Ternyata, Arjuna...

Začít od začátku
                                    

"Ish! Dah kubasuh otaknye masih je berani!" gerutu Adu Du.

"Iye, la. Kau cume suruh aku ambil jam kuase, Ochobot, dan Imelda sahaje. Bukan mengabdi pade kau. Dasar cuat,"

"Ish !!!"

"Dah, Bang. Jangan gaduh kat sini. Aduh, Abang ni. Tiep-tiep kali Abang telfon saye, Abang mesti bergaduh," Bago Go menepuk jidat hijaunya.

"Hm -_-" -Adu Du.

"Em... Jadi, berape harganye?" tanya Probe, mewakili pertanyaan Arjuna yang belum terjawab.

"Ala, mahal sangat ni untuk harge budak Bumi," ujar Bago Go dengan nada pasrah seraya mencari-cari harga di majalah tokonya.

"Cakap je!" bentak Arjuna.

"Harganye ialah... 70 ringgit 70 sen."

"A-APE?! MAHAL SANGAT UNTUK BUDAK BUMI? KAU JUAL SENJATE KAU KE ELIEN MACEM KITORANG HINGGE BERPULUH-PULUH JUTE!" Adu Du naik darah, kulit hijaunya pun berubah menjadi merah. Ada asap yang menguar dari kepala kubusnya.

"E! S-Sabor, Incik Bos!" Probe panik. Lalu, mengambilkan air. "Nah, minum ni, Incik!"

Lalu, Adu Du menerima dan meneguk air pemberian Probe. Alhasil, Probe berhasil meredam amarah bosnya. Bago Go terselamatkan.

"Ha. 'Kan, jadi darah tinggi. Saborlah, Bang. Tak payah mengamuk," saran Bago Go. 'Jadi, Abang-Abang ni nak beli senjateku keh tak?"

"Ti--"

"Jadi," Jawaban Arjuna membuat Adu Du dan Probe menganga. "Tapi, dengan satu syarat."

"Woh! Ape die, Bang?" tanya Bago Go, memperhatikan mulut Arjuna yang siap berbicara.

"Kite mesti bertemu langsung. Kau bawe panah tu, aku bawe duitnye. Biar aku tes dulu panah kau ni sehebat ape,"

Sambungan terputus.

TOK TOK TOK!
Pintu ruang luar angkasa Adu Du diketok.

Probe yang membukakannya. "Ai? Cepatnye?"

Pasti Bago Go.

"Mesti la, Bang. Budak Bumi pertame yang order senjate haram saye, ni!" ucap Bago Go sambil menaruh kotak berukuran besar.

"Cih. Demi duit la tu," Adu Du melipat tangan di depan dada.

Arjuna menghampiri Bago Go dan mengangkat kotak itu.

"Sile buke," Bago Go mempersilakan.

Arjuna membukanya. Dan benar saja, tampilannya sesuai dengan yang ditelepon tadi. Warna peraknya lebih menguar. Ukirannya terlihat lebih jelas. Arjuna memisahkan panah tersebut dengan kotak. Pertama kalinya dia memegang panah. Lalu, Arjuna merasa ada yang kurang.

"Mane anak panahnye?" tanya Arjuna.

"Eh? Ha-ah, la. Mane? Kau nak tipu kitorang lagi, keh?" tanya Probe was-was.

"Eh! Jangan asal tuduh, Bang. Tak baik. Saye nak jelaskan dulu. Caranye, tarik benang ni je. Nanti anak panah akan muncul dengan sendirinye. Faham, tak?" jelas Bago Go.

"Boleh dipercaye keh ni?" Adu Du memicingkan matanya.

"Aduh, Bang. Cuba tengok dulu Abang Arjuna ni,"

Arjuna mencobanya. Dia memiringkan badannya ke samping kanan. Tentu saja kaki kirinya berada di depan. Dia menarik benang panah itu dengan tangan kanannya. Mulai membidik. Arjuna menentukan Probe sebagai bidikannya. Arjuna dibuat terkejut oleh busur panah tersebut, karena saat bidikannya sudah terkunci, anak panah akan muncul dengan sendirinya. Sekilas, anak panah itu berwarna hitam, tiga bulu di belakang, dan ujungnya adalah jarum suntik yang cairannya sesuai dengan kemauan si pemanah. Dan kemauan Arjuna adalah cairan tidur.

"Eh! Kenape mesti aku? Eh! Stop!" Probe menjerit.

Terlanjur. Anak panah itu telah diluncurkan.

ZREP.

Wajar, Arjuna sama sekali belum menguasai ilmu panah. Luncurannya hampir meleset, mengenai tangan Probe saja. Namun, dalam hitungan detik, Probe tumbang. Tertidur. Tanpa mengatakan apa pun.

"Eh! Probe!" Adu Du menampar-nampar Probe untuk segera bangkit. "Kau apekan Probe, ha?!"

"Tenang je, die hanya tertidur," jawab Arjuna santai, memainkan benang panah itu.

"Sabor, Bang. Ade penawarnya, ni! Nak tak?" Bago Go menyodorkan sebuah gelas laboratorium berisi cairan berwarna ungu.

"Tak payah," ucap Arjuna mendorong pelan sodoran itu. "Aku hanya memanah orang-orang durjana je,"

"Ye la tu," Bago Go memutar bola matanya. "Duit, Bang?"

Arjuna merogoh saku dan mengeluarkan dompet. Bago Go menggesekkan kedua tangan, siap menerima uang.

"Nah," Arjuna memberikan sepuluh lembar 10 ringgit dan beberapa koin. Bago Go menerimanya dengan senang.

"Terima kasih, Bang! S-Saye balik dulu!" Bago Go keluar dari ruangan kapal angkasa Adu Du.

Adu Du melirik Arjuna. "Amacam? Puas, tak?"

"Sekarang, aku butuh bantuan kau," ujar Arjuna, matanya fokus pada busur panah itu.

"Ha? Ape die?"

"Buatkan aku resepi cairan mematikan,"

*****

Surat Kecil dari Pulau Rintis (BoBoiBoy) ✔️Kde žijí příběhy. Začni objevovat