Part.50 Aji Panjalu Beraksi

1.6K 58 8
                                    

Pagi bernas menguning dari arah timur merayu
Cahayanya yang hangat menerobos di sela-sela dedaunan dan menyisip di balik bayangan pepohonan
Suara prenjak riuh menandai pagi

Satu malam telah dilalui. Telaga Panjang Jiwa masih tenang dalam misteri.
Sepinya mengambangkan aroma kematian yang pekat.

Kimpul hanya tidur sebentar semalaman, di ujung pagi sesaat waktu saja.
Ia sedang menemani Aji Panjalu menyelidiki sepanjang telaga sambil menambah cerita secara lengkap kisah telaga yang membuat hidupnya dan semua penduduk menjadi resah dan ketakutan.

" Paman, benar air telaga ini beracun. Aku sudah membuktikan sendiri. Secepatnya aku harus mencari asal-usul racun itu," suara dan keputusan Aji membuat Kimpul tak urung terkejut dan ketakutan.

" Jangan gegabah Nak Aji. Ini sangat berbahaya!" cegah Kimpul cepat.

" Jangan, Nak!" suara lantang muncul berniat sama mencegah Aji. Ki Sobar sebagai tetua desa datang diikuti penduduk yang lain.

Wajahnya yang biasa tenang berwibawa kelihatan gelisah. Kejadian mengerikan di telaga ini, membuat wajahnya seakan 10 tahun lebih tua.

" Nak Aji, ini Ki Sobar tetua kami. Ia benar, Nak. Jangan, urungkan niatmu," bujuk Kimpul sekali lagi.

Aji berpaling ke arah Ki Sobar dan segera menyambutnya dengan ramah, diulurkan tangannya lalu memperkenalkan diri.

" Maaf, Ki. Aku Aji. Sengaja datang dari Bayu Biru untuk mengungkap kejadian aneh di telaga ini.
Maaf sekali lagi, karena sudah lancang mencari dan mengumpulkan cerita dan berita tanpa ijin Ki Sobar dulu," lanjut Aji.

" Aku sudah menyelidiki dan meyakini bahwa semua racun ini bersumber dari dalam telaga ini.
Mohon ijin Ki Sobar, untuk melanjutkan penyelidikan," mohon Aji dengan sungguh-sungguh.

Ki Sobar dan penduduk lainnya menjadi ketakutan ketika Aji memaksa terus mencari penyebab telaga itu beracun. Ia menghargai niat baik Aji, namun ia sangsi kepada Aji. Banyak sudah pendekar yang datang ingin menolong, namun kenyataannya hanya menjadi harapan kosong belaka.

Aji menangkap kesangsian Ki Sobar akan kemampuannya.

Agar urusan cepat selesai dan tidak berlarut-larut, terpaksa Aji mengeluarkan sedikit kepandaiannya.

" Maaf, Ki Sobar dan paman-paman yang lain," seru Aji segera sambil melepas ilmu sihirnya. Budha Tertawa Terhanyut Jiwa.

" Ha... Ha... Ha... Ha... !" bersama suara tertawanya yang semula pelan, kemudian lantang bergemuruh, berubahlah ujud Aji menjadi besar setinggi pohon kelapa.

" Oooh... Raksasa... Siluman!" seru ketakutan terloncat dari mereka yang melihat itu.

" Maaf, Ki Sobar, aku terpaksa melakukan ini. Nyawa-nyawa tak berdosa ada dalam bahaya. Sekali lagi, maafkan dan ijinkan aku!" mohon Aji sungguh-sungguh.

Bergetar hati Ki Sobar, Kimpul dan penduduk lainnya, ia tidak bisa berkutik lagi. Dalam gugupnya ia hanya mengangguk-angguk kepala saja.

Dan isyarat itu sudah cukup bagi Aji untuk melanjutkan niat.

" Terima kasih, Ki. Doakan aku tidak menemui rintangan apa-apa!" sambung Aji bersama tubuh raksasanya melenting tinggi jungkir balik dan kembali ke wujud aslinya, dan meluncur ke arah telaga kematian.

" Byurrrrr...!" suara tubuh Aji jatuh ke air telaga, air tanpa memercik ke atas. Tubuh Aji hilang tanpa bekas.

Semua orang terkesima.
Semua orang terpesona.
Semua orang terbius.

Ketika mereka sadar, semua sudah terlambat.

" Jangan...!"
" Tunggu...!"
" Aaah...!"
" Oooh...!"

Ki Sobar dan Kimpul bergerak terlebih dahulu memburu ke arah mana Aji tadi terjun. Akan tetapi semua sudah terlambat.
Tubuh Aji sudah hilang ditelan ke misteriusan telaga kematian.

Selembar wajah Ki Sobar memucat ada sesal dihatinya.
Kimpul begitu ketakutan sampai badanya gemeteran.

*
Wajah-wajah cemas.
Wajah-wajah gelisah.
Wajah-wajah ketakutan.
Wajah-wajah dalam sesal.

Karena pemuda gagah yang mengaku bernama Aji Panjalu yang mempunyai niat baik untuk menolong, lenyap tak berbekas ke dalam telaga.

Sudah sepeminuman teh, Aji tidak muncul.
Tidak ada tanda riak-riak air.
Tidak ada tanda gelombung udara.

" Lalu, bagaimanakah nasib Aji?" batin mereka hampir semua sama.

" Kimpul, celaka... celaka...! Apa sekarang yang harus kita lakukan?" tanya Ki Sobar kebingungan. Tanpa sadar diketok kepalanya sendiri sebagai tanda penyesalan.

Kimpul yang ditanya hanya berdiri mematung memandang titik di mana Aji lenyap. Tanpa dapat ditahan air mata penyesalan dan kesedihan meluncur dari wajahnya yang pucat.

" Ah... !" keluhnya.
Ia masih mengingat bagaimana perkenalannya dengan Aji.
Keramahan, kesungguhan, kebaikan, namun ia tidak percaya bahwa Aji bisa bertindak nekat seperti itu.

Kimpul sangat menyesal. Ialah yang paling menyesal dengan keadaan Aji.

*

Semua yang terjadi tidak lepas dari mata milik Sengkala dan empat anak buahnya. Yang masih bersembunyi tidak jauh lagi dari tempat kejadian itu.

Mereka terkejut dengan tindakan nekat pemuda itu.
Terlebih lagi Sengkala dan lainnya, menjadi syok melihat kehebatan ilmu pemuda itu dan berhasil mengenali bahwa pemuda itu, adalah pemuda yang sama, yang telah mereka temui di hutan dulu!

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Aji?
Apakah Aji menemui celaka?

Bersambung...


Mestika Cakar Naga 2 ( Tamat )Where stories live. Discover now