Prolog

6 0 0
                                    


Setiap tutur kata yang terucap dibibir gadis itu seolah mendatangkan kepedihan tersendiri baginya. Gadis itu kini adalah seorang gadis yang amat menyukai sunyi. Ialah gadis yang begitu suka kegelapan. Dan mungkin Ia juga satu-satunya gadis yang hanya menyukai warna hitam dan putih.

Gadis itu kini tersandar sendiri dikamarnya. Kamar yang hanya memiliki pencahayaan yang redup. Kamar yang didalamnya hanya terdapat sebuah lampu kecil dengan daya 15 watt berwarna putih. Kamar itu memiliki sebuah jendela besar yang terbuat dari kaca, tapi selalu tertutup oleh gorden berwarna gelap yang sama sekali tak memungkinkan cahaya untuk masuk.

Kamar itu mungkin memang cukup luas. Didalamnya terdapat sebuah tempat tidur besar dan lemari yang cukup besar. Tapi berbeda dengan kamar gadis-gadis pada umumnya di dalam kamar itu sama sekali tidak terdapat boneka ataupun kumpulan koleksi foto atau poster yang terpampang. Dinding kamar itu begitu polos tanpa riasan , sama seperti gadis penghuninya. Didalam kamar itu bahkan tidak ada meja rias ataupun cermin. Didalamnya hanya terdapat sebuah rak buku besar yang berisikan lengkap mulai dari novel, buku pelajaran , sastra dan berbagai macam koleksi buku –buku lainnya. Kamar itu menurutku bahkan lebih mirip sebuah perpustakaan kuno yang angker.

Disalah satu sudut ruangan itu kini, gadis itu duduk termenung dengan tatapan kosong tanpa arah . Ia masih memegangi laptopnya dan sesekali menuliskan setiap kata yang terucap dari bibirnya. Kata yang keluar tanpa ia sadari.Kata-kata yang mungkin lebih tepat disebut sebagai curahan hatinya yang tertahan. Tapi dari setiap penggalan –penggalan kata yang ia tulis maupun ia ucap , ada sebuah kata yang tak pernah lupa untuk ia tulis " ELANG" .



Rain dan ElangWhere stories live. Discover now