The Beginning

666 79 3
                                    

Previous :

"sebenarnya kemana tujuan kita ?"

"aku akan mengantarmu—"

"tidak perlu,cukup beritahu kemana aku harus pergi" Hyunjin meggeleng

"aku tidak akan memberitahumu,aku akan mengantarmu"

Felix menghela nafas berat,kepalanya mulai pening,dia hanya ingin cepat cepat meminum obatnya lalu ber istirahat. Jujur hatinya ingin menghindari semua ucapan yang pria tampan itu lontarkan,tapi entah kenapa tuhan seolah ingin mengujinya.

==

Baby, I'm dancing in the dark with you between my arms

Barefoot on the grass, listening to our favorite song

When you said you looked a mess, I whispered underneath my breath.-

.

Felix terdiam saat Hyunjin menyalakan radio di dalam mobilnya dan memutar lagu itu,dia ingat betul kalau dia dan Hyunjin dulu sering menghabiskan waktu bersama sembari mendengarkan lagu itu. Felix kembali merasakan sesak di dadanya,dulu dia selalu berpikir bahwa dia dan Hyunjin akan selalu hidup bahagia,penuh cinta,diselingi dengan perdebatan kekanakan sebagai bumbu percintaan meraka,tapi semua harapan itu hancur sampai seseorang itu muncul,menghancurkan segalanya,merusak semua kepercayaannya,memupuskan semua cintanya.

"bagaimana kabarmu Felix ?"

Felix diam mencoba mengabaikan pria tampan itu agar tidak membangun sebuah percakapan lebih lanjut dengannya.

"kau terlihat pucat,apa kau baik-baik saja ?"

"untuk apa kau memperdulikanku ?"

Runtuh sudah pertahanan Felix saat Hyunjin tiada henti bertanya padanya,tidak tahukah Hyunjin jika sudah sangat muak dengan keadaan seperti ini.

"Felix-ah"

"jangan panggil aku seperti itu Hyunjin-ssi,bersikaplah profesional disini—"

"aku sudah berakhir dengan Seungmin" potong Hyunjin membuat Felix kembali terdiam

"jangan melibatkan masalah pribadi dalam pekerjaan Hyunjin-ssi,aku harus bersikap profesional disini"

"aku ingin menjelaskan semuanya" Felix terdiam lalu tersenyum simpul,perlahan dia menoleh untuk menatap Hyunjin.

"semuanya sudah berakhir,tidak ada lagi yang perlu dijelaskan" dengan itu Felix memalingkan wajahnya,mencoba mengabaikan semua atensi Hyunjin.

.

.

"ah apa kau dokter Felix yang menggantikan dokter Wooyoung ?" Felix tersenyum lalu mengangguk kecil.

"saya akan memberitahu ruangan anda,silahkan ikuti saya"

"aku akan mengambil koperku dulu" perawat itu tersenyum lalu mengangguk.

"bisa kau buka bagasinya ?,aku ingin mengambil koperku" ujar Felix pada Hyunjin yang sedari tadi menatapnya.

"aku akan mengantarnya ke ruanganmu" Felix menggeleng

"tidak perlu,aku akan membawanya sendiri" dengan itu Felix berjalan menjauhi Hyunjin

"bisa kau buka bagasinya Hyunjin-ssi ?" Hyunjin menghela nafas pelan,lalu berbalik menghampiri Felix.

"jangan bersikap seperti ini Felix-ah,kumohon" lirih Hyunjin putus asa sembari membantu Felix menurunkan kopernya. Felix diam,dia mendengar semua gumaman Hyunjin,tapi dia memilih diam,dia harus bersikap seperti apa jika keadaan sudah berubah.

"terima kasih sudah membantuku,aku akan mentraktirmu lain kali" dengan itu Felix berjalan menjauh,meninggalkan Hyunjin yang masih memandang punggung sempitnya.

==

Felix mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangannya,setelah membereskan semua barang barangnya,dia menatap meja didepannya,terlihat rapi dan modern dengan warna putih mendominasi sebagian isi meja. Dia baru tau jika satu ruangan terdapat dua orang,seharusnya dia menyempatkan diri membawa buah tangan.

'tok tok'

Dengan cepat Felix berdiri saat pintu terbuka,dan menampilkan pria tinggi dengan badan yang tegap,Felix membungkukan badannya kecil.

"Annyeong Haseyo,Lee Felix Imnida" Pria itu tesenyum lalu membungkuk

"Annyeong Felix-ssi,aku Kim Woojin,kau bisa memanggilku Woojin"

"Ne... apa Woojin-ssi yang menempati ruangan ini ?" Woojin tersenyum lalu mengangguk

"aku senang kau disini Felix-ssi,ini pertama kali aku mendapat teman,sebelumnya aku selalu sendiri"

"ah benarkah ?,aku merasa terhormat" gumam Felix lalu menggaruk kepalanya,membuat Woojin tersenyum gemas.

"sepertinya kau lebih muda dariku,kau bisa memanggilku hyung jika kau mau" ujar Woojin membuat Felix tersenyum,paling tidak dia bisa melupakan pesoalan Hyunjin sejenak.

"Ne hyung"

.

.

"kau sudah berbicara dengannya ?"

Hyunjin hanya diam mendengar pertanyaan itu,dia masih fokus menatap pemandangan jalanan dari atas.

"sudah" jawabnya singkat

"kesalahanmu terlalu konyol Hwang" Hyunjin hanya terkekeh sinis mendengar cemoohan yang keluar dari mulut pria berbadan sedikit lebih pendek darinya itu.

"dia sempat mengalami Post Traumatic Stress Disorder. Minho memberitahuku,sudah dua tahun dia mengalaminya,dan selama itu pula Jeongin yang menanganinya" Hyunjin merespon dengan membalikan badanya,lalu menatap lawan bicaranya dalam.

"bagaimana perkembangannya ?,apa dia Histeris ?"

"tidak,dia tidak pernah histeris,dia akan tiba-tiba menangis dalam diam saat mengingat kejadian masa lalunya. Itu yang dikatakan Jeongin" Hyunjin memejamkan matanya,bagaimana dia bisa mendapat ampunan Felix jika dialah penyebab utama trauma yang dialami Felix.

"apa dia tau jika Jeongin juga disini ?" pria itu hanya menggeleng lalu meminum minumannya.

"dia satu ruangan dengan Woojin,mungkin akan bertemu dengan Jeongin saat kita meeting nanti. Tenang saja,aku akan terus mengawasinya untukmu" Hyunjin tersenyum lalu duduk dihadapan pria itu.

"terima kasih,Changbin Hyung"

==

jangan lupa Voment yaa ~


OurStory : A Mistake  || HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang