√ [3 - Cogan! Coming soon!!}

Start from the beginning
                                    

Walaupun kaya dan punya segalanya tapi, Anharra tidak pernah jadi anak manja dan merengek ke orang tua jika mau minta di beliin apa-apa. Anharra suka dengan dunianya yang penuh dengan keceriaan tanpa aturan lagak anak-anak sosialita, dia lebih memilih jadi anak kampung dibanding orang kaya tapi harus berhadapan dengan mamah tirinya yang kejam. Buktinya, bukannya ke resto terkenal untuk membeli makanan dia malah pergi ke warung Bu Mimin untuk membeli sebungkus keripik singkong

Next....

"Ehk btw, gue ngomong sama manusia atau hantu sih, gue disini bukan di pintu caffe," sambung Anharra lagi dengan nada cemberut, karena tak dihiraukan oleh Reinna.

Tiba-tiba..

"Ehk-ehk-ehk sssst deh! Coba liat tuh siapa yang datang!" ucap Reinna tiba-tiba dengan memasang mata bulat besarnya dan menempelkan jari telunjuk kebibirnya dan dengan mata yang masih setia mengarah ke arah pintu masuk masa yang lewat.

"Apaan semprul!! Lo bikin kaget aja, gue mati tanggung jawab kuburan gue lo yah!" sambung Anharra kesal.

"Apaan sih lo, yang bikin kaget juga gak ada, lebay amat sih lo pake mau mati segala," jawab Reina pada Harra tapi, matanya tetap mengarah ke pintu caffe.

"Ihhh, saee nih anak," sahut Harra sedikit berbisik tapi, tetap bisa dijangkau oleh pendengaran Reinna.

"Naaaaaahhhhh!!!! Itu dia!" teriak Reina sambil menunjuk kearah manusia yang baru masuk ke caffe Bramastha itu.

"Lahaulla wala kuata illabillah!! Semprul memang, nih anak kalo mau kagetin orang miskol dulu biar gue waspada diluan sebelum mati," sontak Harra sambil mencubit pinggang Reina kecil karena hampir sakaratul maut dibuatnya.

"Au-au-au, i-iya iya sudah sudah, sakit tau anjirr, gue kurus lo cubit tambah kempes gue bangke!" ucap Reinna tak mau kalah sadis nya.

"Huuu.. Awas lo y, besok mati lo kalau kageti gue lagi," sambung Harra gemes.

"Ehk-ehk tapi lo liat deh tuh manusia," ucap Reinna pada Harra dengan nada misterius.

"Apaan?" tanya Harra.

"Itu manusia."

"Ya manusia yang mana, disini banyak kali manusia yang punya mata dua sama hidung lobang dua."

"Yang itu tuh liat, ya ampun gue mau pingsan, ganteng banget tuh cowok bling-bling kayak kaca pecah," ucap Reina yang terlihat najis di mata Harra.

"Huaaa.. sa ee lo, liat yang bening-bening dikit aja udah mau pingsan. Lebay amat sih, lo," kata Anharra kepada Reina, ilvil.

"Ihhh gila, mau ngapain dia disini ya! Gue samperin ahk," kata Reinna tak memerdulikan apa yang dikatakan Anharra barusan.

Sebelum Reinna beranjak dari tempat duduknya Mba Gugun datang dengan membawa dua cangkir sofdrink capuccino kepada Harra dan Reinna.

"Ehk-ehk mau kemana nona cantik, ini capuccino pesananya udah jadi, sihlakan di coba spesial deh buat kalian berdua dijamin seh--," sebelum Gugun ingin melanjutkan ucapanya dipotong oleh Reinna.

"Ihh, apaan sih mba ganggu nih, keburu ilang dia di caffe segedek ini, kan gue jadi sad nanti," kata Reinna memotong perkataan Gugun yang tak berguna itu.

"Ehk-ehk maksdunya cowok itu," kata Gugun sambil menunjuk kearah cowok ganteng berbadan tinggi yang baru saja masuk ke caffe Anharra itu.

