Their Beginning

Mulai dari awal
                                    

"Lo ngapain siang-siang gitaran di taman sendirian?" kai memandang gue, "Nyanyi lagu galau lagi....."

Gue gak mau buat dunia tau kalau gue abis di phpin.

"....Gapapa. Suasananya lagi mendukung aja," gue tersenyum padanya. "Lagian nyanyi lagu galau bukan berarti karna kita lagi galau juga kan?" gue menaikan pundak.

"Iya juga sih. Kadang kalau bosen gue suka tiba-tiba nyanyi lagu galau," kepala Kai mengangguk-angguk.

"Nah," tangan gue reflek menunjuk asal. Kalimat Kai barusan mendukung alasan gue.

"Tapi Joy," kata Kai setelah dia diam seperkian detik, pandangannya yang mengarak kedepan berpindah memandang gue, "Jangan sering nyanyi lagu galau ya, efeknya bahaya. Bisa bikin orang jadi sedih."

"Hm?"

Dagu Kai menunjuk gue, "Kaya lo tuh. Muka lo sendu banget sumpah!" untuk membuktikan kalimatnya Kai menunjukan hpnya ke gue, dengan kamera yang menyala. Dibanding terlihat sendu gue lebih mirip mahasiswa yang berbulan-bulan begadang karena ngerjain skripsi, bukan kayak orang putus cinta.  Masalahnya kantung mata gue memang dari sananya sudah begini tapi akhir-akhir ini gue susah tidur, kantung mata gue jadi agak hitam. Jadi makin jelek aja gue.

Syok. Gue menopang wajah gue dengan satu tangan, gak kuat melihat kehancuran muka ini. Ekspresi gue sekarang mirip anak kecil di poster film Home Alone, gue makin kaget lagi pas Kai gak sengaja mencet tombol di pinggir ponselnya. Muka jelek gue tadi jadi ada di galeri hp dia.

"Eh?!" Kai kayaknya gak sadar deh, soalnya cowok itu dengan santainya memasukan hpnya lagi ke kantong celananya. Ah kalau cowok itu liat foto gue digalerinya juga pasti bakal dihapus, ancur gitu. Tenang aja Joy.  

Sekarang dia melihat jam di pergelangan tangannya. Gue rasa cowok itu mau pergi, mungkin ada kelas sebentar lagi. "Gue mau ke perpus dulu nih balikin buku, lo masih mau disini?" tanya Kai.

Gue mengangguk, "Gue lagi nunggu temen gue sih, abis itu baru ke kelas." sambil memandang sekitar gue akhirnya melihat Elin berjalan dari ujung taman sambil memainkan hpnya. "Nah itu orangnya dateng."

"Oh yaudah... Gue tinggal ya," Kai berdiri. Sebelum pergi gue mau mengajaknya tos. Tangan kita harusnya bertemu, tapi miliknya malah mendarat di kepala gue. Mengacak rambut gue pelan sambil berkata, "Lo lebih cocok senyum dari pada manyun. Lebih cantik, banyak-banyak senyum ya Joy!"

Seperti mantra, kalimatnya menciptakan senyuman di wajah gue. Lain kali kalau ketemu dia gue harus ngucapin makasih buat semua kebaikan yang dia gak sadari.



Seno

Gue selalu memilih jalan yang berbeda setiap harinya buat menuju ke kelas, kadang dari parkiran motor gue lewat kantin, atau lewat taman kampus, kalau gak lewat belakang gedung fakultas psikologi ini jalan muter banget tapi gue seneng lewat situ karna ada mural buatan anak dkv yang bisa gue pandangi setiap gue lewat. Secara ajaib gue juga sering melihat adegan-adegan drama selama perjalanan dari parkiran sampai depan kelas. Misalnya waktu gue mau menaiki tangga di tengah gedung e, secara gak sengaja gue lagi melihat sepasang sejoli yang sedang suap-suapan, atau waktu gue memergoki Egi dan gebetan barunya dari seberang gedung saat mereka sedang berpegangan tangan, atau pas gue melihat pasangan yang sedang berantem di belakang gedung psikologi, atau saat Kai dan Andra masih dengan pacarnya masing-masing. Gue sering bertemu mereka dengan pasangannya masing-masing di parkiran dulu. Sekarang sih mereka udah jomblo.

Dan pagi ini di parkiran, saat mereka berlarian dilindungi naungan jaket berdua atau mereka yang berbagi payung bersama, disinilah nasib gue hanya memandangi mereka sambil berjalan pelan dibawah payung sendiri. Gue cuma bisa senyum miris, yang terakhir gue inget gue berbagi payung berdua sama Andra beberapa minggu yang lalu selesai UAS semester 4 dan kenangan neduh di halte berdua sama Kai. Gue udah lama gak menikmati momen-momen seperti itu sama cewek, udah beberapa tahun ini gue cuma jadi penonton dari kisah percintaan orang-orang. Gue gak se desprate itu juga sih, buktinya sampe sekarang gue masih enjoy aja menjalani hari. Hidup itu gak melulu soal cinta, banyak kegiatan yang bisa kita lakuin contohnya waktu gue denger dari senior kalau ada pendaftaran untuk jadi crew di Asian Para Games 2018. Senior gue bilang dia dapetin info ini dari Ketua Hima Manajemen, mereka bilang crew dari INAPGOC sendiri yang langsung menghubungi kaprodi jurusan mereka, jadi proses recruitment ini gak melalui website yang sudah ada melainkan melalui e-mail. Karena gue juga udah beberapa kali berpertisipasi dalam dunia event gue tertarik banget buat daftar di event sebesar ini apalagi status nya nanti bukan jadi volunteer tapi sebagai crew. Semalem gue udh kirim cv gue via email, senior gue bilang sih kalau lulus secepatnya lo bakal di hubungi via email lagi, Semoga aja kali ini gue beruntung lagi.

Deep WellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang