Musuh tak terduga

825 85 69
                                    

Frankenstein sudah menelusuri hampir tiap sudut penujuru negara. Tempat terdingin sudah ia kunjungi, tempat terpanas pun sudah ia lewati. Negara yang memiliki peradaban kuno sudah ia jumpai bahkan negara yang tidak masuk dalam kategori yang ia curigai pun sudah ia datangi. Tapi tidak ada satupun yang memberikan petunjuk yang mengarah pada Batu yang ia cari.

Negeri yang terkenal akan pengobatan dan Film kerajaan seperti china pun tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaannya.

"Sial, tempat apa lagi yang harus aku kunjungi?" Rutuknya kesal.

Ia terduduk di bawah pohon besar dengan daun dan Batang yang rimbun, akarnya bahkan besar-besar. tempatnya cukup nyaman dengan angin yang berhembus pelan menerpa wajah lelahnya. Sinar matahari bahkan hanya mampu menembus sedikit pertahanan pohon yang ia jadikan sebagai tempat beristirahat.

"Hahh rasanya lelah sekali." Keluhnya.

Mata Frankenstein mulai sayu akibat terhanyut oleh kenyamanan tempat ini. "Aku akan tidur sebentar disini. Hoaaaam"

Deru nafasnya mulai terlihat teratur, pria pirang itu mulai hanyut dalam mimpinya.

"Tempat itu hijau dengan bebagai macam pepohonan. Surga bagi seluruh penghuninya. Luas dengan beribu pulaunya, bercahaya dengan Bintang kemerlip di air asinnya. Tampak elok dengan gunung tinggi menjulang, tak hayal pula dengan bangunan pencakar langitnya. Pergilah kearah tenggara dan cari sebuah tempat yang disebut paru-paru dunia."

Frankenstein terbangun tiba-tiba. Mimpi aneh yang mengganggu tidurnya seolah memberi suatu petunjuk tentang apa yang di carinya.

"Apa aku harus pergi ketempat yang di sebut paru-paru dunia?" Gumamnya.

"Tapi tempat apa itu?  Dimana letaknya?  Apa mimpi tadi hanya bunga tidur atau memang sebuah petunjuk? "

Belum habis kebingungannya. Matanya menyala awas dan waspada saat instingnya menemukan ada sesuatu yang berbahaya mendekat kearahnya.

"Sial bahkan setelah ku pikir semua telah aman. Masih ada musuh yang kuat seperti ini?" Racaunya saat merasakan energi yang tidak jauh berbeda dengan miliknya. Gelap dan penuh aura membunuh yang tajam.

'Braak!'

Frankenstein langsung melompat menghindari serangan tiba-tiba itu. Ia memasang wajah kesal karena terganggu.

"Siapa yang berani datang ketempat ku" suara berat menggelegar ditempat Frankenstein istirahat.

"Aura gelap ini. Tidak beda jauh dengan milikku. Tapi ini sedikit lebih kuat." Gumamnya.

'Sriiingg!' Kilat cahaya mengaburkan sedikit pandangan Frankenstein, ia refleks menutup matanya dengan lengan kirinya.

Saat cahaya itu lenyap ia mengintip sedikit dari lengannya.

Sosok laki-laki dengan jubah hitam dan tutup kepala yang menutup sebagian wajahnya tertangkap matanya. Dari balik itu ia juga bisa melihat mata merah menyala terang seolah haus akan darah.

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Noblesse: The Last Part√√ [REVISI]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant