Lima

51.7K 9K 2.3K
                                    

©motonoona

©motonoona

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


05.35

Aku keluar dari kamar. Masih menggunakan piyama dan rambut yang berantakan, berjalan menuju dapur.

Keadaan sekitar masih sepi. Ini masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Matahari saja baru menyuguhkan sedikit sinarnya. Burung-burung? Masih mempersiapkan diri untuk terbang.

Aku membuka kulkas, lalu meraih kotak berisi jus jeruk. Mengambil gelas yang tak jauh dari posisi, menuangkan isi, aku meminumnya hingga tandas.

Sebuah kebiasaan. Aku tidak bisa minum air saat baru bangun. Tidak tahu alasannya, rasanya mual saja.

Mengedarkan pandangan, aku menatap sekeliling. Memperhatikan setiap sudut ruang, dengan kondisi mata setengah kabur.

Aku masih mengantuk. Sungguh.

Namun, alarm tidak mengizinkan untuk berkelana dalam alam mimpi lebih lama.

Dan sekali alarm berbunyi, tidak bisa aku tidak bangun.

Ceklek!

Indera pendengarku menangkap suara pintu terbuka. Menoleh ke sisi kanan begitu mendengar suara lain, selain deru mesin pendingin di depanku.

Netra menangkap sosok pria tinggi sedang bertelanjang dada, aku nyaris melempar gelas ditangan. Mataku terbuka sampai bukaan maksimal. Bukan main, aku terkejut.

K-kenapa ada Nakamoto Yuta di hadapanku?

Tanpa menggunakan apapun untuk menutupi bagian atas tubuhnya.

Ha-hanya celana tidur.

Sudah hampir berteriak, tapi otakku bekerja lebih dulu. Memaparkan semua kejadian-kejadian sebelum aku jatuh tertidur.

Aku bersama Yuta dan kedua orang tuanya sedang berada di bandara.

Yuta memelukku.

Kami memasuki pesawat.

Terbang selama hampir lima jam.

Tiba di Apartemen yang sudah dibeli keluarga Nakamoto.

Masuk ke kamar masing-masing.

Sudah, hanya sampai disitu ingatanku mampu bekerja. Setelahnya, aku tidak ingat.

Cepat-cepat aku menatap sekeliling, lagi. Mengamati setiap sudut serta detail, untuk menyadarkan diriku kalau sekarang aku bukan berada di rumah sendiri.

Aku sedang di Apartemen.

Hunian sementara yang dibeli oleh Yuta, untuk kami tempati beberapa hari ke depan.

Bodohnya dirimu, Grace.

Bisa-bisanya bertingkah seolah ini wilayahmu sendiri.

Menormalkan detak jantung dan rasa panas dipipi, aku berdeham sekali sebelum menoleh ke arah Yuta.

Istri Paruh Waktu | Nakamoto YutaWhere stories live. Discover now