Rainda "Tentangku"

6 0 0
                                    

Pagi itu , aku masih terpaku menatap pelangi yang mengiringi hujan semalam. Aku masih menikmati embun dan kesejukannya di pagi itu. Kau tahu bukan, hiruk pikuk kota dan kemacetan lalu lintas adalah sesuatu hal yang wajar dan biasa di Jakarta. Jadi, kapan lagi kamu bisa menikmati udara sesejuk ini selain di pagi hari dan setelah hujan seperti ini. Begitulah rutinitas gadis kecil ini setiap harinya. Menunggu hujan dan menantikan pelangi di sudut rumahnya yang juga terdapat hamparan danau yang membuat suasana semakin indah.

Gadis cilik yang manis, ceria dan amat menyukai hujan karena kesejukannya. Gadis cilik berusia lima tahun dan akan bersikap seperti orang dewasa saat ada orang-orang yang menentang prinsip-prinsip yang telah dibuatnya. Prinsip? Atau mungkin lebih tepat disebut peraturan untuk orang-orang yang berada di dekatnya. Seperti :

ü Tidak ada yang boleh mengganggu / melarangnya menikmati hujan

ü Tidak boleh ada yang mengambil roti selainya saat ia akan makan

ü Tidak boleh ada yang mengganggu "Minnie " sang boneka Minnie Mouse kesayangan tanpa izinnya

ü Dan tidak ada yang boleh memarahinya kecuali ia berbuat salah (menurut caranya)

ü Tidak ada yang boleh melarangnya melakukan apapun termasuk menemani hujan.

Syarat dan peraturan yang cukup egois mungkin. Tapi itulah ia ,dan kau tahu Gadis cilik itu adalah aku sepuluh tahun yang lalu. Gadis yang tidak akan pernah mau menerima masukan, keras kepala, dan juga jahil. Gadis ceria yan tak pernah lupa untuk tersenyum dan sangat membenci kesedihan terlebih air mata.

Oh ya, namaku Ashilla. Rainda Ashilla. Aku adalah putri bungsu dari tiga bersaudara. Aku memiliki satu kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. Mereka adalah Kimmy Adriana Gilsha dan Azka Putra Mahendra. Dulu kami  begitu akrab dan tak terpisahkan, sampai saat itu terjadi dan merubah segala hubungan diantara kami.

------

Pagi itu  adalah hari terpenting dalam hidupku karena saat itu adalah hari pertama aku bersekolah.  Hari pertama dimana aku dan kedua kakakku akan berangkat bersama dan mengenakan seragam yang sama. Waktu itu aku merasa setiap detik dari hidupku seakan begitu bermakna. Tawaku yang menjadi setiap alasan untuk semua orang bahagia. Meskipun untuk mempertahankan itu mereka harus melakukan semua hal yang aku mau.

Kenangan di Pagi itu rasanya masih begitu segar , seakan baru terjadi kemarin. Aku masih ingat betul  bagaimana kedua orangtua kami memutuskan untuk mengantar kami sendiri ke sekolah. Ini  adalah hari pertamaku , dan juga moment terpenting untuk mereka karena ini adalah kali pertama mereka mengantar anak-anak ke sekolah . Berbeda dengan kedua kakakku yang hanya diantar oleh supir dan pembantu kami di hari pertamanya lantaran aku masih begitu kecil saat itu.  Bahkan kali ini demi aku, Ayah sampai membatalkan semua jadwal pentingnya hanya demi mengantarkan kami.

"Pokoknya hari ini Ayah sendiri yang bakal antar kalian ke sekolah. Jangan Om Suryo, nanti orang-orang fikir kalian anak-anaknya Om Suryo lagi." Ucap Ayah dengan gurauannya yang khas terhadap kami.

"Biasanya Ayah gak antar kakak kayak gini, Ayah curang?" ucap Kak Kimmy ketus lantaran biasanya ia hanya diantar oleh Om Suryo atau Mbak Lastri ke sekolah.

"Lho, kak. Dulu kan waktu hari pertama sekolah juga Ayah yang antar. Terus waktu ada acara di sekolah sama ambil Raport juga Ayah yang datang. Iya kan? Sekarang giliran Shilla ya nak ya?" ucap Bunda menjelaskan.

"Tapi waktu itu kan nggak ada Bundanya?" ujar Kimmy merengek.

"Sekolah itu apa sih?"ujarku dengan begitu polosnya memecah ketegangan antara Kimmy dan Bunda.

"Kalau kamu gak tahu sekolah itu apa, trus kenapa kamu sekolah?" ujar Kimmy kesal dengan tingkahku yang dinilainya sok polos.

"Lagian apa gak kecepetan ya yah untuk Sheera sekolah?"ujar Azka.

"Sheera itu anak yang cerdas , sayang kan kalau dia gak sekolah dan bakatnya gak diasah. Biar dia coba dulu aja , kalau dia sanggup kita lanjutin , tapi kalau nggak kan masih ada tahun depan. Biar dia ulang lagi tahun depan. Lagian Ayah juga udah bilang kok ke gurunya. Dan menurut mereka gak masalah selagi anaknya sanggup." Ujar Ayah menjelaskan yang dibalas dengan anggukan oleh Azka dan juga Bunda.

Semenjak kecil Kak Azka memang termasuk yang paling bijak diantara kami. Hal itu dikarenakan selain anak sulung Azka juga merupakan anak laki-laki satu-satunya yang artinya untuk selamanya ia akan menjadi penjaga untuk aku dan Kimmy. Saat itu, Azka sudah berusia sepuluh tahun. Sementara Kimmy  delapan tahun.Masing-masing mereka duduk di kelas lima dan juga kelas tiga. Sementara aku, adalah siswi percobaan di kelas satu kala itu, lantaran usiaku yang baru menginjak lima tahun.

Aku masih ingat rasanya diwaktu sepuluh tahun yang lalu, masa-masa yang mungkin akan sangat dirindukan oleh keluargaku adalah pertengkaran-pertengkaran kecilku dengan Kak Kimmy. Sewaktu kecil kami sering sekali memperdebatkan hal-hal yang tidak seharusnya. Seperti kenapa tulisanku lebih mirip dengan cacing dibanding huruf atau angka. Atau kenapa aku sangat hobby untuk tidur di punggung Kak Kimmy saat ia sedang tertidur dalam keadaan telungkup. Atau aku yang akan memasukkan sambal ke dalam makanan Kak Kimmy yang sangat membenci makanan pedas. Sementara Kak Azka akan sibuk sebagai penengah diantara kami. 

Rasanya aku masih ingat dan begitu rindu bagaimana cara Kak Azka akan memelukku saat aku takut terhadap sesuatu termasuk Kak Kimmy. Bagaimana ia akan mengelus kepalaku saat aku mulai manja dan ingin tidur dipangkuannya. Ia tidak akan berhenti , bahkan ia pun rela tidur sambil duduk Cuma demi membuatku nyaman tidur dipangkuannya. Ia jugalah orang yang akan menghapus air mata Kak Kimmy saat Kakakku itu menangis karena dijahili teman-temannya. Ia jugalah pahlawan kami yang tak akan pernah membiarkan siapa pun mengganggu kami. Sungguh aku rindu semua itu . Tapi kini semua telah berubah seiring waktu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rain dan ElangWhere stories live. Discover now