Special Chapter 1

11K 861 248
                                    






"Wonnie, apa yang Wonnie lakukan?"

Jaemin mengerutkan keningnya saat melihat anaknya sedang membuka beberapa kotak yang ada di ruang kosong rumahnya. Jiwon yang mendengar suara Jaemin langsung saja menoleh, tersenyum saat melihat ibunya membawakan susu untuknya. Dengan begitu Jiwon berdiri dan berjalan menghampiri Jaemin, meninggalkan beberapa kotak tadi dan mengambil susu yang ada di tangan ibunya.

Berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya, Jaemin mengelus kepala Jiwon yang sedang menghabiskan susu.

"Wonnie sedang apa? Kenapa membuka kotak-kotak itu?"

Tidak butuh 1 menit, susu 1 gelas tadi habis. Mengembalikan gelas pada Jaemin, kini Jiwon memeluk ibunya dengan erat.

"Wonnie ingin memberi hadiah pada Papa, Ma" ucapnya sambil menciumi pipi ibunya itu.

Jaemin rasanya ingin menelpon Jeno dan memberi taunya tentang apa yang di pikirkan anaknya itu. Rasanya dia ingin sekali menangis dengan apa yang dilakukan Jiwon untuk Jeno. sama sekali tidak pernah terbayangkan olehnya seorang anak berusia 3 tahun memiliki pemikiran seperti itu.

"Memangnya Wonnie ingin memberi apa?" tanya Jaemin sambil menciumi pipi Jiwon

"Tidak tau," ucap Jiwon sambil tertawa., "Papa sukanya apa Ma?"

Jaemin melepas pelukannya, mengandeng tangan Jiwon untuk kembali mendekati beberapa kotak tadi. Kini mereka berdua duduk sila disana. Walaupun Jaemin sedikit kesusahan karena perutnya yang mulai membesar tapi dia tetap mencoba untuk duduk sila di depan jiwon

"Papa akan suka apapun yang Jiwon berikan. Sekarang ayo pikirkan apa yang akan Jiwon berikan untuk Papa"

Bocah itu meletakkan tangan didada, wajahnya terlihat serius menatap beberapa kotak di sekitarnya. Hal ini tentu saja membuat Jaemin gemas. Tak lama Jiwon merubah posisinya. Dia berdiri di hadapan Jaemin sambil satu tangan mengetuk-ngetuk bibirnya dan tangan lain berkacak pinggang.

Jaemin ingin sekali tertawa, tapi dia tahan karena tidak ingin merusak suasana dan juga dia tidak ingin merusak mood anaknya yang sedang bersemangat itu.

Tak lama, Jiwon terlihat murung, dia menghampiri Jaemin dan duduk di pangkuannya. Menenggelamkan wajahnya di dada Jaemin adalah hal berikutnya yang Jiwon lakukan ketika dia tidak juga memiliki ide apapun.

"Jiwon pusing Ma, apa yang harus Wonnie lakukan untuk Papa"

Tangan Jaemin menepuk-nepuk punggung Jiwon dengan pelan, "Mama punya ide, Wonnie mau kan membantu Mama?"

Mendengar itu, Jiwon langsung melepaskan pelukan Jaemin. mata berbinarnya menatap Jaemin dengan penuh. Sontak saja dia langsung menganggukkan kepala semangat.

~~


Jam sudah menunjukkan pukul 18;15 saat Jeno memarkirkan mobilnya, dia sedikit terlambat pulang saat ini. karena biasanya dia akan pulang sebelum jam 18;00 atau bahkan dia kadang pulang jam 15;00.

Selama kehamilan Jaemin yang kedua ini, dia jadi tidak begitu betah di kantor ataupun di luar. Bahkan Jeno beberapa bulan ini tidak pernah melakukan bisnis keluar negeri, jangankan keluar negeri; keluar kota saja Jeno tolak dengan alasan yang tidak logis, seperti malas, tidak ingin jauh dari rumah, badannya tidak enak dan lain-lain. Paling-paling jika memang harus melakukan bisnis keluar negeri atau keluar kota Jeno hanya mewakilkan atau jika tidak bisa di wakilkan dia akan menolaknya. Masa bodo dengan perjanjian atau keuntungan atau kerugian, yang Jeno inginkan hanyalah hidup sederhana dengan Jaemin dan Jiwon.

Masuk kedalam rumah, Jeno tersenyum saat Jaemin menghampirinya. Saat Jeno merentangkan tangan, Jaemin langsung saja masuk kedalam dekapannya. memeluknya dengan erat, tapi Jeno sedikit memberi jarak di perut Jaemin agar tidak tertekan.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang