01. - Rumah Baru

Mulai dari awal
                                    

Di atas tadi penjelasan yang bakalan membantu kalian saat membaca cerita aku ini.

Given itu apa? Given itu artinya pemberian yang dalam arti kata lampau, ya.

Sebenarnya makhluk halus itu lebih sering dirasakan kehadirannya, aku pribadi pernah mendengar suara, tapi tidak melihat wujudnya. Merasakan sih pernah juga. Dan jangan takut kalau kalian mungkin memang pernah mendengar dan melihat. Makhluk seperti itu hanya berani untuk menakuti tidak akan membunuh seperti yang ada di film-film. Setahuku manusia lebih jauh berbahaya. Mereka yang tak terlihat hanya menakuti dan membuat depresi, sedangkan manusia dapat menghilangkan nyawa kapanpun saja.

Dan satu lagi, kita lebih mulia daripada setan dan sejenisnya. Yang paling penting lagi, ingat, Allah ada, berdo'a dan beribadah itu paling penting. Jangan sampai di tinggal. Karena jika kalian lengah, mereka akan lebih berbahaya dan dapat menguasai pikiran dan jiwa kalian. Bahkan merebutnya jika mereka menginginkan.

Di keep ya, Ibadah dan Berdo'a itu wajib. Walaupun kalian bukan Indigo. Itu wajib dilakukan setiap harinya. Di mana pun kalian berada, ibadah harus dinomor satukan.

Oke, selamat membaca semua!🤗❤

•••


25 tahun kemudian.

Anak kecil berambut merah kehitaman saat itu telah menjadi wanita dewasa. Telah berkeluarga dan dikarunia sepasang putra dan putri yang usianya berjarak dua tahun.

Setelah kejadian saat ia berumur delapan tahun, ia tak pernah lagi merasakan atau melihat. Setelah keliling merantau dari Malang hingga Bandung, akhirnya ia kembali pulang ke kampung halaman.

Dan memiliki rumah sendiri dari warisan Ayahnya. Usaha suaminya juga makin hari makin maju, walaupun terkadang jarang berada di rumah karena mengurus usaha mereka.

Karena tidak percaya dengan tahayul ketika baru masuk ke dalam rumah baru, mereka berdua memutuskan ubtuk tidak melakukan ruwet agar penunggu-penunggu atau makhluk yang ada di dalam rumah pergi. Katanya sih, itu seharusnya dilakukan.

Pada dasarnya Tita yang bersih keras. Mungkin karena ia yang keras kepala dan tetap saja keukeh untuk tidak melakukan ruwet.

Alhasil, baru hari pertama ia sudah mulai merasakan banyak hal yang aneh. Entah mengapa hawa rumah terasa begitu panas, padahal rumah itu luas dan plafonnya juga tinggi. Walaupun memakai kipas angin dan AC, tetap saja hawanya terasa panas.

Saat waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi, Tita terbangun karena mendengar suara. Ia mendengar orang-orang yang asyik mengobrol, ada juga suara anak-anak yang sedang asyik bermain. Suara itu bersumber dari ruang keluarga.

"Apa mungkin aku salah dengar? Suamiku dan anak-anakku tertidur lelap, tak ada yang merasa terganggu," ujar Tita yang menatap suami dan anak-anaknya.

Namun, baru saja ingin melanjutkan tidurnya, ia kembali mendengar suara tersebut. Tita ingin mengecek sendiri, ia pun menurunkan kakinya dari atas tempat tidur, segera melangkah menuju ruang keluarga.

Setibanya di ruang tamu, Tita tak menemukan seorangpun di sini.

"Apa mungkin di teras depan rumah?" ia bertanya pada dirinya sendiri.

Tita yakin ia mendengar sangat jelas suara orang-orang yang sedang bercengkrama tadi. Ia pun bergegas kembali ke dalam kamar untuk tidur. Sayangnya, matanya tak bisa terpejamkan, saat matahari terbit baru matanya bisa terpejamkan. Hingga ia agak kesiangan untuk menyiapkan makanan. Jika bukan karena anak perempuannya yang membangunkan karena kelaparan, sudah pasti Tita ingin tidur.

Kepalanya terasa berat saat memasak dan menyiapkan makanan. Setelah mereka makan siang, Tita meminta tolong kepada suami dan anak-anaknya untuk ikut memberes barang-barang mereka. Karena kemarin ia baru membereskan sebagian barang-barang.

Saat sibuk membereskan rumah, Tita mendengar ada yang mengetuk pintu rumah mereka. Tita berjalan menuju pintu, pandangannya menatap seorang wanita cantik. Usianya mungkin sama dengannya, mungkin. Dengan ramahnya wanita itu mengenalkan diri dan membawa sebuah nampan.

"Kenalkan, saya Sisi. Rumah saya berhadapan dengan rumahmu. Oh iya, saya buat kue buatan saya untuk kamu dan keluarga kamu."

"Terima kasih," baru saja Tita menerima nampan tersebut, tanpa dipersilahkan masuk, Sisi pun langsung saja masuk untuk melihat-lihat keadaan rumah Tita.

"Rumah kamu bagus sekali dan luas juga. Pasti suami kamu pengusaha sukses, ya?"

Tita hanya tersenyum kecil. Lalu, mempersilahkan Sisi duduk di ruang tamu. Ya, perabotan di rumah Tita belum terlalu banyak, mereka belum membeli semua perabotan. Sebab ini pertama kalinya mereka memiliki rumah sendiri.

Saat mereka duduk berhadapan, tanpa diminta Sisi menceritakan keadaan di sekitar rumah baru Tita.

"Di samping rumah kamu, namanya Evi. Dia itu biang gosip di kompleks ini!" Sisi terus menceritakan tetangga-tetangga dekat di sekitar rumah Tita.

Karena mengingat kejadian pukul satu pagi tadi, Titapun bertanya untuk memastikan jika indera pendengarnya tidak benar mendengar suara bercengkrama itu.

"Sisi, apakah di kompleks kita ramai dan orang selalu berlalu lalang saat tengah malam menjelang pagi?" tanya Tita.

"Di sini, kalau sudah jam sepuluh malam sudah sangat sepi." sahut Sisi kebingungan mendengar pertanyaan dari tetangga barunya.

Tita terdiam.

Tidak mungkin ia salah dengar. Suara-suara itu sangat jelas ditelinga Tita.

Mereka seperti nyata.

Lantas, darimana asal suara bercengkrama itu?


•••

A/N : Tita belum menyadari kemampuannya. Waktu kecil di bagian prolog, dia mengira kemampuannya itu melihat peri, dll. Saat besar, dia nggak ngalamin lagi hal aneh. Saat berkeluarga, baru dia mendapatkan hal-hal yang aneh itu kembali. Bagian dialog emang formal ya.

Btw, kalau bisa jujur ya. Karena dua part ini aku tulisnya selalu tengah malam menjelang subuh. Aku selalu merasa ada yang lihatin aku, but i don't know itu siapa karna tidak ada orang dikamarku selain aku. Kalau dibilang takut sih, nggak, tapi aku merinding aja WKWKWK.

Oke, sekian.

See u in next chapter!

Gomawo telah membaca ceritaku❤

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang