Sudah hampir berteriak, tapi otakku bekerja lebih dulu. Memaparkan semua kejadian-kejadian sebelum aku jatuh tertidur.
Aku bersama Yuta dan kedua orang tuanya sedang berada di bandara.
Yuta memelukku.
Kami memasuki pesawat.
Terbang selama hampir lima jam.
Tiba di Apartemen yang sudah dibeli keluarga Nakamoto.
Masuk ke kamar masing-masing.
Sudah, hanya sampai disitu ingatanku mampu bekerja. Setelahnya, aku tidak ingat.
Cepat-cepat aku menatap sekeliling, lagi. Mengamati setiap sudut serta detail, untuk menyadarkan diriku kalau sekarang aku bukan berada di rumah sendiri.
Aku sedang di Apartemen.
Hunian sementara yang dibeli oleh Yuta, untuk kami tempati beberapa hari ke depan.
Bodohnya dirimu, Grace.
Bisa-bisanya bertingkah seolah ini wilayahmu sendiri.
Menormalkan detak jantung dan rasa panas dipipi, aku berdeham sekali sebelum menoleh ke arah Yuta.
YOU ARE READING
Istri Paruh Waktu | Nakamoto Yuta
RomanceNakamoto Yuta. Dia adalah suamiku. Suami yang sah secara agama dan hukum. Suami yang memintaku datang saat fajar menyapa, lalu menyuruhku pulang kala senja tiba. Iya, Nakamoto Yuta adalah suamiku, yang melamarku sebagai istri paruh waktunya. © mot...