"Gue gak paham Sen," gue cuma geleng-geleng, tapi ternyata Seno belom menyerah buat merubah pemikiran gue.

"Cobain dulu, gue yakin lo pasti suka deh." cowok itu langsung mencoba menyuapi gue dengan kentang goreng ice creamnya. Tangannya sudah didepan mulut gue, dia memasang wajah memaksa. Seno jadi terlihat seperti om-om yang sedang memaksa keponakannya makan sayuran yang paling dibenci. Mulutnya membentuk huruf A.

"Hmmmmm," kentang goreng ice cream Seno sudah masuk mulut,dan gue kunyah lama-lama. Dingin dan manis, itu yang gue rasain pertama kemudian setelah dikunyah ternyata ice cream itu gak mendominasi rasa kentang gorengnya beda kalau kita makan kentang goreng pakai saus. Aneh, tapi enak.

"Enak kan!" Seno tersenyum bangga, gue cuma menaikkan pundak gue. Untungnya hpnya berbunyi jadi gue gak perlu mengakui kalau kentang goreng ice creamnya ternyata enak.

"Udah selesai? Oke tunggu gue di depan mobil ya." gue tebak pasti itu Tasha, sepupunya yang telepon. Sadar kalau dia sudah harus pulang, gue pun membereskan bekas makanan di meja.

"Gue udah dicariin nih Joy."

"Iya gue denger. Yaudah gue pesen gojek dulu ya." kemudian gue mengetik tujuan dan posisi gue sekarang. "Lah lo ngapain masih disini, Sen? Udah duluan aja."

"Gpp kali gue tungguin lo sampe dapet driver."

"Ih gak usah, Mama sama sepupu lo kasian nungguin di basement." gue beneran ngusir dia tapi Seno masih duduk aja dikursinya. "Astagfirullah, mahal banget." ternyata gopay gue gak cukup jadi kalau bayar cash lebih mahal 5 ribu, gue juga lagi gk dapet voucher, jiwa gue meraung-raung.

"Pesen pake hp gue aja nih, gopay sama vouchernya melimpah." cowok ini langsung mengeser hp gue dengan hpnya. "Udah buruan gak usah sok jaim. Gue lagi mau bagi-bagi rezeki juga nih." karna gue gak kunjung ngambil hpnya akhirnya dia mengetik sendiri tujuan dan posisi di hpnya.

"Nih cuma 15rb lebih murah 10rb kan lumayan! Oke, pesan." Gue cuma geleng-geleng ngeliat tingkah lakunya. "Udah dapet nih. Namanya pak Amat. Gue chat oragnya ya."

"Sini gue aja yang chat Sen." gue mau mengambil hpnya, tapi dicegat oleh Seno.

"Eh jangan, gue aja yang chat. Gue minta nomer lo aja deh, nanti gue kirimin ss ke lo."

Setelah menyimpan nomer gue dihpnya cowok itu buru-buru berdiri dari kursinya kayaknya baru sadar kalau dia udah buang-buang banyak waktu sama gue dan lupa kalau ada Mama dan sepupunya yang lagi nungguin dia. Kita kemudian berdiri dari kursi sama-sama jalan keluar dari Mcd.

"Hi five!" meskipun buru-buru cowok ini masih sempat mengajak gue tos, gue cuma geleng-geleng dan gak mau lama-lama menahan dia disini.

"Hi five! Dah Seno" kemudian cowok itu menghilang dibalik keramaian Mall.

Gara-gara ini gue jadi inget Kai.

Gue inget masih punya utang sama dia.


Kai

"Wih ada yang abis jalan sama cewek nih," seru Andra menyambut Seno yang duduk di hadapannya dengan tos ala mereka berdua. Seno selalu melakukan tos kepada siapa pun yang dia temui, kecuali gue. Biasanya dia hanya melirik gue atau paling bagus memanggil nama gue. Saat gue tanya kenapa dia begitu, Seno bilang saat di bangku sma gue sendiri yang bilang padanya kalau gue gak suka kebiasaanya mengajak tos orang-orang yang dia temui. Gue sendiri gak inget kapan gue ngomong itu ke Seno.

"Ngapain lo ke kampus? Mau pamer  kalau gak ikut semester pendek," Seno mendorong bahu Andra pelan, cowok dengan dua lesung pipi itu cuma tertawa lalu membuka isi tasnya. Gue yakin dia mau mengeluarkan oleh-oleh khas Jogja,  karena cowok itu menghabiskan liburan semesternya di rumah Neneknya di sana.

Deep WellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang