BAB 1 // Pelatih Teater Baru

24 4 0
                                    

"Di. Gue denger Afran masuk ngajar teater, ya?"

Nadi hampir memuntahkan isi siomay Bang Borot dari mulutnya saat Tama bilang begitu. "Afran? Abang gue? Ngapain dia di sini tadi?"

"Ngajar teater."

Napsu makan Nadi hilang seketika. Seperti ditimpa nilai seratus, ia mendesah. "Ngapain? Ngga ada orang lain selain dia, ya, di Jakarta? Gilak."

Berbeda dengan reaksi Nadi, Biru justru terlihat senang. "Kenapa gitu? Bukannya seneng, bisa ketemu abang lo. Dia udah lama ngga di rumah 'kan?"

"Iya, balik seminggu lalu," kata Nadi. "Tapi tiba-tiba aja, gitu. Kenapa dia nglamar kerja di sini, sih? Kurang kerjaan banget."

"Kalau ngga kurang kerjaan dia ngga bakal nyarilah," kata Tama. "Setres lu."

Nadi pasrah. Ia menepuk jidatnya berkali-kali, berharap jika ini halusinasi—atau, drama yang sedang dua teman cowoknya lakukan. Tapi tidak. Ini bukan halusinasi, bukan mimpi. Ini nyata.

Nadi dan abangnya sendiri, bakal satu sekolah.

"Untungnya ngga jadi ikut teater lo, Di," kata Tama sambil beranjak dari kursi kantin.

*

Berita kedatangan Afran sebagai pelatih ekskul teater di sekolahnya cukup membuat Nadi frustrasi. Afran, baru seminggu lalu pulang dari KKN-nya di luar Jakarta, tiba-tiba menjadi pelatih teater. Afran aktif di acara-acara teater Jakarta. Ia juga menjadi salah satu pendiri Jakarta Teens Theatrical, teater untuk anak SMA dan usia di bawahnya.

Padahal, cowok yang hampir selalu berpenampilan acak-acakan itu, tengah menggarap skripsinya tapi masih sempat untuk mengajar teater di sekolah Nadi. Nadi berdecak kagum dan gemas, mau seberapa sibuknya lagi dia.

Kapan nyari pacarnya sih, Bang?

Selain itu, kedatangan Afran di sekolah Nadi juga tanpa kabar sedikitpun. Oke, jika si Ayah Nadi tidak memberitahunya, mengingat si ayah memang selalu terlambat info tentang keluarganya. Tapi, bagaimana bisa Bang Afran ngga ngasih tahu apa-apa? Nadi makin frustrasi.

Nadi ingat, belakangan ini abangnya sering bertanya pada Nadi tentang sekolahnya.

Di suatu kesempatan saat Nadi tengah main ponsel, di ruang TV.

Eh, Di. Lo ikut teater ngga?

Ngga, lah. Gue mah ogah teriak-teriak kayak lo, tenggorokan gue bisa putus.

Estetik itu mah!

Saat Nadi hendak berangkat sekolah.

Eh, Di. Sekolah lo luas ngga? Gue anter, yuk. Pengen liat gue.

Ngga usah, ntar temen gue pada kepo.

Susah, ya, jadi orang cakep.

Kepo kenapa gue naik gojek ilegal.

Sialan lo, Di!

Saat Nadi masih olahraga, di minggu pagi depan rumah.

Di, gue cariin pacar, dong. Temen lo ngga papa deh.

Masak iya gue kakak-adekan sama temen sendiri.

Asik, dong. Kan malah makin akrab.

Stok di luar sekolah gue udah abis ya, Bang?

Yah, mungkin aja gue bisa nargetin satu dua ntar, jadi rekomen-in dulu.

Lo rasa temen gue playlist lagu apa.

NADIYA LUNARWhere stories live. Discover now