"Ya iyalah, maunya bencong kayak mba," celetuk Reinna kesal pada Gugun.

"Untung gue sabar ya! GAK BOLEH, KALO ITU BAGIAN EKE!! LO ANHARRA AJA SONO," kata Gugun tiba-tiba melantukan nada tinggi setelah mengelus-ngelus dada sabar.

"Ehk seharusnya gue yang sabar lah mba, mba gak cocok sama itu, itu mah cocoknya sama gue atau Anharra, mba cari yang sesama jenis aja sono, LAGIAN, MASA JERUK MAKAN JERUK," kata Reinna sehingga membuat bibir Gugun maju kedepan. Manyun.

"Ehk btw, ngapain gue disebut-sebut. Kalo masalah cowok untuk kalian aja sono gue gak minat," Sahut Harra dingin pada Reinna.

"Aeelaahh ra, baru gitu doang dah ngambek, kayak kucing gue lo kalo gak dikasih makan merajuk gak mau pulang seharian," ucap Reinna sambil mencolek pipi Harra untuk menggodanya.

"Apaan sih lo, tadi kambing sekarang kucing, besok-besok belut ya," celetuk Harra pada Reinna, dan hanya di bales kekehan kecil darinya.

"Ehk apaan sih lo berdua, rebutin eke aja, eke gak mau di rebutin. Ya tau eke cantik nan bohai melebihi syahrini tapi, eke gak bisa diginiin terus, lelah hayati bang," sahut Gugun alay untuk melerai perkelahian mereka.

"APA!! NAJIZZZZZZ," ucap Reinna dan Anharra secara bersamaan, dengan memasang mata melotot dan mulut yang terbuka lebar mengarah ke Gugun asisten bencong Anharra itu.

"Upsss!! Hehe," cengir Gugun. "ya udah eke samperin cowok eke dulu yah yang itu, sekalian mau kenalan dulu siapa tau sampai pelaminan, doain ya mudahan berhasil," ucap Gugun lagi dengan mengeluarkan nada yang sangat najis untuk didengar Reinna dan Anharra.

"Kampret lo Mba!! Gue gak salah denger apa, NIKAH!! Sumpah gak ngebayangin gue," ucap Anharra pada Gugun, sedangkan Reina masih tetap setia memasangkan wajah suramnya menatap Gugun.

"Yu da dah bye bye," ucap Gugun, dan melenggang lari dengan goyangan patah-patah alay nya, dengan melambaikan tangan meninggalkan dua ekor curut yang masih saja menatapnya penuh arti.

"Ehk mau kemana lo," ucap Reina dengan nada agak kuat sedikit karena Gugun sudah mulai menjauh.

"Nyamperin cowok gue lah, kasihan tuh sendirian jomblo aja," sahut Gugun lagi sambil teriak

"Ehk-ehk tunggu!! Gue ikut, gue juga mau kali," teriak Reina sambil mengejar Gugun karena takut keduluan olehnya.

Sedangkan Anharra hanya mengecap liur sambil menggelengkan kepalalnya melihat tingkah laku kedua orang yang sangat berarti baginya.

Kali ini terbalik, yang awalnya si Reina yang judes sama Anharra, kini saat berhadapan dengan masalah cowok, sifat judes dan cuek Reina berpindah ke Anharra, sedangkan sifat manja Anharra dipegang oleh Reina. Oh God! Sungguh, ini dunia...

Author curhat
....

Sebenarnya gue kasihan sama Anharra, dia tetap saja menutupi segala hal di balik tawa indahnya . Padahal hatinya sangat nyesek, tidak dianggap sebagai anak sama mamah yang telah menggantikan mamah kandunganya, walau cuman sebatas mama tiri tapi, Anharra ingin mendapatkan kasih sayang seperti yang dulu diberikan oleh mamah kandungnya. Nihill!! Semuanya tak sesuai ekspetasinya. Anharra, dan semuanya hanyala harapan yang tak berujung kenyataan...

-----|-----

Wait the next story
Vote+voment this's gratis

DimensikuWhere stories live. Discover now