23. - Mereka Bukan Manusia

145 20 0
                                    

ASIKKKK UPDATE, XIXI!!!

Assalamualaikum...

 (Masih berani juga lu thor nampakin diri setelah setahun ngilang - readers)

 Hehe... sebelumnya mohon maaf ngilang setahun tanpa kabar, demi apapun terakhir update Given itu bulan januari 2021 WKWKWK

Tapi, aku hiatus menulis Given dalam jangka waktu lama bukan tanpa alasan. Singkat cerita aku dan mbak Tita (yang asli) sangat dekat, jadi kami selalu berhubungan, juga berdiskusi bersama saat menuliskan novel Given. Tahun ini mbak Tita dan sang suami, Brian, bercerai hingga naskah tertahan selama setahun. Aku berusaha menguatkan mbak Tita selama proses perceraian dan aku juga tidak ingin memaksakan naskahnya harus berjalan terus. Dan mereka resmi bercerai di dunia nyata, tapi tenang karena kisah tak kasat mata ini tetap berjalan.

JADI APA KALIAN SUDAH SIAP?!

MARI KITA MULAI KEMBALI CERITA INI!

POKOKNYA JANGAN LUPA RAMAIKAN DAN PASTINYA VOTE, COMMENT AND SHARE!

***


Reuni adalah pertemuan yang disukai oleh banyak orang. Banyak hal hangat di dalamnya, entah itu saling bertukar cerita tentang apa saja yang mereka alami selama beberapa tahun terakhir atau mengenang masa lalu. Pertemuan yang membangun kisah lama untuk hidup kembali. 

Namun... bagaimana jika reuni tersebut justru berakhir membangun kisah lama seseorang yang sudah tidak hidup lagi?

***

TITA melangkahkan kakinya untuk pertama kali di rumah teman sekelasnya saat SMP, namanya Hayla, berprofesi sebagai Dokter bedah. Tak heran jika teman-teman Tita berdecak kagum melihat rumah Hayla yang bernuansa vintage, membawa kesan antik. Reuni digelar di rumah Hayla dengan konsep garden party, pemandangan kolam renang serta pantai yang berhadapan dengan rumahnya mendukung suasana hangat.

Tita mendapati beberapa temannya tiba lebih dulu darinya dan Hayla tampak sedang asyik mengobrol. Melihat kehadiran Tita membuat empunya rumah tersenyum lebar, dengan langkah gontai Hayla menghampirinya.

"Ibu pengusaha akhirnya datang, reuni kemarin-kemarin sibuk banget sampai nggak pernah datang!" goda Hayla.

Tita tersenyum simpul, "Ah biasa aja, sibuk ngurusin anak. Maklum ibu rumah tangga, untung sekarang udah pada gede jadi bisa ditinggal sebentar."

 "Iya say, kita sebagai ibu harus mendahulukan anak terlebih dahulu daripada urusan ngumpul sana-sini!"

Tanpa berbasa-basi lagi Hayla langsung mengajaknya bergabung di meja bersama yang lain. Mereka semua pun mengobrol dengan heboh, membahas perilaku minus masing-masing saat di bangku sekolah, membahas guru killer dan guru penjaskes mereka yang kerap kali korupsi dengan dalih renang. 

Sementara asisten rumah tangga Hayla tampak sibuk menyajikan berbagai macam hidangan di meja kosong samping meja mereka, mulai dari makanan nusantara hingga western. Mereka bisa mengambil sendiri seperti ala prasmanan, sesuai selera.

Waktu berlalu, rumah Hayla kian ramai dengan kedatangan teman-teman sekelas mereka. Jauh dari kata lengkap, tapi mampu melepas rindu temu diantara mereka. Beberapa orang tidak bisa hadir dikarenakan kegiatan dan kesibukan masing-masing. 

Tita berpamitan sebentar untuk mengangkat telepon dari Tamara, sesekali ia melirik sekilas ke arah Hayla yang tengah menghampiri lima belas orang tamu lainnya. Tampaknya mereka teman kerja Hayla, sebab mereka mengenakan snelli, atau lebih dikenal dengan jas putih yang biasa dikenakan oleh dokter. Tak lama Tita menutup teleponnya, ia menoleh melihat asisten rumah tangga Hayla yang sepertinya butuh pertolongan. Dengan sigap ia membantu Bu Ummu, asistem rumah tangga Hayla.

"Eh ibu, enggak usah biar saya saja!" ucapnya sungkan kepada Tita. 

Tita tersenyum, "Nggak apa-apa, saya bantu ya." 

Mereka berjalan bersama menuju meja yang berisikan makanan, Tita tidak tega melihat Bu Ummu mengangkat sup yang panas seorang diri. Beresiko jika tumpah.

"Teman kerja Hayla sering diundang ya jika ada acara di rumah?" tanya Tita, niatnya untuk berbasa-basi saja.

Bu Ummu mengelengkan kepalanya, "Bu Hayla nggak pernah mengundang temannya ke rumah, mereka lebih sering bertemu di luar jika ingin mengadakan acara."

Tita mengernyitnya dahinya, heran. "Oh... gitu ya? Ibu sudah berapa lama bekerja di sini?"

"Baru sebulan, dulunya adik saya yang kerja di sini. Tapi karena sakit keras, dia pun minta tolong untuk digantikan oleh saya."

Tita mengerti, pantas saja Bu Ummu tidak tahu kalau teman Hayla sering datang.

"Tita, astaga nggak usah bantu. Repot-repot banget!" kata Hayla yang menghampirinya dan langsung menarik Tita kembali ke meja yang mereka duduki, bergabung dengan yang lain.

Mereka kembali berbincang di meja itu, sampai di mana ada yang membuka pembahasan mengenai Tita dan indigonya. 

"Ta, aku dengar kamu bisa ngeliat gitu ya? Apa sih sebutannya tu? Indigo, bukan?" tanya Bunga.

Tita terkejut mendengar Bunga menanyakan hal itu di depan banyak orang, tak menyangka jika akan ada yang membahas hal tersebut. Ia pun hanya bisa menjawab seadanya saja. Teman-teman kerja Hayla menoleh menatap Tita saat mendengar penuturan Bunga dengan ekspresi datar. Sadar ada yang memperhatikannya, ia langsung berbisik kepada Hayla.

"Teman kerja kamu nggak diajak bergabung aja, La? Kasian dicuekin kalau kita asyik ngobrol di sini." bisiknya.

Hayla menatap mata Tita dan berbalik berbisik, "Teman kerja yang mana, Ta?"

 "Yang ngobrol sama kamu, ada lima belas orang."

Hayla menggeleng, mengisyaratkan bahwa ia tidak pernah mengobrol dengan teman kerja yang Tita maksud.

"Di mana?" tanya Hayla.

Tanpa menolehkan kepalanya, tangan Tita menunjuk ke arah 'teman kerja' Hayla. 

"Nggak ada siapa-siapa, Ta." ujar Hayla.

Tita menolehkan kepalanya ke arah tempat yang ia tunjuk tadi, benar saja tidak ada siapa-siapa. Ia pun kembali menatap Hayla, dan mendapati pemandangan bahwa meja mereka tengah dikelilingi oleh para dokter dengan wajah hancur dan gosong, wajah mereka tidak berbentuk lagi.

Ternyata... 

mereka bukan manusia.





***

TBC!

Jangan lupa follow instagram aku :

@adiltaputri dan @adp_universe 

Thank u and see u soon!

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jul 04, 2022 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

GivenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora