Part 2

18 2 0
                                    

Aku memasuki rumah yang sudah lama tidak dikunjungi, sambil membawa nakji bumbu pedas dan kue beras aku menyapa seorang pria paruh baya yang sedang membaca buku, dia kemudian menengok. Wajahnya sama sekali tak berubah sejak terakhir kali aku melihatnya hanya saja mungkin dia lebih intens dirumah. Terlihat rona wajahnya yang bahagia begitupun juga denganku, lalu kamipun berpelukan. Pelukannya sangat erat dan aku bisa merasakannya, perlahan dia melepaskan dan menepuk-nepuk bahuku. Mungkin dia merasa aneh dengan diriku yang sekarang, aku yang sedikit agak kekar dari dulu. Ini karena motivasi dari wajib militer 2 tahun yang lalu meskipun kenyataannya aku harus keluar sebelum batas waktu yang ditentukan karena banyak mengalami cedera yang cukup patal dikaki, untungnya segera ditangani dengan baik jika tidak aku akan mengalami kelumpuhan kaki sebelah, oleh sebab itu aku lebih sering melakukan kegiatan olahraga untuk membentuk otot.

"Tae Ho, kau sangat tampan."

"Kau lebih tampan dariku."

Kami tertawa bersama sambil menikmati minuman segar.

"Kau sibuk syuting bersama Nara?"

"Ne."

"Bagaimana kabar kedua orangtuamu?"

"Ayah dan ibu baik-baik saja."

"Mereka masih sibuk dengan pekerjaannya?" Aku mengangguk.

"Orangtuamu adalah pekerja keras, begitupun kau yang selalu ingin tahu dan mencoba." Kekeh Ho Sung, aku pun mengikutinya. Lalu aku membuka box berisi nakji bumbu pedas dan kue beras yang kubeli ditoko dekat lokasi syuting, dia terlihat senang aku membawa nakji dan kue beras dan kamipun bersama menyantapnya.

"Apa kau tidak keberatan minggu lusa kesini lagi?"

"Ne?"

Lalu Hoo Sung berbicara pelan membuat Jin Hyuk tertawa.

****

"Papa aku akan pergi ke toko makanan, apakah papa akan menitip sesuatu?" Sambil membenarkan letak syalku.

"Aku ingin dibelikan nakji dan kau yang memasaknya."

"Muoet? Aniyo..." Aku menggeleng-gelengkan kepala.

"Kenapa, kau tidak suka? Lagipula aku tidak memintamu untuk memakannya."

"Baiklah, aku akan membelikannya untukmu."

Entah apa yang ada dibenak ayah dua anak ini, Hoo Sung malah tersenyum setelah Nara menyanggupi. Padahal dia tahu Nara sangat tidak suka binatang bertentakel dan berkepala besar itu.

Nara sudah membeli bahan-bahan untuk membuat gimbab dan miyeok guk, tinggal nakji pesanan papa yang belum dibeli. Dia memasuki pasar tradisional tepatnya dilorong ikan segar, matanya mencari nakji yang masih benar-benar segar dan hidup. Dia celingukan terlihat rona wajahnya ketakutan, sampai ada seorang yang menepuk bahunya.

"Apa yang kau cari nak?" Seorang ibu mengagetkan Nara.

"Oh, nnn.. aku sedang mencari nakji."

"Nakji ada di lorong sebelah sana." Ibu itu menunjukkan arah dimana ada penjual nakji. Aku mengucapkan terimakasih pada ibu itu dan melangkah terbata sambil hatiku menggerutu sungguh hari ini hari yang sangat aku benci. Tak lama aku sudah mengantongi nakji yg masih hidup dan itu semua ada dalam genggamanku. Aku langsung menuju rumah untuk mulai memasak. Sesampai di depan rumah aku merasa heran kenapa mobil Jin Hyuk ada terparkir di garasi rumah? Seingatku aku tidak ada janji dengannya. Apa dia mau sharing tentang karakter yang dia mainkan? Entahlah.. kulangkahkan kaki dengan santai menuju dapur. Tepat diruang tengah kudapati papa dan Jin Hyuk sedang berbincang sesekali mereka melepaskan tawanya. Sampai akhirnya mereka mengetahui keberadaanku ditengah-tengah mereka.

"Noona.." sapa Jin Hyuk aku membalasnya dengan senyum.

"Nara, apa kau sudah selesai memasak nakji?" Tanya papa. Aku jawab dengan menggeleng.

"Kau ini, teman lama papa sedang berkunjung, mana mungkin tidak ada penyambutan apapun, ya paling tidak dengan makan bersama, iya kan?." Papa menoleh ke Jin Hyuk dia tersenyum tipis sementara aku mengerucutkan mulutku.

"Sudah aku bilang, aku paling tidak suka nakji. Beruntung aku sudah membelinya, untuk memasaknya aku menyerah."

"Kami ingin merasakan masakanmu, bukannya kau juga pandai memasak." Papa masih mencecarku dengan kekokohan argumennya.

"Pa, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyentuh ataupun memakannya. Aku sangat jijik melihatnya juga." Aku mengekspresikan rasa tidak sukaku.

"Suatu saat kau akan memakannya." Pungkas papa.

"Biar aku saja yang memasak nakji, om suka yg pedas kan?" Suara Jin Hyuk terdengar disela-sela percakapanku dengan papa.

"Aniyo, kau adalah tamuku. Kau tidak perlu repot mengerjakannya." Papa melarang Jin Hyuk memasak nakji lalu papa menawarkan lagi padaku untuk memasaknya, dengan terpaksa aku menyanggupi. Aku meninggalkan mereka dengah langkah tidak semangat.

*****

Di dapur aku sudah memasak gimbap dan miyeok guk, tinggal satu masakan lagi yang belum aku kerjakan. Sambil memejamkan mata aku mulai membuka kantong pembungkus nakji, sesekali aku jijik ketika mereka bergerak menggeliat. Untung saja aku sudah mempunyai tips dari ibu yang waktu di pasar tradisional tadi, dia memberi tips cara mengolah nakji bagi yg jijik padanya. 😊
Setelah semua nakji keluar dari kantong pembungkus aku mulai mencucinya. Langsung kusiapkan bumbu pedas dan menumisnya, ketika aku akan memasukan nakji ternyata ada nakji yang keluar dari wadah dia dengan bebas menggeliat2, aku sudah habis pikir bagai mana cara mengambilnya. Sambil kupejamkan mata aku mengambilnya dengan sumpit tapi tetap saja tidak membuahkan hasil sampai aku tidak mengetahui ada seseorang dibelakang dan meraih tanganku yang sedang memegang sumpit. Aku dibuatnya terkejut.

"Kau." Aku menoleh kearahnya, dia tersenyum lalu mulai mengambil nakji dan memasaknya. Aku hanya melihat tanpa membantunya sedikitpun. Ternyata dia pandai memasak juga, gumamku.

Akhirnya makan bersama pun terlaksana, kami menikmati sajian masakan yang ada kebetulan kak Sung Won datang, lalu kami bersama menyantap makan siang hari ini.

"Noona kau mau mencoba masakanku?" Jin Hyuk menyodorkan mangkok berisi baby nakji.

"Aniyo" aku mengerucutkan mulut sambil memalingkan muka karena aku jijik melihat nakji.

"Na ra sampai kapan kau takut sama nakji, ini lebih enak dari seafood yang lainnya, kandungan nutrisinya juga lebih banyak." Kata Papa.

"Bagus juga untuk kesehatan kulit noona." Jin Hyuk menambahkan.

"Benar sekali." Kak Sung Won ikut-ikutan ngomong.

Mataku bergantian melirik mereka bertiga.

"Sampai kapanpun aku tidak akan menyentuh dan memakan nakji." Intonasiku terdengar sarkastis.

"Suatu saat kau akan mencoba memakannya." Kata papa.

"Itu tidak akan terjadi." Aku mengerutkan alis sambil mengunyah gimbap sementara mereka tertawa lepas.

Setelah selesai kami melanjutkan dengan permainan go stop, kali ini aku dan ayah yang selalu menang, kak Sung Won dan Jin Hyuk tertinggal angka jauh.

Saranghae NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang